RD Kongo dalam Kondisi Waspada Penyakit Misterius Mematikan

6 Desember 2024 5:30 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mayat. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mayat. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Republik Demokratik (RD) Kongo dalam kewaspadaan maksimum atas penyakit misterius yang menewaskan puluhan orang dalam waktu satu bulan.
ADVERTISEMENT
Penyakit tersebut menyebabkan gejala seperti flu -- demam, batuk, dan sakit kepala -- dan telah dijelaskan oleh otoritas DR Kongo sebagai peristiwa kesehatan masyarakat yang belum diketahui.
Pertama kali terdeteksi pada akhir Oktober, kasus tersebut sejauh ini terbatas ditemukan di wilayah Panzi, sekitar 700 kilometer di tenggara ibu kota Kinshasa.
"Kami dalam kewaspadaan maksimum, kami menganggap ini sebagai tingkat epidemi yang perlu kami pantau," kata Menteri Kesehatan Samuel Roger Kamba di Kinshasa, dikutip dari AFP, Jumat (6/12).
"Di pusat-pusat kesehatan, kami telah menghitung 27 orang meninggal," katanya.
Ia menambahkan, bahwa 44 kematian lainnya telah dilaporkan tetapi kemungkinan karena penyebab lain.
Adapun akses ke wilayah Panzi sulit melalui jalan darat dan infrastruktur kesehatan di sana kurang memadai. Warga dihadapkan kekurangan air minum dan obat-obatan.
ADVERTISEMENT
Lebih dari 60 persen orang di wilayah tersebut menderita kekurangan gizi, terutama anak-anak. Ia menyebut bahwa wilayah itu juga pernah menderita epidemi demam tifoid yang serius dua tahun lalu.
Terkait penyakit misterius ini, ahli epidemiologi telah dikirim ke Panzi untuk mengambil sampel.
Para spesialis telah mengesampingkan virus corona tetapi telah menyimpulkan bahwa itu adalah penyakit yang menyerang sistem pernapasan.
"Kami tidak tahu apakah kami sedang berhadapan dengan penyakit virus atau penyakit bakteri," kata Dieudonne Mwamba, Direktur Jenderal Institut Kesehatan Masyarakat Nasional, dalam jumpa pers daring oleh pengawas kesehatan Uni Afrika, Africa CDC.
"Kami bahkan tidak tahu cara penularannya," kata kepala Africa CDC Jean Kaseya.
Di antara 27 kematian di pusat kesehatan, 17 orang meninggal setelah mengalami gangguan pernapasan. Sepuluh orang meninggal karena kurangnya transfusi akibat anemia berat.
ADVERTISEMENT
DR Kongo merupakan salah satu negara termiskin di dunia yang dalam beberapa bulan terakhir menjadi episentrum wabah mpox, dengan lebih dari 1.000 kematian.