Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Sido Muncul Gelar Simposium di Unsoed, Dorong Kedokteran Kembangkan Obat Herbal
14 Desember 2023 19:07 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk menggelar simposium nasional bertajuk 'Memanfaatkan Obat Herbal Menuju Indonesia Sehat' di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Purwokerto, Kamis (14/12).
ADVERTISEMENT
Simposium ini merupakan upaya Sido Muncul mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang obat herbal, seperti jamu di Tanah Air. Harapannya, jamu khas Indonesia juga bisa semakin dikenal sebagai pengobatan herbal secara internasional.
Acara ini dihadiri Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat, Ketua LPPM Unsoed Prof. Dr. Ir. Elly Tugiyanti, M.P., IPU, Dekan Fakultas Kedokteran Unsoed Dr. dr. MM Rudi Prihatno, M.Kes, M.Si.Med, hingga brand ambassador Sido Muncul Andy F. Noya.
Simposium nasional ini merupakan yang ke-50 kalinya dilakukan Sido Muncul sejak 2007. Acara ini mengundang 7 narasumber dan diikuti 250 peserta dari kalangan kedokteran, apoteker, dan tenaga kesehatan yang hadir secara hybrid.
Pada kesempatan ini juga dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MOU) kerja sama antara FK Unsoed dengan Sido Muncul mengenai pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Penandatanganan dilakukan Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat dan Ketua LPPM Unsoed Prof. Dr. Elly Tugiyanti, M.P.
ADVERTISEMENT
Dorong Dokter Berperan Aktif Ikut Kembangkan Jamu di Indonesia
Irwan Hidayat mengatakan, simposium ini digelar tak lepas dari momentum jamu khas Indonesia ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO.
Ia berharap dengan menggelar simposium nasional seperti ini, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang jamu atau herbal bisa terus dilakukan oleh pemerintah, akademisi, dunia usaha, dan masyarakat, dengan saintifikasi jamu berbasis penelitian, dan pelayanan kesehatan.
"Kami yang penting itu bagaimana obat-obat herbal bisa dimanfaatkan untuk masyarakat untuk menuju Indonesia sehat. Indonesia kan menerima penghargaan ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda dari UNESCO. Dan penghargaan ini sifatnya bukan jamunya (saja) tapi adalah cara masyarakat Indonesia menjadi sehat," kata Irwan.
"Maka itu kan perlu ditindaklanjuti. Realisasinya apa? Salah satu yang saya, kami ini (sekarang) yang ke-50 saya bertemu dengan fakultas-fakultas kedokteran di Indonesia, ya salah satunya itu bagaimana dokter itu berperan berminat membantu untuk obat-obat alami ini yang sebenarnya baik bisa dimanfaatkan sebaik mungkin," imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Irwan menekankan pengembangan usaha tak boleh lepas dari pendekatan scientific.
"Saya rasa kalau akademisi dunia kedokteran masuk, semuanya beres semuanya bisa dilaksanakan. Kalau nggak ya kayak saya saya kan cuma pengusaha aja. Tapi harus ada scientific itu harus ada dunia kedokteran," kata dia.
Ia menambahkan, peran BPOM tak kalah penting dalam mengawal produksi jamu. Termasuk dalam mengawal uji toksisitas dalam rangka keamanan produk.
"Kalau dari ini ya resepnya sudah ketemu, yang pertama. Kuliah kedokteran itu para dokter belajar tentang khasiat-khasiat bahan alami, jadi, kunyit untuk menurunkan asam kambung temulawak untuk memperbaiki fungsi liver," ujarnya.
"Nah kalau tugasnya industri jamu seperti saya, membuat produk yang berstandar dan melakukan uji toksisitas. Uji toksisitas itu untuk mendapatkan keamanan produk atau dosis yang bisa diminum," tambah dia.
ADVERTISEMENT
Menuju Indonesia yang Makin Mandiri di Industri Obat-obatan
Mewakili Rektor Unsoed, Ketua LPPM Unsoed Elly Tugiyanti mengatakan, masih banyak potensi tanaman herbal di Indonesia yang belum digali. Sehingga kerja sama Unsoed dan Sido Muncul diharapkan dapat lebih banyak memunculkan obat-obatan herbal yang dapat mengobati penyakit sesuai karakteristik di Indonesia.
"Ada 27 ribu tanaman herbal dan yang sudah tergali kurang lebihnya ada 1 ribu. Berarti ada sekitar 26 ribu tanaman herbal belum tergali manfaatnya. Karena senyawa yang ada di dalam tanaman herbal itulah yang mungkin bisa kita manfaatkan, sehingga kita tidak lagi tergantung dari bahan impor untuk obat kimia," papar Elly.
"Tetapi kita menggali obat yang ada di dalam saja untuk masalah kesehatan yang ada di indonesia. Misalnya sekarang kan banyak diabet, tensi kolesterol dan lain sebagainya, ternyata dengan menggunakan obat herbal itu masih bisa dilakukan. Salah satunya adalah saya (mengobati penyakit dengan obat herbal)," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Dekan Fakultas Kedokteran Unsoed dr. Rudi Prihatno pun memastikan komitmen pihaknya dalam meningkatkan edukasi obat herbal atau jamu kepada masyarakat lewat para mahasiswa. Ini sesuai dengan visi misi dari Unsoed yang mengharapkan ada peningkatan dari kapasitas kekuatan pedesaan.
"Rural development. Nah ini salah satunya tanaman obat keluarga ini herbal. Masa sih kita bisa kalah sama China (dari segi pengobatan tradisional). Kita sangat kaya sekali gitu ya kenapa ya itu tidak kita manfaatkan," ujar dia.
"Kita punya orang-orang pintar kok hanya kita butuh pengakuan. Pengakuan itu dari mana kalau tidak dari diri sendiri bangsa kita? Masa kita mau nyari pengobatan dari barang impor terus, kan tidak? Kta punya sumber daya kenapa tidak kita maksimalkan?" tambah Rudi
ADVERTISEMENT
Menjaga Warisan Budaya Indonesia
Sementara, Andy Noya menilai simposium di Unsoed ini memperkuat tren di masa awal COVID-19, bahwa kesadaran masyarakat tentang obat herbal tumbuh dan berkembang pesat. Ia bangga jamu dan obat herbal semakin dipercaya sebagai warisan bangsa.
"Keyakinan masyarakat tentang warisan nenek moyang kita, ya kearifan, pemanfaatan tumbuh-tumbuhan, itu mulai terasa makin hari makin meningkat. Yang menarik adalah akademisi perguruan tinggi universitas membuka diri untuk kemudian melihat obat herbal ini sebagai salah satu alternatif daripada kita kebanyakan import, kita punya kearifan yang luar biasa," ujar Andy.
"Yang menarik lagi adalah rumah sakit. RS membuka diri terhadap masuknya obat obatan herbal, dan ini memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memilih. Jadi, bukan berkompetisi tapi memilih, atau memperkuat upaya dia untuk mengobati dirinya," papar dia.
ADVERTISEMENT
Presenter ini pun menyadari sejumlah produk jamu Indonesia sudah melenggang di luar negeri dan mendapat apresiasi positif.
"Ini yang membuat kita mestinya bukan hanya konsumsi dalam negeri saja tapi suatu hari kita mengekspor ke luar. Tolak Angin misalnya suda dipasarkan ke berbagai negara dan sambutannya baik," tandasnya.