Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Rayuan Pulau Kelapa, Saksi Bisu Kedekatan Hubungan Diplomasi Indonesia-Rusia
10 Maret 2022 10:52 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Rayuan Pulau Kelapa merupakan tembang wajib nasional Indonesia yang diciptakan oleh Ismail Marzuki tahun 1944. Siapa sangka, lagu dengan lantunan mendawai-dawai dan lirik yang menggambarkan bentang alam Indonesia nan indah ini, mampu menjadi saksi bisu terjalinnya hubungan diplomasi yang erat antara Indonesia dan Rusia.
ADVERTISEMENT
Di sini, Presiden Pertama RI Sukarno memiliki peran penting dalam menyukseskan Rayuan Pulau Kelapa sebagai salah satu kebudayaan Indonesia yang mampu menjembatani kedekatan kedua negara tersebut. Sampai pada akhirnya, keberhasilan itu ditandai dengan lagu Rayuan Pulau Kelapa yang disulihbahasakan dalam bahasa Rusia, berjudul Pesnja Ostrova Pal'm.
Dubes RI untuk Rusia merangkap Belarusia tahun 2016-2020, Wahid Supriyadi , berbagi cerita dengan kumparan (9/3) tentang betapa kaget dirinya melihat orang Rusia bisa sangat menikmati lagu Rayuan Pulau Kelapa.
"Lagu Rayuan Pulau Kelapa ini memang sudah populer sejak zaman Sukarno, ya, bahkan bukan hanya orang Rusia, orang-orang luar yang kuliah di Rusia pun bisa menyanyikan lagu ini. Waktu itu saya sedang berada di Kota Sochi tahun 2016, ketika saya selesai menyambut, ada seorang kakek-kakek atau bapak-bapak tua, ya, tiba-tiba dia membawa kaset dan memasukkan ke dalam tape recorder, ternyata itu lagu Rayuan Pulau Kelapa. Saya pikir lagu nasional (Rusia), tapi loh kok dari Indonesia," jelas Wahid Supriyadi.
ADVERTISEMENT
Kepopuleran lagu Rayuan Pulau Kelapa membuka peluang besar bagi produk-produk kebudayaan lain yang dimiliki Indonesia untuk lebih dikenal masyarakat Rusia .
Mengapa bisa begitu?
Presiden Pertama Republik Indonesia Sukarno pada tahun 1950-an tengah gencar melakukan misi kebudayaan ke luar negeri. Rusia menjadi salah satu negara sasaran Sukarno pada waktu itu. Selain hubungan baik antara Sukarno dan Kepala Pemerintahan Rusia (dahulu Uni Soviet) Nikita Khrushchev memang sudah terbangun, Sukarno melihat ini sebagai peluang yang bagus untuk misi kebudayaannya.
Akhirnya, lagu Rayuan Pulau Kelapa menjadi media yang diandalkan Sukarno pada tahun 1956, untuk melancarkan aksinya dalam misi memperkenalkan kebudayaan Indonesia di beberapa negara, salah satunya Rusia.
Usaha Bapak Proklamator RI itu tak sia-sia. Pada tahun 1957, Rusia merespons baik lagu Rayuan Pulau Kelapa. Pemerintah Rusia meminta Pusat Studio Film Dokumenter (PSFD) yang merupakan studio film terbesar Rusia saat itu, untuk membuat film mengenai Indonesia. Sementara, Rayuan Pulau Kelapa dijadikan lagu yang melatari film dokumenter tersebut.
ADVERTISEMENT
"Waktu dahulu, kan, memang sudah ada pendekatan-pendekatan budaya, seperti Bung Karno mengirim Profesor Intoyo, orang yang pertama kali ditugaskan untuk mengajarkan bahasa Indonesia di Lomonosov State University. Jadi setelah itu ada pertukaran budaya, kunjungan negara. Menurut saya, pendekatan kebudayaan sangat efektif untuk membangun hubungan diplomatis," jelas Wahid Supriyadi.
Berdasarkan jurnal Diplomasi Budaya Indonesia dan Rusia Dalam Lirik Lagu Rayuan Pulau Kelapa dan Versi Rusia Pesnja Ostrova Pal’m yang ditulis oleh Widyatmoko dan Kaprisma (2020), lagu wajib nasional Indonesia Rayuan Pulau Kelapa pada akhirnya diaransemen ulang oleh Vitaly Geviksman dan disesuaikan kembali dengan film yang dibuat.
Nada dan irama dari lagu Rayuan Pulau Kelapa tetap dipertahankan, tetapi liriknya disulihbahasakan ke dalam bahasa Rusia dengan judul Pesnja Ostrova Pal'm. Yang dimaksud sulih bahasa di sini adalah lirik lagu tidak diterjemahkan secara harfiah, melainkan kandungan makna yang ada dalam lagu digubah dalam bahasa Rusia berdasarkan cara pandang Rusia.
ADVERTISEMENT
"Jadi ada beberapa lagu yang terkenal di sana, seperti anak-anak tahu lagu Naik Delman, itu juga sangat terkenal. Bahkan saat berkunjung ke sebuah sekolah dasar di Star City, itu tempat para kosmonot, ya, ada anak-anak menyanyikan lagu Naik Delman dalam bahasa Rusia. Jadi waktu itu seluruh seantero Soviet sudah sangat populer (lagu Rayuan Pulau Kelapa) dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia, mereka tahu kalau itu berasal dari Indonesia," tutur Wahid.
Prof Dr Sudaryanto, diaspora Indonesia yang kini menetap di Rusia dan cukup lama mengamati seni kebudayaan kedua negara tersebut, punya pandangan sendiri soal mengapa Rayuan Pulau Kelapa begitu digemari masyarakat Rusia.
"Waktu zaman Bung Karno, perkembangan lagu ini sangat bagus sekali, sehingga banyak yang mengira kalau lagu Rayuan Pulau Kelapa itu lagu kebangsaan Indonesia. Lagu ini memang serasi dengan selera orang Rusia juga, lagunya merdu dan di telinga itu enak," ujar Sudaryanto.
ADVERTISEMENT
Kehangatan hubungan diplomasi Indonesia-Rusia juga terlihat dari Dubes Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Georgievna Vorobieva, yang sempat bernyanyi Rayuan Pulau Kelapa bersama dengan beberapa diplomat Rusia pada tahun 2021 lalu.
Aksi ini cukup banyak menarik perhatian masyarakat, lantaran kebudayaan Indonesia berhasil direpresentasikan dengan tepat oleh para diplomat Rusia saat itu. Sambil mengenakan pakaian batik, mereka tampak ciamik melantunkan nada Rayuan Pulau Kelapa.
Dari Kacamata Anak Muda yang Pernah Tinggal di Rusia
Salah satu anak Indonesia yang pernah mengenyam pendidikan S1 di Rusia, Aliyya Bunga, dengan bangga turut berkesempatan menyanyikan lagu Rayuan Pulau Kelapa saat acara festival kebudayaan di kampusnya berlangsung.
Saat itu, ia dan teman-teman Indonesia lainnya memilih unjuk bakat dengan menyanyikan lagu Rayuan Pulau Kelapa berbahasa Rusia atau dikenal dengan Pesnja Ostrova Pal'm.
ADVERTISEMENT
"Waktu itu pertimbangan nyanyi lagu Rayuan Pulau Kelapa karena ternyata ada yang bahasa Rusianya. Daripada mereka enggak ngerti kalau pakai bahasa Indonesia, mendingan kita nyanyi yang bahasa Rusia juga," jelas Aliyya.
Aliyya juga menjelaskan, keberadaan lagu Rayuan Pulau Kelapa di anak muda usia sebayanya, tak sepopuler seperti mereka yang tahu lagu ini saat Uni Soviet masih berdiri. Hal itu terjadi lantaran pamor Rayuan Pulau Kelapa dimulai pada era Khrushchev saat masih jadi kepala pemerintahan Uni Soviet. Bertepatan dengan Sukarno yang tahun 1950-an tengah menjalankan misi kebudayaannya.
Meski begitu, dari perjalanan sebuah lagu yang menjadi saksi bisu hubungan diplomatik kedua negara Indonesia-Rusia, kita bisa melihat peranan penting sebuah kebudayaan yang dapat dimanfaatkan pemerintah untuk membangun hubungan diplomasi yang baik.
ADVERTISEMENT
Kebudayaan jadi kendaraan untuk menyampaikan pesan, gagasan, maupun pendapat yang bisa membangun hubungan lebih cair antarnegara. Selain itu, momen erat yang berhasil terjalin juga bisa menjadi pintu masuk meraih kedamaian dunia.