Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Senja berselimut awan ketika saya tiba di rumah Maria Vesty, seorang pembuat boneka arwah yang lebih suka dipanggil “doll artist”. Saya menuju ruang kerja Maria di lantai tiga dan langsung terpana memandang boneka-boneka berjajar rapi di balik lemari kaca. Banyak sekali boneka di sana. Mata mereka seolah serempak menatap saya.
Sebagian boneka terlihat telanjang karena masih dalam proses produksi. Dalam kondisi polos seperti itulah karakter si boneka dibentuk Maria. Berbagai ide mengenai watak bonekanya bermunculan di kepala Maria. Baginya, ide adalah komponen paling mahal dalam proses produksi boneka.
Setelah mendapat ide dan mematangkannya, Maria menuangkannya pada boneka yang sudah setengah jadi. Karakter boneka menentukan bahan baku pakaiannya. Biasanya Maria memilih kain sutra atau nilon. Sementara kulit boneka dibuat dari karet, porselen, atau vinil.
“Ini rambutnya rata-rata rambut asli manusia,” kata Maria sambil memegang salah satu bonekanya dengan hati-hati.
Maria mempelajari pembuatan boneka secara autodidak. Ini terasa wajar baginya karena ia tumbuh di lingkungan seniman. Maria tak bekerja sendiri. Ia dibantu penjahit untuk membuat badan boneka. Setelah boneka selesai dibuat, seorang indigo—Furi Harun—mengisi arwah ke dalamnya.
Maria bertemu Furi Harun pada 2019, saat ia bergabung dengan sebuah komunitas pecinta boneka anak di Jakarta. Furi Harun yang juga selebgram kerap disebut sebagai pencetus tren adopsi boneka arwah di Indonesia. Ia mengoleksi 300 lebih boneka arwah dan mempopulerkan hobi itu di kanal YouTube dan akun Instagram miliknya.
Furi dan Maria kemudian menjalin hubungan akrab hingga keduanya menjadi rekan kerja. Maria merancang dan membuat boneka, sedangkan Furi mengisinya dengan arwah.
Furi bahkan mendatangkan arwah tiga bersaudara dari Ukraina untuk dimasukkan ke tiga boneka bikinan Maria. Boneka-boneka itu kemudian dinamai dengan nama keluarga dari ketiga arwah Ukraina itu: Aletha.
Aletha Series yang merupakan hasil kolaborasi Maria dan Furi menjadi asal mula bisnis boneka arwah di Indonesia. Ketiga boneka itu diperkenalkan Furi ke publik pada Juli 2020 melalui kanal YouTube-nya, dan telah ditonton lebih dari 16 ribu kali.
Dalam video berjudul “Aletha Boneka Arwah dari Ukraina” di kanal YouTube-nya, Furi bercerita bahwa tiga bersaudara Aletha adalah penyihir pada abad ke-16 yang meninggal karena dibakar hidup-hidup.
“[Kalau ada pertanyaan] ‘Kenapa sih Kak Furi senang menempatkan teman-teman arwahnya di boneka, bahkan kadang beberapa bonekanya diadopsi oleh orang lain?’ [Jawaban saya adalah karena] terkadang arwah ingin berkomunikasi dengan kita. Mereka ingin pulang, tapi bingung harus pulang ke mana. Mereka masih menyimpan dendam dan kesedihan masa lalu sehingga belum bisa memaafkan, reinkarnasi, atau rest in peace.”
“Dengan mengasuh mereka, saya harap mereka bisa menjadi arwah yang lebih baik, melupakan masa lalu yang kelam, bisa pulang, dan rest in peace,” kata Furi panjang lebar soal alasannya mengasuh boneka arwah.
Sejak itu, pasar boneka arwah di Indonesia berkembang.
“[Aletha Series] bikin booming. Spirit doll meledak di Indonesia,” kata Maria saat berbincang dengan kumparan di rumahnya, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Minggu (16/1).
Sebagian besar boneka buatan Maria Vesty dibeli tak lain oleh rekannya sendiri, Furi Harun, yang disebut Maria sebagai “praktisi supranatural”.
Maria menghargai bonekanya mulai Rp 3,5 juta sampai Rp 15 juta, dengan rentang harga tergantung pada kualitas bahan baku hingga tingkat kesulitan pembuatan.
Hampir setiap hari Maria mendapat pesanan. Ia bisa membuat 10 boneka dalam seminggu. Artinya, potensi pendapatan dari boneka arwah setiap bulannya mencapai ratusan juta.
Itu belum semua, karena Maria juga menerima repainting atau makeup boneka dengan tarif Rp 3,5 juta–20 juta untuk tiap boneka, tergantung dari jenis, ukuran, dan kerumitan boneka.
“Ada boneka dengan tinggi dari mulai 40 sentimeter sampai 1 meter,” kata Maria.
Salah satu boneka paling njelimet yang pernah Maria buat adalah Nyi Blorong. Pengerjaan boneka dengan sosok legenda wanita cantik asal Pantai Selatan itu membutuhkan waktu lebih lama dari biasanya. Ada banyak detail yang harus dibuat mirip dengan baju adat.
Nyi Blorong adalah salah satu boneka buatan Maria yang berisi arwah. Saat ini, total ada tujuh boneka Maria yang memiliki arwah. Selain membuat boneka, Maria juga mengoleksi ratusan boneka impor dan lokal.
Tak semua boneka buatan Maria diisi arwah. Kebanyakan adalah boneka “biasa” yang tak kalah laris dengan boneka arwah. Pelanggan Maria bukan cuma dari dalam negeri, tapi juga Malaysia, Hong Kong, Rusia, dan Jerman. Mereka mengenal boneka Maria dari rekan-rekan sesama kolektor boneka. Orang asing menyukai boneka yang memakai baju adat Indonesia.
Sementara untuk pasar domestik, pembeli boneka Maria sebagian adalah orang-orang yang merasa kesepian, suami istri yang tak memiliki anak, atau orang-orang yang memang tertarik dengan hal-hal mistis.
Produsen boneka arwah lainnya, Rika Usagi, memasok 20–30 boneka setiap bulan. “Paling mahal Rp 5 juta. Wujudnya bukan hanya anak-anak. Ada yang kayak orang dewasa, tingginya 40 sentimeter.”
Selama pandemi, Rika kebanjiran order. Pesanan naik sampai 70 persen. Menurut Rika, ini karena banyak orang merasa kesepian saat pandemi. Mereka butuh teman sebagai “pil penenang”. Sebagian lainnya ingin punya kebiasaan baru, terlebih setelah video Ivan Gunawan memperlihatkan boneka arwahnya viral beberapa waktu lalu.
Selain menjual boneka, Rika melayani jasa pengisian “arwah”. Namun, arwah yang dimaksud Rika di sini bukanlah roh atau jiwa orang yang meninggal, melainkan khodam atau jin pendamping manusia. Menurut Rika, memasukkan arwah sungguhan ke dalam boneka agak tak masuk akal.
Untuk memasukkan khodam atau jin ke sebuah boneka, Rika menggunakan tulisan khusus yang ditulis dalam bahasa Arab. Ia menyebut tulisan ini sebagai “rajah”.
“Saya tulis sesuai ilmu yang saya punya. Butuh keahlian khusus. Sampai sekarang saya terus belajar,” kata Rika.
Banyak pelanggan jasa Rika yang membawa boneka sendiri, sehingga Rika tinggal mengisinya dengan khodam. Untuk jasa pengisian khodam itu, Rika mematok tarif Rp 1,5–3 juta, tergantung jenis khodamnya.
“Ada orang yang meminta untuk keselamatan atau kenaikan jabatan di kantor,” ujarnya.
Boneka arwah, kata Maria, konon pertama kali dikenal di Jerman, lalu menyebar ke negara-negara Eropa lain. Menurut Rika, di Asia Tenggara, Thailand adalah negara yang pertama kali ramai oleh tren boneka arwah pada 2014. Orang-orang Thailand percaya bahwa arwah dalam boneka merupakan bagian dari proses reinkarnasi.
Di Indonesia, spirit doll mulai masuk tahun 2017. Ada boneka yang disebut berisi arwah janin yang meninggal di kandungan maupun digugurkan dengan sengaja.
Psikolog Irma Gustiana memandang boneka arwah sebagai fenomena sosial baru di Indonesia yang lambat laun akan berakhir seperti layaknya tren-tren lain, terutama bila keuntungannya dirasa kurang.
“Boneka sebagai mainan bisa menjadi alat terapeutik untuk pemulihan psikologis. Tapi boneka arwah konteksnya spiritual—objek yang dihayati sebagai benda hidup. Kalau kemudian itu membuat kita menjadi tak realistis, maka kita perlu hati-hati dan waspada karena bisa mengganggu kemampuan kita untuk memilah fakta dan ilusi,” ujar Irma.
Dari sisi keagamaan, khususnya Islam, Ketua Bidang Dakwah MUI Cholil Nafis menyatakan, hukum mempercayai boneka arwah adalah haram. Ia pun menyarankan masyarakat untuk tidak bersikap berlebihan dengan membeli boneka dengan harga terlampau mahal.