Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Sempat Tolak Bantuan Vaksin, Kini Korut Justru Hendak Gencarkan Vaksinasi
9 September 2022 12:23 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pemerintah yang sebelumnya menolak bantuan vaksin, kini berubah pikiran dan untuk pertama kalinya akan menggencarkan program vaksinasi nasional dalam waktu dekat.
Hal ini dilaporkan oleh media pemerintah KCNA, mengutip dari pernyataan langsung pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un, pada Jumat (9/9).
Dalam pidatonya di hadapan majelis nasional Pyongyang sehari sebelumnya, Kim mengutip peringatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa musim dingin mendatang dapat memicu kembalinya virus corona serta memudahkan penularannya.
“Oleh karena itu, bersamaan dengan program vaksinasi yang bertanggung jawab, kita harus merekomendasikan agar semua warga memakai masker untuk melindungi kesehatan mereka mulai November,” imbau Kim, seperti dilansir dari Reuters.
Meski demikian, Pyongyang belum mengkonfirmasi vaksin COVID-19 jenis apa yang akan dipergunakan. Namun catatan bea cukai menunjukkan, pemerintah telah mengimpor vaksin dari China tahun ini.
ADVERTISEMENT
Klaim Menang Lawan COVID-19 Sejak Bulan Mei
Sementara itu, pada Agustus lalu Kim mendeklarasikan kemenangan negaranya dalam memberantas virus corona di negara yang terisolir itu. Ia pun mencabut kebijakan anti-epidemi maksimal yang diberlakukan sejak Mei dan melonggarkan lockdown wilayah.
“Di bawah pergeseran ke sistem anti-epidemi ‘normal’ dari sistem ‘tingkat teratas’, Korea Utara mencabut kewajiban mengenakan masker dan aturan lain seperti batas waktu layanan fasilitas komersial dan publik di semua wilayah kecuali wilayah perbatasan,” lapor KCNA, pada Sabtu (13/8).
Sejak pandemi COVID-19 melanda Korut pertama kalinya pada tahun ini, pemerintah tidak pernah memberikan rincian terkait berapa jumlah warganya yang terjangkit virus corona. Hal ini diyakini akibat minimnya infrastruktur medis serta alat uji yang memadai di negara berpopulasi 25 juta orang tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, Pyongyang melalui media yang ia kelola yakni KCNA hanya melaporkan jumlah pasien yang menderita gejala flu atau demam, sejauh ini menjadi sekitar 4,77 juta orang dan 74 korban jiwa.
Pihaknya mengatakan, tidak ada kasus baru yang terdeteksi sejak 29 Juli. Namun para ahli termasuk WHO meragukan kebenaran angka-angka itu, justru memprediksi bahwa angka sebenarnya secara faktual kemungkinan dapat lebih tinggi dari yang dilaporkan.
Hanya Mengandalkan Antibiotik dan Obat-obatan Tradisional
Sejak kemunculan virus corona di Korut untuk pertama kalinya, pemerintah cenderung merendahkan upaya vaksinasi dan menganggap tidaka da obat yang mujarab bagi segala penyakit.
Pada Mei lalu, KCNA melaporkan Korut memerangi virus corona dengan bermodalkan antibiotik dan pengobatan tradisional saja.
Dalam laporan itu, pemerinah menyarankan obat penghilang rasa sakit dan penurun demam seperti ibuprofen untuk warganya yang bergejala.
ADVERTISEMENT
Pihaknya turut menyinggung amoksilin dan antibiotic lainnya. Obat-obatan itu tidak bisa melawan virus. Namun, dokter terkadang meresepkannya untuk infeksi bakteri sekunder.
Korut merekomendasikan berkumur air garam pula. Masyarakat juga diminta meminum teh lonicera japonica atau teh daun willow tiga kali sehari.
"Perawatan tradisional adalah yang terbaik!" ujar seorang warga Korut kepada KCNA, seperti dikutip dari AFP, Senin (16/5).
Dia mengatakan, anak-anaknya berkumur dengan air garam setiap pagi dan malam. Seorang lansia lain menambahkan, dia merasa terbantu oleh teh jahe dan ventilasi kamarnya.
"Saya awalnya takut dengan COVID-19, tetapi setelah mengikuti saran dokter dan mendapatkan perawatan yang tepat, ternyata bukan masalah besar," tutur lansia tersebut.