Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Solusi Pembeludakan Mahasiswa RI di Kairo: Tunda Keberangkatan dan Seleksi Ketat
19 Juni 2024 16:49 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Jumlah mahasiswa Indonesia yang berbondong-bondong menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar Kairo memicu berbagai masalah.
ADVERTISEMENT
Dalam podcast Diptalk dengan kumparan, mahasiswa yang telah menempuh studi di Al-Azhar Kairo sejak 2012, M. Nuruddin, menyetujui moratorium dan seleksi ketat sebagai solusi mengatasi apa yang disebutnya sebagai "pembeludakan yang tak terkontrol" itu.
“Penundaan pemberangkatan bisa jadi salah satu solusi. Bisa dilakukan, tapi itu saya kira berat bagi sebagian pihak. Kalaupun tidak bisa, penyeleksian yang ketat harus diterapkan. Ditundalah pemberangkatan jumlah-jumlah yang banyak itu,” ungkap Nuruddin.
Nuruddin menyarankan proses seleksi sebagai langkah awal untuk memastikan hanya mereka yang benar-benar memiliki kompetensi yang diberangkatkan ke Mesir.
"Saya enggak bilang (penundaan keberangkatan) sampai selanjutnya. Untuk sementara ini, coba itu dikirim kader-kader terbaik pesantren. Apa susahnya, sih?" tegasnya.
Tingkat Kegagalan vs Seleksi Ketat
Senada dengan Nuruddin, eks mahasiswa Al-Azhar yang sempat melakukan penelitian S2 di Kairo, Rudi Chandra, juga mendukung seleksi ketat bagi pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan studi ke Mesir.
ADVERTISEMENT
Pada 2011, Rudi meneliti peran diplomasi people-to-people dalam hubungan diplomatik Indonesia dan Mesir.
Temuannya menunjukkan jumlah mahasiswa Indonesia yang merantau ke Kairo pada periode 2004-2009 berbanding lurus dengan angka kegagalan akademiknya. Data tersebut ia peroleh dari Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kairo.
“Tahun 2004, mahasiswa Indonesia yang datang ke Mesir berjumlah 1.054, dan pada 2005 sebanyak 1.070. Jumlah ini menurun menjadi 778 pada 2006 karena ada seleksi yang diterapkan. Pada 2008, hanya 136 mahasiswa yang diberangkatkan, dan ini memberikan efek luar biasa,” jelas Rudi kepada kumparan, Rabu (19/6).
Ia menambahkan, dampak tingginya angka kedatangan mahasiswa pada 2004-2005 baru terasa di tahun berikutnya.
“Pada 2006-2007, tingkat kegagalan yang enggak naik kelas mencapai 45 persen sampai 48 persen. Namun, setelah seleksi ketat diterapkan, kegagalan menurun menjadi 30 persen pada 2008-2009.”
Rudi yang kini tengah menempuh studi S3 Universitas Gadjah Mada (UGM), menyimpulkan bahwa seleksi ketat berdampak positif pada tingkat kesuksesan mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Saat itu, proses seleksi dilakukan atas kerja sama Kedutaan Besar Indonesia di Mesir, Universitas Al-Azhar Kairo, dan Kemenag RI.
“Kedutaan Besar Indonesia menjadi fasilitator, memanggil pihak Al-Azhar dan Kementerian Agama di Indonesia, serta para kiai dari pesantren besar. Simposium ini merekomendasikan seleksi ketat dan pembangunan asrama khusus bagi mahasiswa Indonesia,” kata Rudi.
Menurut Rudi, seleksi ketat dan pengelolaan yang lebih baik pada periode tersebut terbukti dapat mencegah permasalahan pelajar remaja Indonesia di sana.