Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ratusan Penyintas Banjir Libya Memprotes Kelalaian Pemerintah Atasi Krisis
19 September 2023 17:32 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Demonstrasi yang terjadi pertama kalinya sejak bencana melanda ini berujung pada pemecatan sejumlah pejabat di pemerintah setempat dan pembakaran rumah seorang wali kota.
Dikutip dari Reuters, aksi tersebut terjadi pada Senin (18/9) di luar landmark Kota Derna — Masjid Sahaba, bahkan beberapa orang duduk di atas kubah masjid itu.
Adapun Derna adalah kota pesisir di bagian timur Libya dengan kerusakan terparah dan penemuan mayat terbanyak imbas banjir bandang yang diperparah oleh bendungan jebol pada pekan lalu.
Dalam orasinya, para demonstran melayangkan protes kepada banyak pejabat, termasuk kepala parlemen Libya yang berbasis di timur, Aguila Saleh.
"Aguila, kami tidak menginginkanmu! Semua orang Libya adalah saudara!" teriak para demonstran.
ADVERTISEMENT
Selama satu dekade menjadi negara yang secara politik terpecah-belah akibat konflik, kini rakyat Libya menyerukan persatuan nasional dan menyatukan amarah mereka yang telah kehilangan orang terdekatnya akibat bencana serta perpecahan politik.
Pada malamnya di hari yang sama, para demonstran yang masih marah mendatangi rumah penjabat Wali Kota Derna saat banjir, Abdulmenam al-Ghaithi, lalu membakarnya. Tidak disebutkan apakah insiden itu menelan korban jiwa atau luka.
Namun, seorang menteri di pemerintahan bagian timur Libya, Hichem Abu Chkiouat, mengatakan al-Ghaithi telah diberhentikan dari jabatannya imbas banjir tersebut.
Di samping itu, pemerintah di bagian timur Libya mengumumkan Perdana Menteri Usama Hamad juga telah memecat semua Anggota Dewan Kota Derna.
Salah seorang demonstran, Taha Miftah (39 tahun), berpendapat bahwa protes ini sekaligus menjadi pengingat bahwa pemerintah telah gagal mengelola krisis. Menurut Miftah, yang harus disalahkan atas banyaknya korban jiwa dalam bencana ini adalah parlemen.
ADVERTISEMENT
Dia pun menyerukan penyelidikan internasional atas bencana tersebut dan rekonstruksi di bawah pengawasan internasional.