Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mata-mata dalam sengketa cinta. Itulah keahlian Lona dan Jessica. Dengan penghasilan per bulan rata-rata Rp 100 juta, dua detektif perempuan itu memburu para penyeleweng hingga ke luar negeri.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Perempuan itu menyesap kopi hitam tanpa melepas masker yang menutupi setengah wajahnya. Di tengah obrolan, tangan kirinya sedikit menyibak masker sebelum cangkir kopi menempel di bibirnya.
Ia tampak berhati-hati, khawatir penutup wajahnya tersingkap. Lona, begitu ia meminta dipanggil, harus menjaga rapat identitas dari sorotan media.
Berprofesi sebagai detektif swasta, perempuan 34 tahun itu dituntut bisa menyamar dan tak mudah dikenali orang saat bekerja. kumparan menemuinya di sebuah gerai waralaba makanan cepat saji di Bilangan Pondok Indah, Jakarta Selatan, akhir Juni lalu.
Perihal kerahasiaan identitas ini juga ditekankan perempuan yang dipanggil Miss Angel, pemilik agensi Detektif Angel, atasan Lona.
"Agen detektif tidak untuk di-publish. Mungkin agennya saya suruh pakai masker," ia mewanti-wanti melalui pesan Whatsapp beberapa hari sebelum kami bertemu Lona.
Lona sudah menjadi detektif sejak 2012. Kasus yang ditanganinya kebanyakan berkaitan dengan masalah asmara. Ia biasa mendapat tugas langsung dari Miss Angel. Misinya satu: mencari bukti target yang diawasi selingkuh atau tidak.
ADVERTISEMENT
Perintah itu akan masuk melalui pesan Whatsapp atau secara lisan melalui telepon. Miss Angel yang akan merancang pemetaan dan strategi, Lona bertugas menjadi eksekutor di lapangan.
Bila sudah mendapat tugas, Lona bisa membuntuti target berhari-hari. "Yang paling agak ekstrem kalau kayak masuk dunia malam, ke kelab," kata Lona. Khusus kasus perselingkuhan, ia biasa ditarget harus memecahkannya paling lama dalam waktu sepekan.
Semua kebutuhan properti untuk situasi penyamaran disediakan perusahaan tempatnya bekerja, mulai dari pakaian hingga kendaraan. Bila perlu fasilitas, ia akan berkoordinasi dengan koordinator daerah yang menjadi tangan kanan Miss Angel.
"Contohnya orang-orang biasa, sipil, anak kampus. Ya ikutin anak kampus. Ya kalau kalangan atas ya harus ngikutin dari penampilan barangnya harus branded," sebut Lona.
ADVERTISEMENT
Tak jarang juga ia harus pergi keluar negeri untuk mencari bukti. Ia pernah mendapat kasus yang menurutnya tak lazim.
Kliennya seorang warga negara asing yang sangsi ketulenan pasangan perempuannya. Kebetulan si target berkewarganegaraan Thailand, negara yang dikenal sebagai tempat operasi penggantian jenis kelamin.
"Biasanya cari cowok yang selingkuh, tapi ini malah cari yang gitu," kata Lona.
Ia harus putar otak mencari cara membuktikan kecurigaan klien. Lona akhirnya memutuskan terbang ke Thailand. Sebelum berangkat, ia meriset rumah sakit yang menawarkan jasa operasi plastik penggantian kelamin.
Lona akhirnya menelusuri satu per satu rumah sakit itu untuk mencari tahu apakah si target pernah menjadi pasien di sana. Titik terang datang ketika ia mendapati nama target di daftar pasien operasi plastik sebuah rumah sakit.
ADVERTISEMENT
"(Padahal) cantiknya luar biasa. Jadi itu memang sumpah cantik, cantik banget," Lona mengenang paras targetnya.
Menurut Lona, bekerja sebagai detektif partikelir menuntutnya cerdik mencari bukti. Seorang agen detektif swasta juga harus bisa berimprovisasi dengan kondisi di lapangan. Jessica (26), agen yang bekerja di perusahaan detektif swasta Eye Detective, punya pengalaman soal itu.
Satu waktu ia harus membuntuti seorang pria yang diduga berselingkuh. Si target tiba-tiba masuk ke sebuah kamar hotel bersama perempuan yang bukan istrinya. Padahal, Jessica belum sempat mengambil gambar atau video untuk membuktikan perselingkuhan target.
Ia segera ambil keputusan cepat. Kamar persis di depan kamar target disewanya. Ia menunggu berjam-jam hingga target keluar dari kamar. "Pas banget dia keluar, pas banget saya lagi motret dia," tutur Jessica.
ADVERTISEMENT
Sadar dirinya difoto, pria itu menghampiri Jessica. Jessica panik. "Saya langsung buka baju. Terus saya teriak, tolong ada yang mau perkosa saya," kenangnya.
Tak lama berselang, petugas keamanan hotel datang. Jessica berdalih pria tadi hendak memperkosanya. Targetnya langsung membantah dan menuduh Jessica gila. "Itu yang namanya harus improvisasi," cerita Jessica sambil terbahak-bahak.
Ia juga punya pengalaman sial pada 2018 lalu. Dalam suatu misi, ia harus mengikuti target hingga ke pelosok Bogor, Jawa Barat. Orang yang diduga selingkuh itu melewati jalan panjang yang sepi. Keadaan sudah mulai gelap karena saat itu sudah menjelang Maghrib.
Target, menurut Jessica, menunjukkan gelagat aneh. Dia sering menoleh ke belakang. Khawatir penyamaran terbongkar, Jessica bersembunyi ke tempat yang dipikirnya semak-semak.
ADVERTISEMENT
"Ternyata itu ada kayak kubangan gitu, kecebur saya basah semua," kenang Jessica tertawa.
Pengalaman Jessica mengajarkan yang paling berbahaya dalam misi justru bukan target melainkan orang-orang di sekitarnya. Dalam beberapa kasus, misalnya, ada sasaran yang menggunakan jasa pengawalan.
"Itu yang seram tuh. Seringkali klien enggak ngomong kalau target ini pakai bodyguard," ungkap Jessica.
Bagi Andri, sebut saja begitu, pemilik usaha jasadetektifswasta.net, membongkar kasus perselingkuhan susah-susah gampang. Seorang agen tak boleh kehabisan akal saat pengintaian menemukan jalan buntu.
Ia kerap menggunakan bantuan teknologi seperti drone, pesawat nirawak, bila situasi di lapangan tak memungkinkan.
"Ada beberapa apartemen yang tidak bisa dimasuki (sembarang) orang. Mau enggak mau drone itulah yang berkeliaran," kata Andri membocorkan salah satu tekniknya.
ADVERTISEMENT
Kepada kumparan, ia juga mengungkapkan beberapa teknik lain yang digunakan. Tapi Andri meminta pernyataannya tak dikutip.
Peralatan wajib bagi agen detektif swasta adalah kamera. Selebihnya, ada peralatan lain yang tak ingin diungkap.
Umumnya, agen akan melaporkan perkembangan penyelidikan harian ke klien. Bahkan, ada pula yang langsung mengirimkan setiap bukti-bukti baru yang ditemukan di lapangan.
Bagi para agen, bekerja menjadi detektif adalah tantangan sekaligus kesempatan. Jessica mengaku jatuh cinta dengan profesi ini.
Terlebih, ia tipikal orang yang menyukai petualangan. "Ke sana ke mari tuh enak, misalnya ke kelab mana nih? Misalnya saya kenal sama maminya kan gampang mau cari data ini, nih. Seru," kata Jessica.
Lona juga begitu. Ia punya kesempatan ke luar negeri untuk menyelesaikan kasus sekaligus jalan-jalan. Ditambah lagi, penghasilan sebagai agen detektif swasta lumayan besar.
ADVERTISEMENT
"Kisarannya rata-rata Rp 10 juta per case," ungkapnya, membocorkan.
Dalam sebulan, Lona bisa menangani sampai 10 kasus. Artinya, ia mengantongi pendapatan sekitar Rp 100 juta per bulan. Itu pun masih di luar biaya operasional.
Pada Jessica, Lona, dan rekan-rekan detektif mereka, tukang serong jelas harus hati-hati.
Simak ulasan selengkapnya di topik Detektif Perselingkuhan .