Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Retno di KTT OKI: Tanpa Palestina Merdeka, Tak Ada Hubungan Diplomatik Israel
5 Mei 2024 11:21 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang digelar di Banjul, Gambia, Sabtu (4/5). Dalam KTT itu, Retno membawa dua fokus utama, yaitu masalah Palestina dan isu perempuan.
ADVERTISEMENT
"Saya ingin mengingatkan kepada Arab Peace Initiative dan OKI, bahwa perdamaian dengan Israel hanya akan bisa terjadi jika mereka mengakhiri pendudukannya atas Palestina," tegas Retno dalam keterangannya, Minggu (5/5).
"Keputusan tersebut memberikan pesan yang kuat kepada Israel: tanpa kemerdekaan Palestina, maka tak ada hubungan diplomatik. Pesan dan keputusan ini harus dipertahankan," lanjutnya.
Selama tujuh bulan terakhir, kata Retno, dunia telah diperlihatkan kekejaman terburuk dalam sejarah modern. Lebih dari 34 ribu warga Palestina dibunuh oleh Israel, bantuan kemanusiaan dipersulit, keanggotaan Palestina di PBB terus dijegal, dan Israel masih mengancam akan menyerang Rafah--perbatasan terakhir di Gaza.
"Dalam situasi sulit ini, OKI harus bersatu membela keadilan dan kemanusiaan bagi rakyat Palestina," ucapnya.
Ia meminta agar fokus OKI tak terpecah dan tetap bersatu membantu Palestina. Bantuan kemanusiaan bagi masyarakat Palestina, khususnya di Gaza, harus terus dipertahankan dengan cara apa pun, termasuk dengan melanjutkan dukungan kepada UNRWA.
ADVERTISEMENT
"Oleh karena itu, jaring pengaman keuangan Islam yang telah disepakati di OKI harus segera diaktifkan," kata Retno.
OKI juga harus terus mendorong agar gencatan senjata segera dilakukan dan bersifat permanen. Gencatan senjata ini akan menjadi terobosan yang bisa menghentikan jumlah korban jiwa yang terus meningkat, dan meringankan penderitaan warga Palestina yang kini masih bertahan.
"Kita juga harus fokus dalam penanganan bencana kemanusiaan di Palestina dan menarik diri dari konflik terbuka. Kita harus menjamin stabilitas kawasan dan dunia. Persatuan OKI harus dikontribusikan pada perdamaian, bukan untuk memperburuk krisis," ungkap Retno.
Selain masalah Palestina, Retno juga membahas soal kesenjangan pembangunan di antara negara-negara OKI yang harus dipersempit. Sebanyak 21 dari 46 negara OKI, kata Retno, saat ini tengah bergulat dengan kemiskinan yang semakin meluas.
ADVERTISEMENT
"Pemberdayaan perempuan dan akses terhadap pendidikan berkualitas juga penting untuk pembangunan OKI yang inklusif. Hal ini harus jadi prioritas OKI, termasuk untuk mempromosikan hak pendidikan perempuan di Afghanistan," tutur Retno.
Terkait masalah ini, Retno mengungkapkan, Indonesia telah menawarkan beasiswa bagi perempuan dan anak Afghanistan. Selain itu, Indonesia juga telah mengirimkan 10 juta dosis vaksin polio untuk anak-anak Afghanistan.
"Indonesia menyerukan OKI untuk mengambil tindakan lebih banyak untuk memberikan dampak yang lebih luas di Afghanistan," pungkasnya.