Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Respons Andika Perkasa soal Ganjar Muncul di Azan Magrib TV
12 September 2023 16:23 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Wakil Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo untuk Pilpres 2024, Andika Perkasa, menjawab pertanyaan wartawan atas munculnya Ganjar Pranowo dalam tayangan azan Magrib di jaringan televisi MNC Group.
ADVERTISEMENT
Andika enggan memberikan banyak komentar. Namun, ia menilai, Ganjar saat ini sudah ditetapkan sebagai bacapres oleh PDIP, paham dengan apa yang ia lakukan.
"Wah, beliau pasti lebih tahu apa yang dilakukan, beliau kan sudah bacapres," kata Andika usai berceramah di kampus Universitas Udayana (Unud), Bali, Selasa (12/9).
"Saya yakin Mas Ganjar lebih tahu apa yang beliau rencanakan dan lakukan," kata eks Panglima TNI ini.
Apakah masalah ini akan dibahas dalam pertemuan perdana TPN di Jakarta besok?
"Besok itu adalah pertemuan pertama, justru kita mendapatkan arahan dari kemungkinan besar apakah pimpinan partai politik yang berkoalisi atau sekjennya, saya belum tahu persis," jawab Andika.
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah buka suara terkait TV yang tayangkan Ganjar di video azan Magrib yang mengisi frekuensi publik itu.
ADVERTISEMENT
"Kami tengah lakukan kajian terhadap hal tersebut," kata Komisioner KPI bidang Pengawasan Aliyah melalui pesan singkat kepada kumparan, Minggu (10/9).
Mereka pun sudah mengirimkan surat ke MNC Group yang menayangkan video Ganjar tersebut. Mereka masih menanti respons dari Hary Tanoesoedibjo sebagai bos MNC Group dan jajarannya. Hary Tanoe adalah Ketum Perindo, partai yang mendukung Ganjar.
"Kami minta segera klarifikasi Lembaga Penyiaran yang menayangkan," lanjut Aliyah.
Sementara Bawaslu RI masih menelusuri isu ini, apakah ada pelanggaran atau tidak nanti diputuskan.
Sementara itu, sebagian kalangan menyebut langkah Ganjar tampil di acara azan Magrib sebagai bagian dari "politik identitas".