Punya Presiden Baru, Senegal Miliki Dua Ibu Negara

2 April 2024 10:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kandidat presiden dari koalisi Presiden Diomaye Bassirou Diomaye Faye (tengah), dan istrinya Marie Khone Faye (Kiri) dan Absa Faye (kanan) melihat setelah memberikan suara mereka di TPS Ecole Ndiandiaye di Ndiaganiao (24/3/2024) Foto: Khadidiatou Sene / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Kandidat presiden dari koalisi Presiden Diomaye Bassirou Diomaye Faye (tengah), dan istrinya Marie Khone Faye (Kiri) dan Absa Faye (kanan) melihat setelah memberikan suara mereka di TPS Ecole Ndiandiaye di Ndiaganiao (24/3/2024) Foto: Khadidiatou Sene / AFP
ADVERTISEMENT
Presiden terpilih Senegal, Bassirou Diomaye Faye, didampingi kedua istrinya pada penutupan kampanye pemilu. Hal tersebut menjadi pemandangan perdana dalam sejarah politik nasional Afrika Barat.
ADVERTISEMENT
Poligami tercatat sebagai praktik tradisional dan keagamaan yang kuat dalam budaya Senegal. Negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam itu kini memiliki dua ibu negara, Marie dan Absa.
Faye dan Marie Khone berasal dari desa yang sama. Mereka menikah 15 tahun lalu dan memiliki empat anak. Dia menikahi istri keduanya, Absa, lebih dari setahun yang lalu.
“Ini adalah pengakuan tertinggi terhadap tradisi poligami di kalangan petinggi negara, dengan situasi yang mencerminkan realitas Senegal,” kata sosiolog Djiby Diakhate, seperti dikutip AFP.
Diakhate menambahkan, banyak laki-laki yang memuji praktik poligami ini. Sementara perempuan cenderung tetap tidak percaya pada praktik keadilannya.
Poligami presiden Senegal itu telah lama menimbulkan kontroversi publik. Meski sering menjadi topik perbincangan utama di media, Faye dan kedua istrinya tetap mendapat dukungan dari masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sosiolog ternama, Fatou Sow Sarr, lewat akun X-nya mengatakan bahwa poligami, monogami, dan poliandri adalah model perkawinan yang ditentukan oleh sejarah setiap bangsa.
“Model-model ini sekarang bersaing dengan pernikahan homoseksual,” tambahnya.
“Saya benar-benar berpikir bahwa Barat tidak memiliki legitimasi untuk menilai budaya kita,” tambah Sarr dalam pernyataan lanjutannya di X.
Di sisi lain, masih banyak perempuan Senegal yang menganggap poligami sebagai hal yang munafik dan tidak adil.
Menurut Komite Hak Asasi Manusia PBB dalam laporan 2022, poligami merupakan diskriminasi terhadap perempuan dan harus diakhiri.