Putin Terindikasi Kuat Terlibat Jatuhnya Pesawat Malaysia Airlines MH17

9 Februari 2023 13:45 WIB
·
waktu baca 1 menit
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan karyawan pabrik Obukhovsky, yang merupakan salah satu lokasi produksi produsen rudal Rusia Almaz-Antey, di Saint Petersburg, Rusia. Foto: Sputnik/Ilya Pitalyov/Pool via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan karyawan pabrik Obukhovsky, yang merupakan salah satu lokasi produksi produsen rudal Rusia Almaz-Antey, di Saint Petersburg, Rusia. Foto: Sputnik/Ilya Pitalyov/Pool via REUTERS
ADVERTISEMENT
Presiden Rusia Vladimir Putin diduga terlibat penembakan pesawat Malaysia Airlines penerbangan MH17 pada 2014 lalu. Dugaan itu disampaikan tim investigator internasional.
ADVERTISEMENT
Kelompok investigasi antarnegara itu menyatakan, mereka punya indikasi kuat mengenai keterlibatan Putin. Kepala negara Rusia itu diduga menyetujui pengiriman rudal ke kelompok separatis Ukraina yang dipakai menembak jatuh maskapai asal Malaysia itu.
Akan tetapi Tim Investigasi Gabungan (JIT) yang bermarkas di Belanda mengakui tidak punya cukup bukti demi menyeret Putin atau terduga lainnya. Sebagai kepala negara Putin memiliki imunitas.
Seorang warga melewati puing Malaysia Airlines flight MH17 yang jatuh tahun 2014 di Ukraina. Foto: AFP/DOMINIQUE FAGET
"Ada indikasi kuat bahwa keputusan di buat pada tingkat presiden, oleh Presiden Putin, untuk mengirim sistem rudal TELAR," kata seorang jaksa Belanda Digna van Boetzelaer seperti dikutip dari Al-Jazeera.
"Kendati kami bicara mengenai indikasi kuat, keinginan agar bukti bisa lengkap dan konklusif tidak bisa tercapai," sambung dia.
Sebelumnya, pihak investigator mengakui bahwa sistem rudal tersebut yang membuat jatuh pesawat dari ketinggian 33 ribu kaki.
ADVERTISEMENT
Pesawat MH17 ditembak rudal buatan Rusia dari timur Ukraina pada 17 Juli 2014. Seluruh penumpang pesawat berjumlah 298 tewas.
Rusia berulang kali menolak tuduhan terlibat dalam insiden tersebut. Meski demikian, Rusia menolak kerja sama internasional investigasi kejadian itu.