Rusia Siap Kirim Tentara ke Perbatasan Armenia-Azerbaijan untuk Redam Ketegangan

19 Januari 2023 8:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pasukan Azerbaijan melintasi perbatasan Armenia-Azerbaijan dan mendekati posisi Armenia, pada Selasa (13/9/2022). Foto: Kementerian Pertahanan Armenia via AP
zoom-in-whitePerbesar
Pasukan Azerbaijan melintasi perbatasan Armenia-Azerbaijan dan mendekati posisi Armenia, pada Selasa (13/9/2022). Foto: Kementerian Pertahanan Armenia via AP
ADVERTISEMENT
Rusia bersedia mengerahkan pasukan ke perbatasan Armenia-Azerbaijan untuk memadamkan ketegangan antara kedua negara tersebut pada Rabu (18/1). Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, menjelaskan pihaknya bisa mengerahkan pasukan ke wilayah itu dalam kerangka Organisasi Traktat Keamanan Kolektif (CSTO).
ADVERTISEMENT
Namun Armenia berusaha untuk mencegah inisiatif itu. Pasalnya Armenia mendesak CSTO mengecam perlakuan Azerbaijan. Berbeda dengan Armenia yang merupakan anggota CSTO, Azerbaijan tidak tergabung dalam aliansi yang dipimpin Rusia itu.
"Kami mengalami kesulitan terkait dengan situasi di Armenia. Ketika teman-teman Armenia kami mendorong perlunya mengirim misi CSTO ke perbatasan dengan Azerbaijan untuk memastikan stabilitas di sana," jelas Lavrov, dikutip dari Reuters, Kamis (19/1).
"Kami menyetujui dokumen dan parameter misi tetapi tidak mungkin untuk menerimanya, karena Armenia mulai bersikeras agar dokumen tersebut berisi kecaman keras terhadap Azerbaijan," lanjutnya.
Seorang pria berdiri di samping sebuah bangunan yang rusak akibat penembakan baru-baru ini selama bentrokan perbatasan dengan Azerbaijan, di kota Jermuk, Armenia, Kamis (15/9/2022). Foto: Stepan Poghosyan/Photolure via REUTERS
Walau merupakan sekutu Armenia, Rusia juga mengupayakan hubungan baik dengan Azerbaijan. Kebuntuan terbaru antara negara-negara ini berakar dari blokade Koridor Lachin yang menghubungkan Armenia ke wilayah yang disengketakan, Nagorno-Karabakh.
ADVERTISEMENT
Pasukan Armenia menguasai sebagian besar wilayah di bagian dalam dan sekitarnya pada awal 1990-an. Dengan menggunakan dukungan Turki, Azerbaijan merebut kembali wilayah-wilayah itu pada 2020.
Meski Nagorno-Karabakh kemudian diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, tetapi penduduknya mayoritas berasal dari etnis Armenia. Alhasil, pertempuran kerap meletus secara berkala meskipun sudah ada gencatan senjata. Rusia bahkan telah mengerahkan sekitar 2.000 prajurit penjaga perdamaian ke Nagorno-Karabakh.
Konflik terbuka di wilayah ini dalam masa mendatang dikhawatirkan dapat menyeret Rusia dan Turki. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, telah menyuarakan keprihatinan pula akan risiko tersebut.
"[Blinken] menyatakan keprihatinan yang mendalam atas situasi kemanusiaan yang memburuk di Nagorno-Karabakh, akibat penyumbatan koridor Lachin," tulis pernyataan Kemlu AS.
ADVERTISEMENT
Juru bicara Kemlu AS, Ned Price, mengabarkan bahwa Blinken akan segera berbicara dengan Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev.
Wartawan memdokumentasikan sisa-sisa roket setelah bentrokan perbatasan dengan Azerbaijan, di kota Jermuk, Armenia, Kamis (15/9/2022). Foto: Stepan Poghosyan/Photolure via REUTERS
Blokade selama sebulan yang memicu bentrokan baru tersebut dilakukan warga Azerbaijan yang mengaku sebagai aktivis lingkungan. Mereka memprotes penambangan ilegal Armenia di Nagorno-Karabakh.
Di sisi lain, Armenia menggambarkan mereka sebagai sekelompok agitator yang menerima dukungan pemerintah Azerbaijan.
Armenia pun mengungkap amarah akan penolakan Rusia untuk menggunakan pasukan penjaga perdamaiannya di wilayah itu untuk mengakhiri blokade. Sedangkan Rusia mengkritik upaya Armenia yang meminta penyelesaian dengan mediasi Uni Eropa.
"Meskipun kami adalah sekutu, Armenia lebih suka bernegosiasi dengan Uni Eropa," kata Lavrov.