Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Ramai Desain Kaki Patung Kuda Bung Karno di Kemhan, Begini Kata Kurator Seni
7 Juni 2021 16:57 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Patung Bung Karno berkuda yang dipasang di kantor Kemhan diresmikan pada Minggu (6/6). Menhan sekaligus Ketum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri hadir dalam acara peresmian tersebut.
ADVERTISEMENT
Kehadiran dua tokoh itu dinilai sejumlah pihak membawa angin segar untuk kemungkinan koalisi di Pilpres 2024. Padahal, pada Pilpres 2019, kedua partai itu mengusung paslon presiden yang berbeda. PDIP mengusung Joko Widodo, sementara Gerindra Prabowo Subianto.
Selain memunculkan bumbu politik, desain patung tersebut juga menjadi perdebatan. Ada yang menilai desain patung kuda itu tak sesuai dengan aturan pembuatan patung pahlawan berkuda.
Berikut adalah pendapat yang beredar soal patung tersebut:
Patung Bung Karno naik kuda di Kemenhan ini menyalahi pakem internasional soal patung pahlawan berkuda/equestrian statue.
Kalau kaki depan kuda terangkat/nekuk satu begitu artinya pahlawan meninggal karena luka yang didapat saat peperangan. Sementara Bung Karno kan tidak. Kalau Bung Karno harusnya kaki kudanya napak tanah semua.
ADVERTISEMENT
Patung Diponegoro di deket Taman Suropati juga menyalahi pakem equestrian statue. Di situ kudanya ngetrail/ mengangkat semua kaki. Padahal itu harusnya untuk pahlawan yang meninggal di medan perang. Sementara Diponegoro tidak Banyaknya patung pahlawan berkuda yang menyalahi pakem ini.
Dalam foto patung yang beredar, bagian kaki kuda yang dinaiki Bung Karno itu memang dalam kondisi tidak menapak ke landasan patung.
Terkait pendapat tersebut, Kurator Seni, Mikke Susanto, mengatakan equestrian secara umum disebut dengan seni berkuda. Sementara, equestrianism adalah keahlian menunggang kuda.
"Deskripsi ini luas cakupannya, termasuk penggunaan berkuda untuk kepentingan praktis serta tujuan rekreasi sampai olahraga kompetitif," ujar Mikke kepada kumparan, Senin (7/6).
Ia menambahkan seni satria berkuda (equestarian art) sudah ada sejak Masa Romawi Kuno. Salah satu contohnya adalah patung Alexander The Great yang lahir pada 390 M. Patung tersebut dibuat oleh Lysippos.
ADVERTISEMENT
"Perihal konvensi bukanlah sesuatu yang ketat, apakah perlu angkat kaki atau tidak. Yang jauh lebih penting adalah saat kaki diangkat adalah mengupayakan adanya gerak kuda. Tujuannya agar patung tidak terkesan masif dan kaku," tegasnya.
Mikke menegaskan, kondisi kaki kuda dalam patung tidak menggambarkan bagimana seorang pahlawan meninggal dunia. "Equestrian luas jangkauannya. Sebab ada patung berkuda sebagai olahraga," imbuhnya.
Meski begitu, ia menekankan, pendapat tersebut harus dihormati karena sebagai bentuk interpretasi patung tersebut. Sebab, menurutnya, seni tidak mengikat, tergantung konsep dan interpretasi pembacanya.
"Sekarang yang penting harus ditanyakan kembali pada pembuatnya. Apakah ada konsep khusus mengenai kaki yang terangkat tersebut. Jika senimannya pun sudah meninggal misalnya, publik bisa melakukan pembacaan secara bebas," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Penjelasan Prabowo soal patung Bung Karno
Prabowo mengatakan Patung Bung Karno Berkuda terinspirasi saat presiden pertama itu didaulat menjadi inspektur upacara pada hari ulang tahun TNI yang pertama pada 5 Oktober 1946.
"Patung ini adalah ketika Presiden Sukarno sebagai panglima tertinggi kita yang pertama, pada hari angkatan perang yang pertama yaitu 5 Oktober 1946 di Yogyakarta menjadi inspektur upacara. Di mana untuk pertama kali Republik Indonesia menunjukkan bahwa RI memiliki angkatan perang yang siap untuk mempertahankan kemerdekaan itu," ungkap Prabowo.