Serba-serbi Pelecehan Anak Panti di Malaysia: 400 Korban; 171 Orang Ditangkap

14 September 2024 7:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak kecil laki-laki menjadi korban pelecehan. Foto: Ann in the uk/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak kecil laki-laki menjadi korban pelecehan. Foto: Ann in the uk/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Aparat keamanan Malaysia menyelamatkan lebih dari 400 anak yang menjadi korban kekerasan di panti asuhan, pada Rabu (11/9). Tempat itu dikelola organisasi bisnis berbasis Islam di Negeri Jiran.
ADVERTISEMENT
Pejabat kepolisian Malaysia, Inspektur Jenderal Razarudin Husain, menjelaskan, mereka yang diselamatkan terdiri dari 201 bocah laki-laki dan 201 anak perempuan. Anak-anak itu berusia satu sampai 17 tahun. Ratusan anak itu diduga korban pelecehan oleh pengelola panti yang terkait Global Ikhwan Services and Business (GISB).
Dia menambahkan, penggerebekan itu dilakukan setelah adanya laporan masyarakat terkait dugaan pelecehan seksual terhadap anak-anak di puluhan panti asuhan.

171 Orang Termasuk Ustaz Ditangkap

Inspektur Jenderal Kepolisian Kerajaan Malaysia Razarudin Husain. Foto: Mohd RASFAN/AFP
Dalam operasi penggerebekan itu polisi menangkap 171 orang, termasuk ustaz. Penggerebekan dilakukan di 20 tempat yang berada di dua negara bagian.
"Penggerebekan serentak di rumah panti asuhan di kedua negara bagian itu mengakibatkan penangkapan 171 orang termasuk pengurus, ustaz (guru agama) dan ketua tempat tersebut," kata Inspektur Jenderal Polisi Malaysia, Razarudin Husain, pada Rabu, seperti dikutip dari New Straits Times.
ADVERTISEMENT
Polisi menangkap 66 tersangka pria dan 105 wanita berusia antara 17 dan 64 tahun. Belum diungkap identitas mereka yang ditangkap termasuk yang disebut sebagai ustaz.

Kesaksian Warga

Ilustrasi pelecehan anak. Foto: Mistock22/Shuterstock
Kepala desa Kampung Giching, Azlan Abd Rahman, mengaku terkejut. Dia tak percaya sekolah yang berada di dekat rumahnya di Sepang, Malaysia, ternyata dipakai sebagai tempat pelecehan anak.
Azlan pun mengaku kaget dan ngeri bukan main mengetahui tempat yang dipikirnya bertujuan baik, malah jadi lokasi dugaan pidana serius.
"Penghuni pusat itu hampir tidak pernah berbicara dengan siapa pun di sini dan saya merasa ada beberapa hal baik di sana, tetapi saya merasa ngeri dengan apa yang saya baca setelahnya," kata Azlan seperti dikutip dari The Star.
ADVERTISEMENT
"Sebagai pusat keagamaan sungguh memalukan hal-hal seperti itu diduga terjadi, bukan di tempat di mana anak-anak harusnya dibesarkan dengan bimbingan agama yang ketat," sambung dia.
Azlan mengaku selama penggerebekan dia pergi ke tempat tersebut demi mencari tahu informasi sebenarnya. Akan tetapi, polisi tidak mengungkap dengan rinci operasi tersebut.

Polisi Panggil Pimpinan GISB

Suasana menunjukkan kantor pusat Global Ikhwan Services and Business (GISB) di Rawang, di luar Kuala Lumpur, pada tanggal 12 September 2024. Foto: Mohd RASFAN/AFP
Kepolisian Malaysia akan memanggil pimpinan manajemen Global Ikhwan Services and Business (GISB) terkait kasus pelecehan ini. Pejabat kepolisian Malaysia, Razarudin Husain, mengatakan, mereka tidak mengabaikan kemungkinan akan ada anggota GISB yang ditangkap setelah pemanggilan.
Meski demikian, Razarudin tak memberikan detail kapan anggota GISB diperiksa. Siapa yang akan dipanggil pun tidak diungkap.

GISB Membantah

Global Ikhwan Services and Business (GISB) membantah tuduhan keterlibatan perusahaannya dalam kasus pelecehan anak di puluhan panti asuhan Malaysia.
ADVERTISEMENT
“Kami membantah tuduhan ini dan menekankan bahwa perusahaan tidak akan berkompromi dengan kegiatan apa pun yang melanggar hukum, khususnya mengenai eksploitasi anak-anak sebagai pekerja," tutur GISB, seperti dikutip dari CNA.
“Kami siap menawarkan kerja sama kami kepada pihak berwenang untuk menyelesaikan masalah ini,” katanya dalam pernyataan yang dirilis pada Rabu (11/9) malam.

GISB Diduga Terafiliasi Al-Arqam

Suasana menunjukkan kantor pusat Global Ikhwan Services and Business (GISB) di Rawang, di luar Kuala Lumpur, pada tanggal 12 September 2024. Foto: Hasnoor Hussain/REUTERS
GISB dikaitkan dengan kelompok Al-Arqam yang telah dilarang di Malaysia sejak 1994. Mengutip dari situs GISB, mereka menyebut perusahaannya didirikan oleh Ustaz Ashaari Muhammad.
Dari hasil penelusuran kumparan, pendiri GISB merupakan pemimpin jemaah Al-Arqam di Malaysia.
Organisasi tersebut dilarang di Malaysia sejak 30 tahun silam. Keputusan pelarangan diambil karena ajaran Al-Arqam dipandang menyimpang.
GISB pernah mengakui hubungan dengan Al-Arqam, namun kini mereka menggambarkan diri sebagai pengusaha yang bergerak berdasarkan ajaran Islam.
ADVERTISEMENT
Terkait mengenai dugaan afiliasi antara Al-Arqam dan GISB, otoritas Islam di Negara Bagian Selangor (JAIS) sedang menggelar investigasi. Mereka memeriksa 19 video di media sosial mengenai keterkaitan tersebut.
"JAIS sentiasa memantau rapat GISB berikutan wujudnya kaitan antara mereka dengan kumpulan Al-Arqam dan Rufaqa," kata pernyataan JAIS seperti dikutip dari media Malaysia, Sinar Harian.

Anwar Ibrahim Minta Kasus Pelecehan Segera Diinvestigasi

Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengadakan konferensi pers saat bertemu Kanselir Jerman Olaf Scholz di Berlin, Jerman, Senin (11/3/2024). Foto: Liesa Johannssen/REUTERS
Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Anwar Ibrahim, memerintahkan pihak berwenang termasuk Departemen Religius Muslim untuk menginvestigasi tudingan pelecehan yang dilakukan panti asuhan di bawah pengelolaan Global Ikhwan Services and Business (GISB).
Ibrahim mengatakan, investigasi untuk mengambil langkah-langkah penting dilakukan, dan hal tersebut tak bisa ditunda lagi karena menyangkut penyalahgunaan wewenang, isu keagamaan, dan eksploitasi anak.
ADVERTISEMENT
"Biarkan polisi menginvestigasi dan mengambil langkah-langkah hukum. Otoritas keagamaan, terutama di wilayah federal Jawi dan Selangor, termasuk juga Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) juga bisa dilibatkan," kata Ibrahim, ditemui usai salat Jumat di Masjid Al-Imam, Jumat (13/9) dilansir The Star.
"Jangan menunda-nunda lagi, banyak yang mempertanyakan mengapa ada penundaan. Maka, saya bawa isu ini ke otoritas terkait, dan saya tunggu laporannya segera," kata Ibrahim.