Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Pekan ini dibuka oleh kabar mundurnya seorang pemimpin dunia, Evo Morales , Presiden Bolivia. Morales tidak ujug-ujug mundur, ada rangkaian peristiwa yang memaksanya lengser.
ADVERTISEMENT
Morales mengumumkan pemilu ulangan dan menyatakan mundur pada Minggu malam (10/11). Dia merasa tidak lagi mendapatkan mandat dari rakyat, bahkan polisi dan militer juga tidak memihaknya.
Rakyat di Bolivia merayakan turunnya Morales sebagai buah dari perjuangan. Sejak beberapa pekan terakhir, mereka turun ke jalan menentang hasil pemilu 20 Oktober. Aksi ini adalah kulminasi dari kekecewaan rakyat yang merasa demokrasi tercederai.
Baiklah, tapi awalnya mengapa rakyat kecewa dengan Morales?
Morales terpilih presiden pada 2006. Mantan ketua serikat petani koka ini adalah orang pribumi pertama yang jadi presiden Bolivia. Dia kembali terpilih pada pemilu 2009 untuk periode kedua.
Popularitas Morales sangat tinggi kala itu. Di bawah kepemimpinannya, perekonomian Bolivia maju pesat dan angka pengangguran menurun.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan konstitusi, presiden hanya boleh memimpin sebanyak dua periode. Namun konstitusi ini baru disahkan di tengah periode pertama Morales , sehingga masa awal kepemimpinannya dianggap tidak dihitung.
Morales kembali memenangkan pemilu presiden untuk periode ketiga pada 2014.
Rupanya pria 60 tahun ini terlalu nyaman di tampuk pimpinan. Pemerintahnya kemudian menggelar referendum rakyat untuk menghapuskan periode kepemimpinan presiden, Morales ingin maju lagi dalam pemilu.
Referendum pada 21 Februari 2016 tidak memihak Morales. Lebih dari 51 persen rakyat tidak mendukung penghapusan periode kepemimpinan, rakyat tidak ingin Morales kembali memimpin.
Namun Morales menantang hasil referendum rakyat itu. Pada 2017, dia menggugatnya di Mahkamah Agung Bolivia, menyatakan hasil referendum melanggar hak asasinya untuk jadi pemimpin. Pada September tahun itu, MA Bolivia mengabulkan gugatan Morales, dia boleh maju pada pemilu 2019, periode keempat.
ADVERTISEMENT
Rakyat kecewa dengan manuver Morales dan menganggapnya gila kekuasaan. Kemarahan menumpuk dan membuncah ketika hasil pemilu 20 Oktober keluar, diduga ada kecurangan.
Ada kecurangan di pemilu Bolivia, ya?
Iya. Morales memiliki pesaing ketat, yaitu Carlos Mesa, bekas presiden Bolivia periode 2003 hingga 2005. Tuduhan kecurangan muncul setelah penghitungan suara tiba-tiba berhenti ketika sudah 84 persen suara terhitung.
Ketika itu Morales mendapatkan 47,08 suara dan Mesa 36,52. Kandidat harus unggul 10 poin untuk bisa ditetapkan pemenang pemilu, jika tidak ada maka akan digelar putaran kedua.
Sekitar 24 jam kemudian, hasil penghitungan kembali muncul. Kali ini, Morales unggul 10 poin dari Mesa. Pengamat internasional meminta klarifikasi soal berubahnya hasil penghitungan suara, sementara Mesa menuduh Morales curang.
ADVERTISEMENT
Organisasi Negara Amerika (OAS) mengatakan adanya "cacat keamanan serius" pada sistem komputer penghitungan suara dan ada "manipulasi" pemilu. Dalam hasil audit independen OAS pada 10 November, terbukti ada banyak penyelewengan pada hasil pemilu tersebut.
Lalu rakyat demo?
Betul. Mesa menyerukan para pendukungnya turun ke jalan pada 22 Oktober, sehari setelah hasil pemilu keluar. Bentrokan antara demonstran dan aparat terjadi di beberapa kota.
Kantor pemilihan umum dibakar di banyak wilayah. Tiga orang demonstran tewas dalam bentrokan.
Tekanan terhadap Morales semakin besar setelah polisi ikut dalam aksi protes di banyak kota. Wakil Presiden Pengadilan Pemilu Bolivia mundur seraya mengatakan ada kesalahan dalam penghitungan suara.
Morales mengatakan aksi protes ini adalah upaya kudeta kepemimpinannya. Dia mendapatkan dukungan dari para pemimpin negara-negara Amerika Latin, seperti Meksiko, Argentina, hingga Venezuela.
ADVERTISEMENT
Berapa pun dukungan yang diperoleh Morales dari luar negeri tidak ada artinya jika rakyat sudah antipati.
Usai pengumuman OAS soal manipulasi suara pemilu Bolivia, Morales mengumumkan akan dilakukan pemilu ulangan. Namun semuanya terlambat, gerakan masyarakat sudah semakin besar dan mendapat dukungan militer.
Morales lalu pilih mundur?
Pada Minggu (10/11), panglima militer Bolivia Williams Kaliman mengatakan pemilu ulangan tidak cukup, Morales harus mundur. Alasannya, perdamaian dan stabilitas tidak akan tercipta selama Morales bertahan di kursi presiden.
Situasi semakin buruk setelah dua menteri dan ketua Kongres mundur karena rumah mereka diserang massa oposisi. Tidak mendapatkan dukungan dari mana-mana, akhirnya Morales luluh juga.
Pada Minggu malam (10/11), Morales mengundurkan diri setelah 14 tahun berkuasa. Euforia masyarakat langsung pecah di jalanan.
ADVERTISEMENT
Saat artikel ini diturunkan, belum diketahui siapa pengganti Morales. Pasalnya wakil presiden Alvaro Garcia Linera dan ketua Kongres juga sudah mengundurkan diri.
Oposisi menghendaki pemilu ulangan segera dilakukan, jangan sampai lewat 22 Januari saat kepemimpinan Morales seharusnya berakhir.
Mereka juga khawatir Morales akan maju lagi dalam pemilu mendatang. Tapi Morales sudah bilang pemilu nanti harus melibatkan aktor politik baru.