Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Serba-serbi Peringatan 17 Tahun Tsunami dan Gempa Bumi di Aceh
27 Desember 2021 7:24 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Pemerintah bersama masyarakat Aceh memperingati 17 tahun gempa dan tsunami 2021 di pelataran parkir Pelabuhan Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa Banda Aceh, Minggu (26/12).
ADVERTISEMENT
Dalam momen peringatan ini masyarakat diharapkan dapat menjadikan musibah yang menewaskan ratusan ribu orang itu sebagai pelajaran dan lebih siaga terhadap bencana.
“Hal terpenting dari seluruh rangkaian acara peringatan 17 tahun tsunami ini adalah perlunya kita memetik hikmah atas musibah yang telah lalu. Selanjutnya, dengan penuh kesadaran kita harus senantiasa bersiap siaga atas segala risiko bencana yang mungkin terjadi,” kata Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, dalam sambutannya.
Nova mengatakan, kendati masih dalam situasi dengan berbagai keterbatasan akibat pandemi COVID-19 yang masih mengintai, bersyukur seluruh masyarakat hingga saat ini masih bisa melaksanakan momen peringatan tsunami ini dengan khidmat.
“Sebagaimana tahun lalu, peringatan tahun ini masih kita laksanakan dengan protokol kesehatan secara ketat berbasis Cleanliness, Health, Safety, Environment (CHSE) melalui prinsip 6 M yaitu menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, menghindari kerumunan,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dikatakan Nova, Aceh berada di depan sebuah megathrust (patahan raksasa) aktif, yang setiap saat dapat saja bergerak dan menimbulkan bencana. Karena itu, dia mengatakan seluruh pihak untuk bersama-sama untuk bisa saling menjaga dan membantu demi kemajuan Aceh ke depan.
“Saling topang dalam semua ikhtiar terbaik bagi kemajuan masyarakat dan negeri kita. Dengan demikian, kita akan dapat membantu masyarakat untuk bangkit dan berdaya. Kita akan selalu siaga menghadapi risiko bencana, menjadi tangguh bersama-sama,” ungkapnya.
Untuk diketahui serangkaian acara peringatan tsunami ini dimulai dengan kegiatan zikir dan doa bersama, ziarah kuburan massal, tausiyah, dan pemberian santunan anak kepada anak yatim.
Dalam acara peringatan tsunami ini juga turut dihadiri wakil pimpinan MPR RI, Anggota DPR/DPD RI asal Aceh serta Sekjen DPR RI. Selain itu juga hadir Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Peringati 17 Tahun Tsunami, Nelayan di Aceh Dilarang Melaut
Tepat pada 26 Desember 2021 besok persis 17 tahun gempa dan tsunami Aceh pada 2004 silam. Untung memperingati momen tersebut, nelayan di Aceh dilarang melaut seharian.
ADVERTISEMENT
Larangan ini disampaikan Lembaga Panglima Laot Aceh. Menurut Sekjen Panglima Laot Aceh Miftach Cut Adek, peringatan tsunami yang digelar setiap 26 Desember merupakan hari pantang melaut bagi seluruh nelayan di Aceh.
“Tanggal 26 Desember hari pantang melaut,” kata Miftach dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (25/12).
Miftach menegaskan, hari pantang melaut itu telah diputuskan dalam musyawarah besar yang diadakan pada 2005 silam. Bagi nelayan yang melanggar maka akan diberi sanksi.
“Sanksinya adalah kapal ditahan minimal 3 hari dan maksimal 7 hari, serta semua hasil tangkapan akan disita,” ujarnya.
Karena itu, Miftach berharap, tidak ada nelayan yang melanggar dan tetap menghormati keputusan yang telah disepakati.
“Kami berharap agar nelayan patuh terhadap keputusan adat ini,” pungkasnya.
Ziarah Kuburan Massal Mengenang 17 Tahun Tsunami Aceh
Suara lantunan surat Yasin dan zikir terdengar terus mengalir tanpa henti di atas tanah lapang kuburan massal Ulee Lheu, Banda Aceh, Minggu (26/12). Tepat di hari ini, 17 tahun yang lalu, tsunami meluluhlantakkan Aceh dan merenggut sekitar 230 ribu korban jiwa.
ADVERTISEMENT
Suara-suara tangisan kecil juga ikut tumpah dari para peziarah keluarga korban gempa dan tsunami Aceh saat kembali mengenang dan memperingati peristiwa bencana besar tahun 2014 silam.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, warga atau keluarga korban yang berasal dari berbagai daerah di Aceh datang berziarah ke kuburan massal.
Pantauan kumparan, di kuburan massal Ulee Lheu, Banda Aceh, warga mulai berdatangan sejak pagi. Dengan menerapkan protokol kesehatan seperti mengenakan masker, para peziarah tetap larut dalam doa.
Sementara itu, serangkaian acara peringatan momen 17 tahun Tsunami kali ini dilaksanakan di pelataran parkir Pelabuhan Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh.
Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Aceh, Muhammad Iswanto, mengatakan, ada beberapa rangkaian acara yang dilakukan pada peringatan 17 Tahun musibah Tsunami tersebut.
ADVERTISEMENT
“Tentu ada doa bersama dan ziarah kubur para syuhada yang syahid dalam musibah Tsunami,” kata Iswanto,” Minggu (26/12).
Ridwan Kamil Hadiri Peringatan 17 Tahun Tsunami Aceh
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil turut menghadiri acara peringatan 17 tahun gempa dan tsunami Aceh yang diselenggarakan di pelataran parkir Pelabuhan Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, Minggu (26/12).
Bagi Ridwan Kamil atau yang akrab disapa Emil, momen peringatan tsunami Aceh memiliki makna dan kesan tersendiri baginya dan juga seluruh masyarakat Jawa Barat.
“Jauh-jauh saya bawa rombongan banyak sekali hampir 50 orang, untuk datang menyampaikan rasa rindu kami kepada masyarakat Aceh,” kata Emil saat memberikan sambutan.
Emil mengatakan, kala bencana tsunami 17 tahun silam masyarakat di Jabar juga ikut berduka dan merasakan kesedihan seperti dirasakan masyarakat Aceh kala itu.
ADVERTISEMENT
“Ketika masyarakat Aceh bersedih kami di Bandung juga bersedih, saat masyarakat Aceh berduka, kami masyarakat Bandung juga berduka. Namun, sesungguhnya bersama kesulitan terdapat kemudahan. Jika hari ini masyarakat Aceh bahagia kami pun bahagia,” ujarnya.
Bagi Emil, memaknai peringatan 17 tahun tsunami adalah untuk mengingatkan setiap peristiwa adalah pelajaran, setiap tempat adalah sekolah, dan setiap makhluk adalah guru.
“Jadi di mana pun kita berada pandai-pandailah kita mencari hikmahnya,” ucapnya.
Emil menyebutkan, kala bencana gempa dan tsunami yang melanda Aceh 17 tahun silam, masyarakat Jabar juga ikut mengirimkan relawan, menyumbangkan harta, mengirimkan tenaga, serta mengirimkan karya untuk kembali membangkitkan semangat masyarakat Aceh.
“14 tahun lalu, tahun 2007 masyarakat Aceh mempercayai saya untuk menitipkan memori kolektifnya melalui sebuah karya namanya Museum Tsunami Aceh," tuturnya.
Ridwan Kamil kala itu memenangkan sayembara tingkat internasional dalam rangka memperingati musibah tsunami 2004. Ia terpilih sebagai arsitek untuk mendesain Museum Tsunami Aceh.
ADVERTISEMENT
"Saya sebagai arsitek pada saat itu sudah mendesain banyak bangunan, tapi mendesain yang paling emosional dan meneteskan air mata adalah pada saat mendesain museum tsunami Aceh,” kenangnya.
Emil menceritakan, museum tsunami di dalamnya tidak hanya untuk mengingatkan peristiwa bencana alam, tetapi juga didesain menjadi tempat belajar bagaimana generasi selanjutnya bisa belajar menyambut masa depan lebih baik dan lebih semangat.
“Museum itu sangat terbuka, saya menghadirkan tempat yang tidak angker, jadi orang-orang setiap hari jika rindu, butuh istirahat, silakan datang tanpa harus masuk ke dalamnya,” tutur Emil.