Pukat UGM soal Jajak Pendapat Litbang Kompas: Citra KPK Terpuruk Itu By Design

10 Agustus 2022 20:08 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peneliti Pukat UGM Zaenur Rohman di LBH Yogyakarta, Kamis (9/6/2022). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Peneliti Pukat UGM Zaenur Rohman di LBH Yogyakarta, Kamis (9/6/2022). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) UGM menyebut terpuruknya citra KPK dalam berbagai survei belakangan memang merupakan by design. Kondisi tersebut merupakan buah dari upaya pelemahan KPK yang dibuat sejak awal.
ADVERTISEMENT
Komentar Pukat UGM tersebut merespons jajak pendapat teranyar tentang citra KPK yang dilakukan Litbang Kompas. Jajak pendapat tersebut menyebut bahwa 62,6% publik tidak percaya KPK kini dipimpin orang bersih, usai mencuatnya kasus Lili Pintauli Siregar.
Jajak pendapat itu juga menyebut bawah citra KPK menurun sejak tahun 2015. Pada Juni tahun ini, citra KPK dinilai paling buruk sepanjang lima tahun terakhir, menyentuh angka sekitar 57 persen. Padahal di awal tahun 2022 masih di angka 70,9 persen.
“Menurut saya citra KPK semakin terpuruk itu, saya justru mengatakan itu by design sejak awal,” kata peneliti pada Pukat UGM, Zaenur Rohman, kepada wartawan, Rabu (10/8).
By design yang dimaksud Zaenur adalah hasil dari serangkaian upaya merobohkan KPK, baik serangan dari luar dan ada serangan dari dalam internal sendiri.
ADVERTISEMENT
“UU itu mengubah banyak kewenangan KPK sehingga KPK kehilangan banyak kemampuan-kemampuan yang dalam hal ini strategis untuk memberantas korupsi,” kata Zaenur.
Sejumlah mahasiswa dari Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) melakukan unjuk rasa di depan kantor DPRD Provinsi Lampung, Lampung, Senin (23/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/Ardiansyah

Nama Kontroversial Jadi Pimpinan KPK

Selanjutnya, lanjut Zaenur, upaya melemahkan KPK juga terjadi dari dalam. Salah satunya, ketika pemilihan pimpinan KPK dari nama-nama yang kontroversial. Dan para nama-nama itu justru melenggang di jajaran pimpinan KPK saat ini.
Ketua KPK Komjen Firli Bahuri di dalam sebuah helikopter. Foto: Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI)
“Orang-orang yang punya catatan etik, bahkan misalnya Ketua KPK Firli Bahuri itu sejak awal punya catatan etik, karena melakukan pelanggaran etik ketika menjabat Deputi Penindakan di KPK, itu malah justru terpilih dan dijadikan ketua,” ungkap Zaenur.
ADVERTISEMENT
Akibat dari kedua hal di atas, tambah Zaenur, maka kemudian dalam perjalanannya KPK terus dirundung masalah dan kontroversi. Teranyar, dan sempat menyita perhatian publik, adalah dugaan pelanggaran etik yang dilakukan oleh pimpinan KPK Lili Pintauli Siregar.
Infografik Lili Pintauli 4 Kali Dilaporkan ke Dewas KPK. Foto: kumparan
Terdapat dua pimpinan KPK yang pernah duduk di kursi meja hijau Dewan Pengawas karena masalah etik: Firli Bahuri dan Lili Pintauli Siregar.
Lili lebih menyedot perhatian publik karena dua kali harus berhadapan dengan sidang etik hingga kemudian ia mengundurkan diri sebelum sidang dugaan penerimaan gratifikasi tiket MotoGP Mandalika digelar.
“Sebab utamanya [penurunan citra KPK] menurut saya, ya, itu tadi. Dari sisi luar UU KPK-nya itu, kemudian diberlakukan, pembentuk undang-undang sudah tahu akan seperti apa KPK ke depan. Ketika UU KPK disahkan, dijalankan ingat nggak apa yang terdampak pertama?” kata Zaenur bertanya sambil mengingatkan kepada peristiwa Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) di KPK.
Perwakilan 75 pegawai KPK yang dinyatakan tidak lolos TWK berfoto bersama usai audiensi dengan Komisioner Komnas HAM di Jakarta, Senin (24/5). Foto: M Risyal Hidayat/Antara Foto
Zaenur berpandangan, TWK itu menyingkirkan para penyidik dan para pegawai KPK terbaik. Akibatnya, kinerja KPK buruk dalam pencegahan dan penindakan.
ADVERTISEMENT
“Apa buktinya? Tidak ada kasus strategis, capaian indeks persepsi korupsi juga buruk,” pungkas Zaenur.
Dalam jajak pendapat Litbang Kompas pada pertengahan Juli 2022 itu, salah satu yang diukur adalah kepercayaan publik terhadap Pimpinan KPK. Hasilnya, 62,6% tidak percaya KPK saat ini dipimpin orang bersih. Terlebih setelah kasus Lili Pintauli Siregar.
Selain itu, jajak pendapat itu juga menunjukkan bahwa tren citra baik KPK menurun sejak lima tahun terakhir. Dan tahun ini yang paling jebol, hanya 57% pada Juni 2022.

Tren Citra Baik KPK Menurun

Adapun survei ini dilakukan melalui wawancara telepon oleh Litbang Kompas pada 19-21 Juli 2022. Sebanyak 502 responden berusia minimal 17 tahun dari 34 provinsi diwawancara.
ADVERTISEMENT
Dengan random sampling dari responden panel Litbang Kompas sesuai dengan proporsi jumlah penduduk di 34 provinsi. Metode ini, tingkat kepercayaan 95 persen dengan nirpencuplikan penelitian kurang lebih 4,37 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.