Sosiolog: Tekanan Sosial Bisa Buat Afi Nihaya Depresi

10 Juli 2017 17:00 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
Afi Nihaya Faradisa (Foto: Facebook Afi Nihaya Faradisa)
zoom-in-whitePerbesar
Afi Nihaya Faradisa (Foto: Facebook Afi Nihaya Faradisa)
ADVERTISEMENT
Nama Afi Nihaya menjadi sorotan publik. Gadis asal Jawa Timur ini menjadi bulan-bulanan publik setelah diduga menjiplak kalimat dalam video curhatannya yang ia tayangkan di Facebook.
ADVERTISEMENT
Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Afi yang berniat untuk memberikan sikap atas bullying yang ia terima akibat plagiarisme tulisannya di Facebook, justru kembali menjadi topik panas netizen.
Afi diduga menjiplak kalimat bahasa Inggris yang ia gunakan dalam video curhatannya. Ratusan komentar pun memenuhi kolom Youtube di mana video curhatan Afi diunggah ulang. Netizen memberikan kritik bahkan bullying terhadap Afi.
Namun apakah komentar pedas tersebut pantas diberikan kepada Afi?
"Soal cyber bullying memang praktik yang harus dihindari. Karena cara kita memberikan pendapat di platform social media tetap perlu etika," ujar sosiolog Universitas Indonesia, Daisy Indira Yasmine, S.Sos., M.Soc.Sci saat dihubungi kumparan (kumparan.com).
Ia juga menambahkan apa yang akan kita upload di situs media sosial juga perlu etika. Seperti cara mencantumkan sumber jika kita menggunakan pikiran atau ide orang lain.
ADVERTISEMENT
Netizen mungkin akan menghakimi Afi tanpa kenal batasan. Namun ada baiknya untuk memikirkan kembali apa yang hendak disampaikan sebagai bentuk masukan kepada Afi.
"Bahayanya, cyber bullying bisa membuat seseorang depresi, makanya ada ancaman bunuh diri. Harusnya yang dilakukan bukan menekan Afi, tetapi memberi support positif bagaimana cara dia mengungkapkan pandangannnya," ujar Daisy.
Daisy berpendapat, Afi punya keterbatasan dalam hal pengalaman hidup. Sehingga perlu diarahkan, bukan dihujat habis-habisan.
"Afi mungkin dalam mengungkapkan idenya terbatas dan terpaku pada contoh yang sudah ada. Dan mungkin pula karena keterbatasan usia dan pengalaman hidup dan kedewasaan akhirnya mengambil contoh yang sudah ada," tutur Daisy.
Daisy menambahkan, tekanan sosial yang bertubi-tubi bisa membuat seseorang menjadi depresi.
ADVERTISEMENT
"Afi ini mengalami tekanan sosial dari masyarakat terutama netizen. Tekanan sosial bisa membuat orang depresi. Yang harus kita cegah adalah agar dia tidak mengikuti aksi yang lebih parah," kata Daisy.
Melihat kondisi ini, psikolog Dr. Endang Widyorini, MS juga memberikan pendapatnya.
"Nampaknya anak ini sebenarnya cukup baik kritis. Tapi lingkungan yang berlebihan menjadi stressor buat dia. Tuntutan dia menghasilkan karya yang baik, dia jadi merasa harus berkarya besar, tidak punya ide dan akhirnya Afi menjadi tidak stabil dan melakukan plagiasi (yang mungkin tidak diketahui dengan baik)," ujar Endang saat dihubungi kumparan.
Endang menambahkan, sebagai anak yang masih sangat muda perlakukan yang berlebihan ini menjadi tekanan dan membuat otaknya tidak bisa atau kurang berfungsi baik yang disebut sebagai gangguan executive function.
ADVERTISEMENT
"Karena adanya gangguan executive function ini menyebabkan ia tidak mampu bertingkah laku yang tepat, perencanaan yang kurang baik dan tidak mampu mengantisipasi dampak. Sehingga putus asa dan mengulang hal yang salah berulang kali," tambah Endang.