Program SLV: Komitmen Apical Wujudkan Penghidupan Berkelanjutan Petani

8 Oktober 2024 14:09 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peluncuran Program Sustainable Living Village (SLV) oleh Apical di Aceh Singkil. Foto: Apical
zoom-in-whitePerbesar
Peluncuran Program Sustainable Living Village (SLV) oleh Apical di Aceh Singkil. Foto: Apical
Apical, pengolah minyak nabati terkemuka dengan jejak global yang berkembang, menaruh perhatian bagi kehidupan masyarakat desa yang lebih sejahtera. Apical menginisiasi program penghidupan berkelanjutan di tingkat desa dengan berkolaborasi bersama para pemangku kepentingan.
Program bernama Sustainable Living Villages (SLV) ini merupakan program kolaborasi dengan mitra, komunitas, dan warga desa, untuk meningkatkan untuk mengurangi kemiskinan, meningkatkan dan memberdayakan masyarakat dengan mendorong inklusi, dan meningkatkan mata pencaharian sekaligus memastikan keberlanjutan lingkungan.
Fokus program SLV selaras dengan pilar strategis ke-1 dan ke-4 yang tertuang dalam Apical2030, yakni Kemitraan Transformatif dan Kemajuan Inklusif.
Program ini berfokus pada empat hal prioritas, yakni meningkatkan ketahanan mata pencaharian masyarakat melalui pemberdayaan, mempromosikan perlindungan dan konservasi hutan, mendorong transformasi rantai pasok, dan mendorong kolaborasi dengan pemda dan pemangku kepentingan terkait.
Saat ini, program SLV sudah diterapkan di 6 desa di Aceh Singkil dan 3 desa di Kutai Timur dengan total desa terdampak yakni 9 desa.

Implementasi di Aceh Singkil

Peluncuran Program Sustainable Living Village (SLV) oleh Apical di Aceh Singkil. Foto: Apical
Di Aceh Singkil, Apical menjalankan program SLV sejak Februari 2023 dengan menggandeng Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH) dan Pemda Aceh Singkil. Apical dan IDH berkomitmen untuk mendorong dampak sosial yang positif bagi masyarakat dan lingkungan, dan menandai awal dari kemitraan tiga tahun di 6 desa di wilayah ini.
Aceh Singkil dipilih karena memainkan peran penting dalam melindungi Ekosistem Leuser, 2,6 juta hektare hutan tropis dan rumah bagi spesies Sumatera seperti orang utan, badak, harimau Sumatera, dan gajah.
Selain itu di Aceh Singkil, konversi ilegal yang cepat untuk perkebunan kelapa sawit merupakan tantangan bagi keberlanjutan ekosistem penting ini. Namun, deforestasi tidak langsung membawa pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan dampak turun ke penghidupan petani.
Selain upaya menjaga lingkungan, program SLV di Aceh Singkil berfokus pada peningkatan mata pencaharian alternatif masyarakat melalui budidaya madu Trigona.
Melalui program SLV yang diinisiasi Apical, petani di Aceh Singkil bisa memanen dan memproduksi madu Trigona. Foto: Dok. Apical
Pemda Aceh Singkil pun mengapresiasi program kolaborasi Apical dan IDH ini karena diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat di tingkat desa.
“Pemerintah Aceh Singkil menyambut baik dan menghargai semua pihak, IDH, Apical, dan masyarakat yang memulai dan aktif terlibat dalam program SLV. Kami berharap bahwa Program SLV akan membantu meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi yang positif untuk semua,” jelas Sekretaris Distrik Aceh Singkil, Azmi, saat penandatanganan MoU pada Januari 2023.
Hal senada juga disampaikan oleh Head of Sustainability Apical, Chandramohan Nair. Ia optimistis program SLV dapat memenuhi kesejahteraan masyarakat di Aceh Singkil.
"Kami memahami bahwa setiap komunitas memiliki kekhawatiran yang berbeda dan bahwa program tanggung jawab sosial perusahaan tidaklah universal. Dengan SLV, kami berharap dapat mengurangi kemiskinan, meningkatkan dan memberdayakan mata pencaharian masyarakat dengan memperkuat kesenjangan pengetahuan dan pembangunan kapasitas,” kata dia.
Penyerahan surat tanda daftar budidaya (STDB) ke 160 petani swadaya kelapa sawit di Aceh Singkil berkat program SLV yang diinisiasi Apical. Foto: Dok. Apical
Pada Agustus 2024, Apical, IDH, dan Muspida Aceh Singkil, merayakan pencapaian penting dengan penyerahan surat tanda daftar budidaya (STDB) ke 160 petani swadaya kelapa sawit. Selain itu, momen ini menandai panen perdana madu Trigona di Kantor Kabupaten Danau Paris, Aceh Singkil.
Panen madu Trigona merupakan langkah mendiversifikasi mata pencaharian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Para petani pun merasa terbantu dengan adanya program pelatihan yang komprehensif soal budidaya, pemanenan, hingga pemasaran madu Trigona.
Selain bertujuan meningkatkan ekonomi petani kecil dan melindungi hutan, program SLV di Aceh Singkil terus mendorong transformasi rantai pasokan dan mendukung kolaborasi lanskap melalui Perjanjian Produksi, Perlindungan, dan Inklusi (PPI).
Inisiatif ini diadaptasi untuk memenuhi kebutuhan lokal dengan membangun kapasitas dan memberdayakan masyarakat melalui kemitraan dengan berbagai organisasi seperti Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) dan Forum Konservasi Leuser (FKL).

Juga Diterapkan di Kutai Timur

Peluncuran program SLV yang diinisasi Apical di Kutai Timur pada awal September 2024. Foto: Dok. Apical
Tak berhenti di Aceh Singkil, program SLV juga diterapkan di Kutai Timur, Kalimantan Timur. Program ini diresmikan pada awal September lalu dengan menggandeng Earthworm Foundation dan Pemkab Kutai Timur untuk lima tahun di tiga desa, yakni Tepian Indah, Tepian Langsat, dan Tepian Makmur.
Daerah ini terkenal dengan keanekaragaman hayati yang kaya dan sejarah penting dalam produksi minyak sawit, yang menjadi tumpuan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat setempat.
Di Kutai Timur, program SLV berfokus untuk membekali petani dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk praktik pertanian dan perkebunan sawit berkelanjutan, mengembangkan mata pencaharian alternatif melalui budidaya kakao, dan melindungi lanskap alam dengan menguatkan komitmen para pemangku kepentingan terhadap konservasi dan restorasi hutan.
Praktik pertanian dan perkebunan berkelanjutan akan mendukung petani dalam memperoleh Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB), yang penting untuk kepatuhan hukum, akses pendanaan pemerintah, dan mencapai sertifikasi Minyak Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO) serta Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Selain itu, petani akan didorong untuk beralih ke pupuk alternatif berbasis non-kimia guna meningkatkan teknik pertanian mereka.
Program SLV di Kutai Timur juga mencakup pembuatan demplot pertanian kakao untuk membantu mendiversifikasi sumber pendapatan petani. Sebab Kakao, menjadi komoditas prioritas di Kutai Timur, karena terkenal dengan kualitasnya. Selain itu, program ini juga akan mendukung akses pasar bagi para petani.
Hendra Hosea selaku Manager Sustainability Apical saat Peluncuran program SLV di Kutai TImur pada awal September 2024. Foto: Dok. Apical
CSR Manager Apical, Agus Wiastono, menjelaskan program SLV tidak hanya akan memperkuat perekonomian lokal tetapi juga menanamkan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
"Kami sangat antusias memulai perjalanan ini bersama mitra kami untuk membawa perubahan transformatif dan berkelanjutan bagi masyarakat Kutai Timur," ujar dia saat peluncuran program SLV di Kutai Timur.
Sementara itu, Dean Affandi selaku Ketua Program Lapangan Earthworm Foundation di Indonesia, menekankan pentingnya kolaborasi ini dalam menjaga alam dan mendukung masyarakat melalui praktik rantai pasokan yang berkelanjutan.
Dengan dukungan Apical, Earthworm Foundation akan mendorong perencanaan penggunaan lahan partisipatif (PLUP), proses kolaboratif yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan untuk membuat rencana penggunaan lahan yang adil, layak, dan berkelanjutan.
Program ini menargetkan perlindungan 10.000 hektar lahan dan penanaman 90.000 pohon untuk konservasi dan restorasi hutan.
Pemkab Kutai Timur pun menyampaikan dukungan penuh terhadap upaya kolaborasi Apical dan Earthworm Foundation ini.
"Program ini sejalan dengan visi dan misi Kutai Timur untuk meningkatkan daya saing ekonomi berbasis sektor pertanian dan merancang program yang berwawasan lingkungan. Kami berharap program ini dapat menjadi model yang bisa diterapkan di daerah lain," ungkap Kepala Bidang Perekonomian dan SDA Bappeda Kutai Timur, Ripto Widargo.