Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Serangan Israel Tewaskan Pejabat Layanan Darurat Sipil Gaza dan Keluarganya
8 September 2024 19:28 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Israel masih menyerang Gaza. Pada Minggu (7/9), gempuran di Jabalia, Jalur Gaza Utara, membunuh Wakil Direktur Layanan Darurat Sipil Gaza untuk wilayah utara, Mohammad Morsi, bersama empat anggota keluarganya.
ADVERTISEMENT
Kematian ini menambah jumlah anggota Layanan Darurat Sipil yang tewas akibat serangan Israel sejak 7 Oktober lalu menjadi 83 orang.
Hingga kini pihak Israel belum memberikan komentar terkait kematian Morsi.
Penduduk setempat melaporkan bahwa pasukan Israel juga meledakkan beberapa rumah di wilayah Zeitoun, Gaza, sekitar 5 km dari Jabalia.
Tim medis mengaku kesulitan menjangkau panggilan darurat dari warga yang terjebak di dalam rumah, beberapa di antaranya terluka.
"Kami mendengar bom terus-menerus di Zeitoun. Kami tahu mereka meledakkan rumah di sana, kami tidak bisa tidur karena suara ledakan dan dengungan drone yang tak henti," ujar seorang warga Gaza, seperti dikutip dari Reuters.
Konflik antara Israel dan Hamas terus berlanjut tanpa adanya kemajuan dalam upaya mediasi untuk gencatan senjata yang dipimpin Qatar, Mesir, dan AS.
ADVERTISEMENT
Meski AS dikabarkan tengah mempersiapkan proposal baru, peluang terjadinya terobosan masih tipis.
Sementara itu, Minggu ini, PBB bekerja sama dengan otoritas kesehatan setempat memperpanjang sosialisasi vaksinasi polio untuk anak-anak di Gaza bagian selatan.
Sosialisasi ini bertujuan untuk memvaksinasi 640 ribu anak setelah ditemukannya kasus polio pertama dalam 25 tahun terakhir.
Jeda terbatas dalam pertempuran memungkinkan sosialisasi berlangsung. Berikutnya petugas kesehatan akan bergerak ke Gaza bagian utara dimulai Senin (8/9).
Konflik yang memanas sejak serangan Hamas pada 7 Oktober telah membunuh lebih dari 40.900 warga Palestina. Sebagian besar korban jiwa adalah warga sipil, sementara Israel mengeklaim setidaknya sepertiga dari korban adalah pejuang.