Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Berbeda dari si kancil dalam lagu anak-anak karya Ibu Sud tersebut, Salim Kancil tidak mencuri. Malah sebaliknya. Petani di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang , Jawa Timur ini dikenal karena kegigihannya mempertahankan hak dari tangan-tangan para pencuri.
Bersama para petani lain, Salim membentuk Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Pesisir Desa Selok Awar-Awar untuk menentang pengerukan pasir besi berkedok pembangunan infrastruktur pariwisata di Pantai Watu Pecak yang telah berlangsung selama berbulan-bulan. Aktivitas tambang ilegal yang dikangkangi Hariyono—kepala desa mereka—itu menyebabkan abrasi, dan abrasi membuat sawah-sawah terendam air laut. Panen gagal. Kerja keras mengolah lahan payau dekat pantai itu jadi percuma.
“Jika tambang ditutup, akan ada pertumpahan darah!” kata Madasir, tangan kanan Hariyono.
Namun, Salim Kancil dan kawanannya tak mundur barang setapak. Pada 9 September 2015, mereka mendapat kemenangan kecil. Unjuk rasa mereka menarik perhatian Camat dan Kapolsek Pasirian, serta berujung pada penandatanganan surat pernyataan oleh Hariyono bahwa penambangan pasir akan dihentikan. Namun, sepekan kemudian, truk-truk pasir kembali keluar-masuk area pantai. Janji telah dilanggar.
Forum hendak menggelar demonstrasi lagi di balai desa pada 26 September 2015. Selebaran telah dicetak dan dibagikan. Tubuh dan pikiran telah siap. Namun, rencana itu tak pernah kesampaian. Pada hari yang sama, pagi-pagi, Salim Kancil dihabisi. Puluhan orang berbekal senjata dan “kesaktian” pimpinan Madasir menyerbu, menghajar, dan menyeretnya dari rumah. Salim Kancil tak diberi ampun.
Ini bukan kecelakaan, melainkan sebuah pembunuhan terencana yang brutal. Simak kisah selengkapnya dengan berlangganan kumparan+
Simak penuturan ulang penyiksaan terhadap Salim Kancil yang berujung maut di sini:
Siapakah Madasir dan gerombolannya? Apa kepentingan mereka dengan Hariyono dan penambangan pasir besi di Pantai Watu Pecak? Bagaimana satu dan lain peristiwa berkaitan, dan pada akhirnya memuncak jadi pembantaian? Baca di sini:
Dan bagaimana rekan Salim Kancil yang selamat dari pembantaian itu, Tosan, memandang tragedi tersebut setelah enam tahun berlalu? Simak wawancara khusus dengannya di sini: