Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Sekolah Master, Ruang Kelas Kontainer yang Ciptakan Siswa Berprestasi
12 Mei 2018 12:02 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Demi memutus mata rantai kemiskinan di sektor pendidikan, Nurokhim tergerak untuk mendirikan sekolah alternatif bagi masyarakat duafa hingga anak-anak jalanan tanpa dipungut biaya sepeser pun, alias gratis. Sekolah Masjid Terminal (Master) Indonesia, begitulah biasa orang menyebutnya.
ADVERTISEMENT
Nurokhim selama ini sibuk berdagang bawang dan memiliki sejumlah bisnis seperti tour travel dan pengelola umrah. Sejak tahun 2000 dia mendirikan Sekolah Master tepat di belakang Terminal Depok, Jawa Barat. Bangunannya yang dahulu mengandalkan emperan masjid di terminal Depok, kini berubah jadi susunan kontainer yang dihias dengan cat warna-warni di bagian luarnya.
Dia melihat ironi pendidikan di Depok. Ada beragam kampus dengan bangunan megah di kota ini, tapi sayangnya angka putus sekolah juga tinggi, bahkan yang tidak pernah sekolah juga banyak.
"Ini ada ketimpangan yang tidak boleh didiamkan. Berangkat dari keprihatinan saya dan teman remaja masjid menggagas pendidikan alternatif bagi masyarakat marjinal," ujar Nurokhim saat ditemui kumparan (kumparan.com) di Sekolah Master Depok, Kamis (3/5).
ADVERTISEMENT
“Apapun namanya, bentuknya, yang penting mereka belajar meski awalnya bangunan dari triplek,” imbuhnya.
Ada lima pihak yang menjadi sasaran utama Sekolah Master. Yakni anak telantar, anak jalanan, anak berkebutuhan khusus, anak yang berhadapan dengan hukum, serta anak yang cacat dari keluarga kurang mampu.
Saat ini setidaknya ada lebih dari 2.000 siswa yang belajar di dalam bangunan seluas sekitar 8.000 meter persegi tersebut. Mereka terdiri dari pelajar TK, SD, SMP, hingga SMA. Pengajarnya ada yang tetap, tidak sedikit juga yang relawan.
"Guru tetap sekitar 100, relawan pendamping tamu ada 200-an. Dari Kampus Gundar saja pengabdian dosen ada 100 orang selama setahun. Jadi ini sudah kita jadikan isu bersama bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama bukan hanya pemerintah," tutur Nurokhim.
ADVERTISEMENT
Sekolah yang berdiri di atas naungan Yayasan Bina Insan Mandiri ini memiliki dua program pembelajaran. Yaitu SMP, SMA terbuka dan sekolah paket A, B, dan C yang sudah terakreditasi B.
Mereka sekolah dalam tiga shift. Akhir pekan seperti Sabtu dan Minggu malam tetap ada kelas yang diperuntukkan bagi siswa-siswa yang sudah bekerja. Misalnya pembantu rumah tangga dan office boy.
Tidak ada seragam sekolah yang wajib dipakai para siswa. Mereka bebas mengenakan pakaian apapun yang dimiliki. Namun ada nilai-nilai keislaman yang selalu dijunjung tinggi.
"Kami mewajibkan 15 menit pertama sebelum mulai pelajaran harus membaca Alquran bersama dulu karena hal itu merupakan energi positif dan mencerdaskan," ujarnya.
Pria kelahiran Tegal itu menyebutkan, biaya Sekolah Master menggunakan dana pribadi dan bantuan dari para donatur. Mereka ada yang berasal dari perorangan, lembaga, swasta, hingga kementerian.
ADVERTISEMENT
"Kita tidak ingin menyia-nyiakan harapan anak ini. Tugas kita memfasilitasi dan mewujudkan. Kita bermitra dengan kalangan praktisi, akademisi, dunia usaha, dosen, dinas terkait, hingga kementerian kita gandeng. Bahkan kita juga dapat sponsor dari negara lain," kata pria berusia 46 tahun itu.
Pendidikan ini tak hanya berbasis masyarakat, tetapi ada pula karakter dan enterprenuer. Sehingga nantinya diharapkan mereka bisa diterima dengan baik dan dapat bersaing di dunia kerja melalui skill masing-masing.
Sekolah Master Indonesia ini juga dilengkapi dengan fasilitas berupa perpustakaan, ruang laboraturium, sarana bermain, hingga balai latihan kerja untuk praktik magang siswa.
Sejauh ini tak banyak bantuan dari pemerintah yang mereka terima. "Support walaupun belum maksimal. Paling tidak kami juga bermitra ujiannya di sekolah negeri dan nginduk di sekolah negeri. Jadi ada supportlah walau belum maksimal masih jauh dari kita harapkan," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Sederet prestasi juga sering diraih oleh pelajar Sekolah Master Indonesia ini. Baik bidang akademis maupun nonakademis. Nurokhim berharap nantinya sekolah seperti Master lainnya bisa dijadikan mitra dan didukung secara kelembagaan maupun Sumber Daya Manusia (SDM).
"Kalau ngomongin anak-anak bukan hanya kesejahteraannya, tapi pendidikannya, ngomongin kesehatan mereka, ada Kementerian Agama, kepolisian, jadi sifatnya terpadu. Semua organisasi perangkat daerah harus punya peran nyata. Ini anak negara, mereka tidak boleh didiskriminasikan," tutup Nurokhim.