Serba-serbi Kasus Tewasnya Rindu Usai Dihukum Squat Jump 100 Kali oleh Guru

3 Oktober 2024 7:09 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Polisi lakukan ekshumasi terhadap jasad Rindu Syahputra Sinaga yang diduga tewas usai dihukum Squat Jump 100 kali di Kabupaten Deli Serdang, Sumut, pada Selasa (1/10/2024). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Polisi lakukan ekshumasi terhadap jasad Rindu Syahputra Sinaga yang diduga tewas usai dihukum Squat Jump 100 kali di Kabupaten Deli Serdang, Sumut, pada Selasa (1/10/2024). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Polisi dan sejumlah pihak masih mendalami kasus kematian siswa SMP N 1 STM Hilir, Rindu Syahputra Sinaga (14 tahun). Siswa tersebut meninggal diduga karena dihukum squat jump 100 kali oleh gurunya sendiri.
ADVERTISEMENT
Rindu sebelumnya tewas pada Kamis (26/9). Seminggu sebelumnya, Kamis (19/9), Rindu dihukum guru agamanya, SW, karena tak menghafal nama-nama nabi di Alkitab dengan squat jump tersebut.
Esok harinya, Rindu mulai sakit dan kondisinya memprihatinkan. Ia sudah dibawa berobat ke klinik hingga akhirnya meninggal di RS Sembiring, Deli Serdang.
Berikut kabar teranyar soal kasus tersebut:

Ombudsman Sumut Panggil Guru

Ombudsman Sumatera Utara memanggil Kepala Dinas Pendidikan Deli Serdang, Yudi Hilmawan, Kepala Sekolah SMP N 1 STM Hilir, hingga guru SW, untuk dimintai klarifikasi pada Selasa (1/10).
“Ya kami sudah memanggil Kadisdik Deli Serdang dan Kepala SMP N 1 STM hilir dan guru yang bersangkutan,” kata Pjs Kepala Ombudsman Sumut, James Marihot, saat dikonfirmasi pada Rabu (2/10).
ADVERTISEMENT
James bilang, dalam pertemuan itu ia mendapati kondisi guru SW mengalami syok. “Dia pun (guru) termasuk syok dan dia juga kan sampai sekarang dia merasa diteror,” kata James.
"Ibarat kata ada WhatsApp masuk sama dia, (dibilang) kau pembunuh, kau harus bertanggung jawab dan sebagainya gitu kan. Satu sisi dia terbeban mental-lah” sambung dia.
James menekankan kepada Kepsek dan seluruh masyarakat untuk mengedepankan asas praduga tak bersalah. Apalagi, proses di kepolisian masih berjalan.

Keluarga: Rindu Tak Punya Riwayat Sakit

Paman Rindu, Makmur Padang, mengungkap bahwa Rindu tak punya riwayat sakit. Termasuk sakit jantung.
“Kalau riwayat penyakit setahu aku seperti (penyakit) jantung enggak ada setahuku,” kata Makmur saat dihubungi, Rabu (2/10).
“Iya, sehat, keseharian dia sama seperti anak pada umumnya. Keseharian pulang sekolah paling bantu mamaknya menyuci piring. Gitu aja sih. Jarang sakit,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Pihak keluarga sangat terpukul dengan kejadian yang menimpa Rindu. Terlebih, Rindu dikenal sebagai anak yang baik.
“Makanya kemarin waktu dia seperti itu karena yang menimpa kejadian seperti itu aja dia aku sangat terpukul. Karenakan orangnya baik, bantu orang tuanya, (dia) tahu orang tuanya (keadaannya) susah, mengerti dia,” kata dia.
“Apalagi udah kelas 3 smp. Bentar lagi lulus. Orang tuanya pun besar harapan sama dia,” sambungnya.

Keluarga Minta Polisi Usut Tuntas

Keluarga berharap kematian Rindu ini dapat diusut tuntas.
“Harapannya diusut tuntas saja. Orang tua pun besar harapan sama dia,” kata Paman Rindu, Makmur Padang.
“Besar harapan dia jadi kelak tulang punggung karena orang tuanya yang laki-laki, ayahnya sakit-sakitan,” sambungnya.

Hasil Ekshumasi Keluar 3-4 Pekan

Saat ini jenazah Rindu tengah diekshumasi. Ketua Tim Dokter Forensik RS Bhayangkara TK II Medan dr Surjit Singh mengatakan, hasil autopsi akan keluar sekitar 3 hingga 4 minggu ke depan.
ADVERTISEMENT
Sehingga akan diketahui penyebab kematian Rindu, apakah karena hukuman squat jump atau faktor lain.
“Masalah itu (kapan hasil keluar) itu ya tergantung oleh mereka. Kadang-kadang mereka (tim patologi anatomi) harus memproses jaringannya, kadang sampai sampai 3 minggu atau 4 minggu. kalau tulang bisa lebih lama lagi,” kata Surjit, Rabu (2/10).
“Artinya kalau selesai hasil patologi anatominya itu akan kami tuangkan ke dalam visum et repertum (VER), barulah kami buat kesimpulan,” sambungnya.
Surjit mengatakan, dalam proses ekshumasi yang dilakukan Selasa (1/10), pihaknya mengambil sejumlah sampel jaringan. Mulai dari jantung hingga ginjal.
“Yang biasanya kita ambil jaringan paru sedikit, jaringan ginjal. Saya nggak ingat ya, kami nggak menghitung itu, tapi seperlunya. Artinya untuk dilakukan pemeriksaan patologi anatomi,” jelasnya.
ADVERTISEMENT

Kata Ahli soal Dampak Squat jump 100 Kali

Dokter spesialis jantung dan kardiovaskular, dr Vito Anggarino Damay, memberikan penjelasan soal aktivitas squat jump. Vito mengatakan, jika dilakukan dengan benar dan intensitas yang sesuai, maka squat jump memberikan dampak fisik yang baik.
“Jika dilakukan dengan teknik yang benar, intensitas yang sesuai, dan memperhatikan kemampuan fisik individu. Misalnya pada kegiatan olahraga. Latihan ini bermanfaat untuk kebugaran jika dilakukan dengan benar,” kata Vito pada Rabu (2/10).
Adapun jumlah yang disarankan untuk pemula yakni 10 hingga 20 secara repetisi.
“Jumlah squat jump yang disarankan tergantung pada tingkat kebugaran individu. Untuk pemula, lebih baik memulai dengan 10-20 repetisi per set dengan istirahat di antara set,” kata dia.
ADVERTISEMENT
“Jumlah ini bisa ditingkatkan secara bertahap seiring dengan peningkatan kebugaran. Pastikan juga untuk melakukan pemanasan sebelum latihan dan pendinginan setelahnya untuk menghindari cedera,” sambung dia.
Meski begitu, Vito menuturkan, jika dilakukan berlebihan dan dengan cara yang tidak benar, maka squat jump dapat berbahaya.
“Melakukan squat jump sebanyak 100 kali tanpa jeda, terutama untuk seseorang yang tidak terbiasa, bisa meningkatkan risiko cedera lutut, keseleo otot, atau nyeri punggung. Selain itu, orang yang tidak memiliki kapasitas kardiovaskular yang cukup bisa mengalami sesak napas, palpitasi, atau bahkan kelelahan fisik yang berlebihan, yang bisa berbahaya,” katanya.
Vito juga menjelaskan squat jump tidak menyebabkan kematian. Kecuali, ada keadaan medis lainnya yang menjadi faktor tambah misalnya riwayat jantung.
ADVERTISEMENT
“Meninggal dunia karena squat jump sangat jarang terjadi, harusnya tidak menyebabkan kematian. Konsekuensi fatal biasanya melibatkan faktor lain, seperti adanya kondisi medis yang tidak terdeteksi, seperti penyakit jantung yang belum terdiagnosis atau masalah pada sistem kardiovaskular,” kata dia.
“Jika seseorang memiliki kondisi seperti aritmia jantung, penyakit jantung bawaan, atau gangguan pembuluh darah, aktivitas fisik yang sangat intens bisa memicu henti jantung. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui kondisi kesehatan sebelum melakukan latihan ini,” sebutnya.