Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
RS Kariadi Bantah Jam Kerja Dokter PPDS Undip Berlebihan
2 September 2024 18:52 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Manajemen RSUP dr Kariadi membantah mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Undip di rumah sakitnya dibebani jam kerja yang berlebihan.
ADVERTISEMENT
"RS Kariadi kalau operasi segera dan darurat, IGD buka 24 jam, operasi pun sebenarnya ada yang buka 24 jam. Jadi bukan overload ya, rumah sakit ini menyediakan operasi-operasi yang gawat darurat 24 jam, kan tidak mungkin ada kecelakaan jam 1 butuh operasi cepat kejaran-kejaran nyawa, kalau nggak 24 jam bagaimana?" ujar Manajer Hukum dan Humas RS Dr Kariadi Semarang, Vivi Vira Viridianti, Senin (2/8).
Ia justru menilai kondisi ini yang diuntungkan masyarakat. Sebab, dokter selalu siap sedia selama 24 jam untuk melakukan tindakan atau penyelamatan.
"Sebenarnya itu yang diuntungkan masyarakat. Kita RSUP dr Kariadi melayani masyarakat luas dalam bidang kesehatan," jelas dia.
Ia juga menolak bila mahasiswa PPDS itu disebut dipekerjakan. Menurutnya, PPDS seperti mahasiswa yang sedang magang di sebuah tempat.
ADVERTISEMENT
"Mereka itu kan sekolah, pendidikan, berarti di sini pendidikan, bukan diperbantukan atau dipekerjakan, nanti bahasanya agak salah, tidak pas. Jadi pendidikan, seperti saya magang gitu," imbuh Vivi.
Untuk itu, dalam hal kerja sama antara FK Undip dan RSUP dr Kariadi, rumah sakit hanya menyediakan lahan atau wahana pendidikan bagi calon dokter.
"RS Kariadi kami hanya menyediakan lahan atau wahana pendidikan. Kami RS pemerintah wajib memberikan lahan, wahana pendidikan untuk dokter, dokter spesialis, perawat, bidan, apoteker semuanya belajar di sini. Tapi yang mengatur teknisnya pendidikan," sebut Vivi.
Ia juga menyebut, hingga saat ini kerja sama antara FK Undip dengan RSUP dr Kariadi masih terus berjalan. Mahasiswa PPDS yang magang di rumah sakit ini juga hanya mahasiswa Undip.
ADVERTISEMENT
"PPDS yang di sini hanya Undip. Sampai saat in RSUP dr Kariadi masih bekerja sama dengan FK Undip," kata Vivi.
Soal Jam Kerja
Sebelumnya Undip meminta investigasi Kemenkes dan polisi terkait meninggalnya dokter Aulia Risma Lestari dilakukan hingga ke akarnya. Termasuk, soal beban kerja yang sangat berat untuk mahasiswa program pendidikan dokter spesialis (PPDS).
Dokter Aulia ditemukan meninggal bunuh diri di kosannya. Dia diduga tak kuat menahan bullying saat menjalani PPDS Undip di RS Kariadi.
Wakil Rektor IV Undip Wijayanto, PhD mengatakan masalah dokter atau mahasiswa PPDS adalah jam kerja. Mereka bisa bekerja 24 jam sehari. Jam kerja berlebihan ini membuat para dokter dan mahasiswa PPDS mengalami tekanan yang sangat berat.
ADVERTISEMENT
"Bisa seorang dokter itu bekerja 24 jam sehari. Ini aturan dari (RSUP) Kariadi yang arahannya dari Kemenkes. Praktik itu yang membuat siapa pun yang ada di sana, mau dokter PPDS, mau dokter senior, semua akan mengalami bekerja dalam tekanan yang luar biasa," ujar Wijayanto.
Ia juga menyangkan banyaknya stigma buruk yang ditujukan untuk Undip terkait kematian dr Aulia. Sebab, menurutnya, salah satu akar permasalahan yang terjadi adalah beratnya jam kerja.
"Saat ini seakan-akan hanya Undip yang bersalah, satu-satunya. Apa pun hasil investigasi, kita akan support. Tapi ketika akar strukturalnya, yaitu jam kerja luar biasa berlebihan, yang itu sebenarnya kebijakan dari rumah sakit dan mengikuti Kemenkes," imbuh Wijayanto.
Tingginya tekanan dan jam kerja dokter, katanya, tidak hanya terjadi di RSUP Dr Kariadi. Ia berharap permasalahan seperti itu yang kerap muncul di rumah sakit bisa ditangani.
ADVERTISEMENT
"Maka selama itu belum dipecahkan, ini akan menjadi masalah seluruh FK-FK yang ada di Indonesia. Dalam hal ini Undip ini menarik ya karena Kariadi itu kan RS yang sangat terkenal di Jateng. Banyak sekali pasien hadir, sehingga itu menjadi dimensi yang lain," kata dia.