Retno: Jalan Masih Panjang untuk Palestina Jadi Negara Merdeka

16 Oktober 2024 10:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, dalam Program Info A1 kumparan di Gedung Kementerian Luar Negeri RI, Senin (14/10/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, dalam Program Info A1 kumparan di Gedung Kementerian Luar Negeri RI, Senin (14/10/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
"Jalan masih panjang" untuk Palestina jadi negara merdeka. Setidaknya begitu bagi Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi. Begini buah pikirnya:
ADVERTISEMENT
"Jalan masih panjang. Sejauh ini saya lihat dari sisi pengakuan terhadap State of Palestine di PBB, 143," ujar Retno dalam Program Info A1 kumparan, dikutip pada Rabu (16/10).
143 yang dimaksud Retno adalah jumlah negara yang mendukung Palestina menjadi anggota penuh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, dalam Debat Terbuka di Dewan Keamanan PBB yang membahas soal Palestina, di New York, Amerika Serikat, pada Selasa (23/1/2023). Foto: Kemenlu RI
Menlu RI dua periode ini melanjutkan, "Tapi, masalahnya, pengakuan itu penting, kita sekarang prioritaskan, kita mendorong pengakuan negara-negara tersebut karena dengan pengakuan itu meletakkan Palestina dengan posisi yang sama dengan Israel."
"Kalau posisinya sama mendorong untuk mulai bicara lagi. Kan, sebenarnya melalui dialog negosiasi adalah yang paling tepat bagi keduanya untuk menyelesaikan masalahnya, dan dasarnya adalah two state solution," ujar Retno.
"Balik ke pertanyaan masih berapa lama? Mungkin masih akan lama. Apalagi kalau Palestina tidak di-backup oleh kita-kita negara-negara yang punya moralitas punya keinginan membantu Palestina. Kalau Palestina dilepas, wasallam, selesai dia," kata mantan Dubes RI untuk Norwegia hingga Belanda ini.
Tenda-tenda pengungsi di Deir Al-Balah di Jalur Gaza tengah yang diserang Israel, Senin (14/10/2024). Foto: Ramadan Abed/REUTERS
Menurut Retno, yang menarik adalah UNRWA (The United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East) sebagai lembaga yang diberi tugas oleh PBB untuk mengurusi pengungsi, pengungsinya tidak cuma di Tepi Barat, Gaza, tapi juga di Lebanon dan Syria. "Jutaan," katanya.
ADVERTISEMENT
"UNRWA akan dilabel teroris, dia tidak dapat melakukan pekerjaannya membantu para pengungsi, apa artinya? Israel ingin para pengungsi tetap tinggal di negara-negara ketiga yang ada sekarang ini. Yang berarti right to return, kan ada salah satu right to return, hak mereka kembali ke tanahnya, tanah Palestina, yang diambil oleh Israel menjadi hilang. Jadi right to return sudah menjadi enggak ada lagi," ujar wanita kelahiran Semarang ini.
"Jadi ini Palestina dari sedikit demi sedikit digerogoti terus jadi yang masih punya moralitas berpolitik diperbanyak massanya negara-negara untuk membela. Sekali lagi ini untuk membela keadilan dan kemanusiaan," kata Retno.
Warga Palestina bereaksi menyusul serangan di sekolah milik PBB yang menampung para pengungsi, di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara, Sabtu (4/11/2023). Foto: Anas al-Shareef/REUTERS