PTDI Ingin Kembangkan Ekosistem Industri Aviasi RI: Bali Jadi Hub Pesawat N219

27 September 2024 18:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Acara Media Gathering Sinergi Membangun Narasi Kemajuan Dirgantara Indonesia di PT DI, Bandung, Jumat (27/9). Foto: Thomas Bosco/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Acara Media Gathering Sinergi Membangun Narasi Kemajuan Dirgantara Indonesia di PT DI, Bandung, Jumat (27/9). Foto: Thomas Bosco/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Dirgantara Indonesia ingin meningkatkan ekosistem industri aviasi di Indonesia. Mereka ingin memulainya dengan menjadi Bali Utara sebagai pusat bagi penerbangan pesawat buatan dalam negeri miliknya, yakni N219.
ADVERTISEMENT
"Karena itu yang diperlukan adalah bagaimana PTDI ini mampu mengeratkan perannya sebagai integrator dari ekosistem industri dirgantara," ujar Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Gita Amperiawan saat dijumpai di PTDI, Bandung, Jumat (27/9).
PTDI meyakini industri aviasi atau dirgantara dapat memberikan multiplier effect bagi perekonomian hingga perkembangan kemajuan Indonesia.
Gita menyebutkan upaya terdekatnya yakni dengan menghidupkan kawasan Bali Utara, lewat mengaktifkan kembali Bandara Letkol Wisnu di kawasan Buleleng, Bali.
Berdasarkan peninjauan PTDI, kawasan Bali Utara akan terlihat gelap atau tak banyak aktivitas seperti di Bali Selatan yang terlihat menyala dari udara saat malam hari
"Apa yang akan kami bangun di situ adalah kami akan hidupkan lagi Letkol Wisnu. Akan kita bangun MRO, Maintenance Repair and Overhaul, dari 3 entiti yang sudah ada. PTDI, NTP, dan NSP. Yang pertama akan kita coba hidupkan adalah runway-nya. Yang akan kemudian kita hidupkan adalah flight tourism," ujar Gita.
ADVERTISEMENT
Acara Media Gathering Sinergi Membangun Narasi Kemajuan Dirgantara Indonesia di PT DI, Bandung, Jumat (27/9). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Flight tourism yang ingin dikembangkannya ini adalah dengan memanfaatkan produk pesawat N219 yang didesain menjadi amfibi. Sebab model pesawat seperti itu menurutnya yang berguna untuk jenis wisata itu.
"Dan Bali Utara itu, itu luar biasa Pak, untuk diving dan itu turisnya. Dan kalau kita bicara turis, itu adalah orang berduit Pak. Jadi, survei kami melihat, Ampibi itu sektor terbesarnya adalah turisme," tambahnya.
Secara umum, PTDI ingin menjadikan kawasan Bali Utara sebagai hub dari pesawat N219 yang dapat memangkas waktu tempuh di kawasan tersebut.
"Karena once ini terjadi, maka pada saat N219 ini ke Timur, kita akan bangun hub-nya N219 untuk Indonesia Timur di Bali. Jadi N219 ini seperti CN235, kita jual ke Afrika, itu kita terbangkan ferry flight ke Afrika. Tapi tidak mungkin menerbangkan ferry flight N219 ke Afrika. Maka mandatori di Afrika ini harus kita buat final assembly line," sebutnya.
ADVERTISEMENT
Pekerja melakukan perawatan pesawat NC 212i milik TNI AU yang telah selesai diproduksi di Hanggar PT Dirgantara Indonesia, (PT DI) di Bandung, Jawa Barat, Jumat (27/9/2024). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO
Terkait modifikasi amfibi itu sendiri tengah dalam tahap pengembangan dan baru kemudian akan disertifikasi di akhir 2026.
"Nah yang tadi yang disebutkan oleh Pak Batara, 2026 akhir atau awal 2027, Insyaallah kita akan menyelesaikan untuk ampibinya, tapi itu hanya amendement isi. Namun sebelum ke ampibi, kita harus masuk fase ke apa yang disebut dengan basic aircraft amphibious. Belum ditambah dipasangin float di bawah, tapi performanya dia itu sudah basic aircraft amphibious," sambungnya.
PTDI sendiri mendapatkan keuntungan dari keseluruhan kontraknya pada 2023 adalah sebesar 1 miliar dolar Amerika Serikat. Mereka telah menjual 6 pesawat, model CN235 yang difinalisasi di Indonesia, ke Korea Selatan dan Malaysia.