Saat 'Anker' Berjibaku di Stasiun Manggarai: Adu Otot hingga Nunggu Berjam-jam

10 April 2025 18:00 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana penumpang KRL saat jam pulang kerja di Stasiun Manggarai, Jakarta, Kamis (10/4/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana penumpang KRL saat jam pulang kerja di Stasiun Manggarai, Jakarta, Kamis (10/4/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
ADVERTISEMENT
Seorang pemuda berdiri di peron Stasiun Manggarai menanti datangnya kereta. Tas dia pakai di dada, sambil sesekali matanya menatap layar ponsel di genggaman.
ADVERTISEMENT
Dia adalah Mahardika Kurnia (22), seorang mahasiswa UNJ yang setiap hari naik kereta dari Lenteng Agung. Mahardika baru pulang dari Serpong karena bekerja sampingan sebagai asisten riset di kantor BRIN yang ada di sana.
Sudah dua tahun Mahardika menjadi 'Anak Kereta' atau biasa disebut Anker. Katanya, perlu beberapa trik agar perjalanan kereta bisa tetap aman, seperti misalnya meletakkan tas di bagian depan, bukan di punggung.
"Ya mungkin karena lebih aman mas. Kalau kondisinya dempet-dempetan kan nggak aman kalau di belakang, " katanya kepada kumparan, saat menunggu kereta, Kamis (10/4).
Suasana penumpang KRL saat jam pulang kerja di Stasiun Manggarai, Jakarta, Kamis (10/4/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Selain itu, kata Mahardika, keberadaan tas di depan juga bisa menjadi pembatas saat berdesakan dengan penumpang lain. Anak kereta memang sudah akrab dengan 'adu otot' atau berdesak-desakan dengan penumpang lain agar bisa masuk ke dalam gerbong kereta yang selalu penuh di jam-jam sibuk.
ADVERTISEMENT
"Jadi pembatasan juga biar orang nggak nempel langsung depan kita," ucapnya.
Suasana penumpang KRL saat jam pulang kerja di Stasiun Manggarai, Jakarta, Kamis (10/4/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Kereta Mahardika tiba dan membawanya ke tujuan, Stasiun Lenteng Agung.
Sementara itu, semakin sore, Stasiun Manggarai semakin padat, terutama di peron-peron yang tujuannya ke daerah-daerah yang menjadi penyangga Jakarta.
Para Anker terlihat berebut turun dan naik ke gerbong kereta. Seperti yang biasa dilakukan oleh Sasa (20 tahun). Mahasiswa yang tinggal di Tangerang dan berkuliah di Depok itu sudah menjadi Anker sejak 2021.
Sasa mengaku pernah menunggu berjam-jam hanya untuk pulang karena kondisi kereta yang selalu penuh.
"Iya pernah nunggu 1 setengah jam buat pulang. Itu kondisinya udah capek banget, harus transit juga," tuturnya.
Suasana penumpang KRL saat jam pulang kerja di Stasiun Manggarai, Jakarta, Kamis (10/4/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Dia mengaku tetap menaruh pilihannya pada kereta karena jauh lebih murah.
ADVERTISEMENT
"Iya jauh banget [biaya bila naik taksi/ojek online]. Karena itu sih makanya kereta. Tapi kadang memang selang-seling tergantung kondisi hari itu juga," ucapnya.
Dia berharap pemerintah bisa menambahkan armada, khususnya ke daerah Tangerang. Sebab bila siang hari, kereta ke sana hanya melintas setiap setengah jam sekali dari Manggarai.
Soal armada kurang ini, keluhan lain juga disampaikan oleh Rizki (23), translator bahasa Jepang yang sudah jadi Anker selama 4 tahun.
Dia meminta agar pemerintah bisa meningkatkan keamanan di kereta. Menurutnya tak masalah harus berdesak-desakan, namun dia berharap tak ada lagi peristiwa-peristiwa seperti pelecehan yang terjadi di dalam kereta ataupun di stasiunnya.
"Apalagi yang kemarin itu di Tanah Abang. Saya enggak tahu solusinya bagaimana. Tapi saya yakin pemerintah lebih tahu. Itu sih biar enggak ada lagi pelecehan, terutama yang merugikan perempuan," tutupnya.
ADVERTISEMENT