Senegal: Dulu Contoh Demokrasi, Kini Hancur karena Presiden Haus Kekuasaan

6 Februari 2024 11:34 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Demonstran memberi isyarat kepada polisi di luar Majelis Umum di Plateau, Dakar, Senegal, Senin (5/2/2024). Foto: John Wessels/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Demonstran memberi isyarat kepada polisi di luar Majelis Umum di Plateau, Dakar, Senegal, Senin (5/2/2024). Foto: John Wessels/AFP
ADVERTISEMENT
Tadinya Senegal dikenal sebagai contoh demokrasi dan stabilitas di Afrika. Kini, negeri itu di ambang krisis dan kerusuhan besar.
ADVERTISEMENT
Pemicunya adalah penundaan pemilu yang membuat kekuasaan Presiden petahana Macky Sall makin lama. Presiden Sall bahkan dituduh haus kekuasaan lantaran berbagai upaya sempat dilakukan untuk menambah lama kekuasaannya. Konstitusi Senegal hanya mengizinkan presiden berkuasa dua periode.
Pada Senin (5/2) anggota parlemen Senegal sepakat menunda pemilu sampai Desember.
UU penundaan pemilu bahkan disepakati hampir secara bulat oleh seluruh anggota parlemen berjumlah 106 orang. Itu terwujud karena oposisi parlemen telah dikeluarkan dari keanggotaan secara paksa sebelum pemungutan suara berlangsung.
Menurut salah seorang anggota parlemen koalisi pemerintah Moussa Diakhate, Sall hanya akan menjabat Desember sampai penggantinya terpilih pada Desember mendatang.
"Presiden Macky Sall menyatakan hanya akan menjabat dua periode (sesuai aturan Senegal). Dia memegang janji," klaim Diakhate.
ADVERTISEMENT
Salah seorang anggota parlemen yang menolak perpanjangan kekuasaan Sall, Ayib Daffe, menegaskan apa yang terjadi di Senegal adalah bukti semakin terkikisnya demokrasi.
Presiden Joko Widodo (kiri) menyambut Presiden Senegal Macky Sall saat mengunjungi persemaian dan pembibitan pohon mangrove dalam rangkaian kegiatan hari kedua KTT G20 di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Denpasar, Bali, Rabu (16/11/2022). Foto: Aditya Pradana Putra/Antara Foto
"Situasi benar-benar seperti bencana, citra Senegal hancur dan saya pikir kita tak akan bisa pulih dan kebangkrutan demokrasi, tsunami supremasi hukum dalam waktu dekat," papar Daffe.
Pengumuman penundaan pemilu yang berarti masa jabatan Sall diperpanjang memicu kerusuhan di depan gedung parlemen di Dakar, ibu kota negara. Polisi sampai menembakkan gas air mata demi membubarkan massa.
Polisi Senegal berjalan di jalan selama demonstrasi yang diserukan oleh partai oposisi di Dakar, Senegal, Minggu (4/2/2024). Foto: Seyllou/AFP
Massa membalas aksi polisi dengan terus menerus meneriakkan 'Macky Sall Diktator'.
Ini adalah kali kedua kerusuhan pecah di Senegal dalam sepekan terakhir. Pada pekan lalu, saat Sall mengumumkan rencana penundaan pemilu 25 Februari nanti, rusuh juga pecah di beberapa titik.
Seorang wanita berdiri di tengah asap dari ban yang terbakar saat demonstrasi yang diserukan oleh partai oposisi di Dakar, Senegal, Minggu (4/2/2024). Foto: Seyllou/AFP
Kerusuhan berujung pula pada penangkapan kandidat oposisi pada pemilu, termasuk eks Perdana Menteri Aminata Toure.
ADVERTISEMENT
Kelompok prodemokrasi beserta beberapa perwakilan masyarakat mengatakan, Sall telah melakukan kudeta konstitusi dan penyerangan terhadap demokrasi.

Contoh Demokrasi

Seorang pendukung oposisi bereaksi di depan barikade yang terbakar selama demonstrasi yang diserukan oleh partai oposisi di Dakar, Senegal, Minggu (4/2/2024). Foto: Seyllou/AFP
Senegal adalah suatu anomali di Afrika Barat. Wilayah ini dikenal sebagai daerah rawan kudeta.
Bahkan sejak November 2023 sampai awal Januari 2024 sudah terjadi empat kali upaya kudeta di Afrika Barat. Negara-negara tersebut adalah Sierra Leone, Guinea-Bissau, dan Burkina Faso.
Namun, sejak Senegal merdeka dari Prancis pada 1960, kudeta sama sekali tidak pernah terjadi.
Demonstran memberi isyarat kepada polisi di luar Majelis Umum di Plateau, Dakar, Senegal, Senin (5/2/2024). Foto: John Wessels/AFP
Kondisi Senegal saat ini mengundang keprihatinan dunia. Ketua Komisi Uni Afrika, Moussa Faki Mahamat, meminta pihak bertikai di Senegal menyelesaikan masalah politik dengan konsultasi, saling pengertian, dan dialog.
Human Rights Watch (HRW) memperingatkan bila kerusuhan dan krisis terus terjadi, maka Senegal akan kehilangan kredensial demokrasi.
ADVERTISEMENT
"Senegal telah lama dianggap sebagai mercusuar demokrasi di kawasan. Hal ini sekarang dalam bahaya," tegas HRW.