Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Silang Pendapat Ahli Soal Sesar yang Akibatkan Bencana Gempa di Sumedang
3 Januari 2024 14:28 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Rentetan gempa mengguncang wilayah Kabupaten Sumedang pada Minggu (31/12) hingga Senin (1/1), membuat lebih dari 1.136 bangunan rusak dan 11 orang terluka. Badan Geologi di Kementerian ESDM pun menyebut bencana gempa itu diakibatkan aktifnya Sesar Cileunyi-Tanjungsari.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, Dosen dari Fakultas Teknik Geologi di Unpad, Ismawan, justru meragukan keterangan dari Badan Geologi. Dia meyakini bahwa bencana gempa tersebut bukan disebabkan oleh pergerakan Sesar Cileunyi-Tanjungsari.
"Kalau saya cenderungnya masih bukan dari sesar itu cenderungnya ya," kata dia melalui sambungan telepon pada Rabu (3/1).
Ismawan pun mengungkapkan sejumlah alasan dirinya meragukan keterangan dari Badan Geologi. Alasan yang pertama, menurut dia, ujung Sesar Cileunyi-Tanjungsari berjarak sekitar 2 kilometer hingga 3 kilometer dari pusat gempa. Hal itu menjadi tanda jika pusat gempa terpisah dari garis Sesar Cileunyi-Tanjungsari.
"Kalau kita zoom sebetulnya masih memiliki jarak yang cukup jauh mungkin sekitar 2 kilometer atau 3 kilometer lah. Sehingga, tidak pada garis sesarnya," ucap dia.
ADVERTISEMENT
Alasan selanjutnya, sambung Ismawan, pergerakan sesar yang menghasilkan rentetan gempa di Sumedang lebih mengarah ke barat timur. Hal itu berbeda dengan Sesar Cileunyi-Tanjungsari yang mengarah ke timur laut barat daya.
"Sumbernya itu dihasilkan tiga-tiganya itu dari sesar yang arahnya bukan timur laut barat daya tapi lebih ke arah barat timur. Tidak sejajar dengan sesar yang Cileunyi-Tanjungsari," ujar dia.
Maka dari itu, Ismawan menduga adanya aktivitas dari sesar lain yang mengakibatkan gempa di Sumedang. Sesar itu masih belum teridentifikasi. Alangkah lebih baik, dilakukan penelitian atau kajian lebih lanjut untuk memastikan sesar yang mengakibatkan gempa di Sumedang.
"Bisa saja (sesarnya) sudah ada tapi belum teridentifikasi oleh ahli geologi di BMKG," kata dia.
Sementara, disinggung mengenai periodesasi gempa di Sumedang, Ismawan belum dapat memastikannya. Dia menyebut periodesasi gempa hanya dapat diukur jika sesar yang mengakibatkan gempa sudah diketahui secara pasti.
ADVERTISEMENT
"Sekitar situ (gempa pernah) tahun 2003 bulan apa pernah ada tapi karena magnitude-nya kecil sehingga tidak terekspos," ujar dia.
Sementara itu, Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, Irwan Meilano, mengaku sepakat dengan rilis resmi dari Badan Geologi yang menamai Sesar Cileunyi-Tanjungsari sebagai penyebab gempa di Sumedang.
"Saya setuju dengan apa yang disampaikan oleh Badan Geologi, untuk sekarang kita bisa menggunakan nama Sesar Cileunyi-Tanjungsari," kata dia.
Namun begitu, Irwan mengakui bahwa diperlukan kajian yang lebih rinci untuk memastikan sesar yang memicu gempa di Sumedang. Kajian yang dilakukan meliputi panjang dan lebar bidang gempa hingga pengulangan gempanya.
"Tim dari ITB ada yang sekarang survei, kita pasang alat jumlahnya lebih dari 20 untuk memastikan bidangnya di mana begitu pula BMKG saya yakin melakukan hal yang sama, dan Badan Geologi saya yakin melakukan hal yang sama," papar dia.
ADVERTISEMENT
Jika pun ada ahli yang berbeda pendapat dengan Badan Geologi, Irwan menghargainya. Terpenting, menurut dia, yang harus dilakukan oleh para ahli sekarang bukanlah mempersoalkan nama sesar tapi meneliti karakteristik dari sesar yang menyebabkan gempa. Nantinya, hasil dari penelitian dapat dijadikan acuan mitigasi bencana.
"Kalau masalah nama silakan dinamakan apa pun, tapi kami lebih fokus sumber gempa kemarin tuh bagaimana sih karakteristiknya, panjang bidang, kemudian lebar, bergesernya berapa, dan lain-lain, itu yang menurut kami lebih fokus," jelas dia.
Pj Gubernur Jabar Tunggu Kepastian BMKG
Pj Gubernur Jabar, Bey Machmudin, masih ragu soal sesar yang mengakibatkan rentetan bencana gempa di Kabupaten Sumedang. Dia meminta masyarakat agar menunggu hasil penelitian yang dilakukan oleh BMKG.
ADVERTISEMENT
Diketahui, sebelumnya Badan Geologi di Kementerian ESDM menyebut bahwa gempa yang terjadi di wilayah Sumedang disebabkan oleh pergerakan Sesar Cileunyi-Tanjungsari.
"Untuk sumber gempa masih menunggu pendalaman oleh BMKG, maka kita jangan berkesimpulan apapun," kata dia RSUD Sumedang pada Rabu (3/1).
Bey juga meminta masyarakat agar tetap waspada dalam satu pekan ke depan karena gempa susulan masih berpotensi terjadi. Adapun Pemkab Sumedang diketahui sudah menetapkan status masa darurat bencana gempa bumi hingga tanggal 7 Januari 2024.
"BMKG meminta masyarakat untuk tetap waspada dalam satu Minggu ini," ucap dia.
Sebelumnya, rentetan gempa mengguncang wilayah Sumedang. Gempa pertama terjadi pada Minggu (31/12) dengan kekuatan 4,1 Magnitudo. Lalu, gempa kembali terjadi dengan kekuatan 3,4 Magnitudo dan disusul dengan kekuatan 4,8 Magnitudo.
ADVERTISEMENT
Gempa susulan kembali terjadi di Sumedang pada Senin (1/1) dengan kekuatan 4,4 Magnitudo serta kedalaman 10 kilometer. Pusat gempa berada 4 kilometer sebelah Utara Kabupaten Sumedang.