Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Tiga jenazah kru pesawat Rimbun Air yang jatuh di Bukit Kampung Bilogai, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua dievakuasi ke Timika pagi ini. Pesawat dengan nomor penerbangan PK-OTW itu jatuh pada Rabu (15/9).
ADVERTISEMENT
Kepala Kantor SAR Timika, George Mercy L Randang, mengatakan dua armada pesawat perintis sudah berada di Bandara Bilogai Sugapa untuk membawa jenazah Pilot Hj. Mirza, co pilot Fajar dan teknisi Iswahyudi.
"Pesawat belum berangkat dari Sugapa karena di sana masih kabut. Yang jelas di Bandara Timika sudah disiagakan mobil ambulans untuk membawa jenazah para korban ke RSUD Mimika untuk proses selanjutnya," jelas Mercy di Timika pada Kamis (16/9), dikutip dari Antara.
Jenazah tiga kru pesawat tersebut sudah berada di Bandara Sugapa pada Kamis dini hari sekitar pukul 02.30 WIB. Tim SAR gabungan membawa ketiga jenazah tersebut dari lokasi kejadian ke bandara dengan berjalan kaki.
Sebelumnya, ketiga jenazah ditemukan tertimbun reruntuhan pesawat. Jenazah berhasil dikeluarkan dari reruntuhan iu sekitar pukul 23.30 WIT.
Jenazah 3 Kru Rimbun Air Dikirim ke Bogor, Bekasi dan Balikpapan
Tiga jenazah kru pesawat Rimbun Air PK OTW dievakuasi ke Sugapa. Selanjutnya mereka diterbangkan ke Timika.
ADVERTISEMENT
Ketiga kru pesawat yakni Mirza (pilot), Fajar (Co Pilot) dan Iswahyudi (Engineering).
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol AM Kamal menjelaskan dari Timika, jenazah akan dikirim ke kampung halaman di Bogor, Pondok Gede Bekasi dan ke Balikpapan Kalimantan Timur.
"Jenazah berhasil dievakuasi dari titik jatuhnya pesawat ke Sugapa tadi malam, sekitar pukul 23.20 WIT. Nantinya, jenazah pilot ke Bogor, Co Pilot ke Bekasi dan jenazah engineering ke Balikpapan. Dalam evakuasi itu, kami juga menemukan black box pesawat, sekitar pukul 04.20 WIT," jelas Kamal.
Pesawat Rimbun Air PK OTW jatuh di sekitar perbukitan Kampung Bilogai, Distrik Sugapa Kabupaten Intan Jaya. Pesawat yang ditumpangi 3 kru membawa material bahan bangunan dan sembako dari Nabire ke Sugapa.
Deretan Karangan Bunga Duka di Rumah Pilot Rimbun Air di Bogor
Sederet karangan bunga penuhi halaman depan rumah Kapten Haji Agithia Mirza, pilot Rimbun Air, yang jatuh di Papua. Rumah kapten Mirza di Jalan Kompleks AURI, Kelurahan Curug, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Karangan bunga itu juga terlihat dari maskapai tempat Kapten Mirza bekerja, yaitu Rimbun Air. Sejumlah karangan bunga lainnya berasal dari kolega dan keluarga.
Pantauan kumparan, Kamis (16/9), sejumlah tetangga dan saudara terlihat mulai melayat berdatangan ke rumah Kapten Mirza. Mereka bertemu dengan anak dan juga istri kapten Mirza.
Yudhistira, putra kedua Kapten Mirza, mengatakan belum mendapat informasi kapan jasad ayahnya akan dibawa ke Bogor. Dia mendengar kabar terakhir jasad ayahnya saat akan dibawa ke Bogor terkendala karena cuaca.
"Kalau dari keluarga kami hanya bisa menyampaikan, bahwa saat ini terkendala, info yang diterima keluarga karena terkendala cuaca. Kalau cuaca mendukung kemungkinan berangkat. Mungkin paling cepat tiba mungkin malam jam 11-an (23.00)," ujar Yudhistira.
Kapten Mirza, Pilot Rimbun Air Eks Penerbang AU, Pengalaman Operasi Militer
Musibah jatuhnya pesawat kargo Rimbun Air di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, menyisakan duka yang mendalam. Khususnya, bagi keluarga tiga kru yang tewas dalam kecelakaan itu.
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah keluarga Kapten Mirza, pilot Rimbun Air. Kapten Mirza tinggal di Jalan Kompleks AURI, Kelurahan Curug, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat.
Yudhistira, mengatakan keluarga sudah menerima dan tabah atas musibah yang dialami ayahnya itu. Kapten Mirza memiliki empat orang anak.
"Anak pertama Dela, saya Yudhistira, ketiga Agla, Jodra. Satu perempuan tiga laki-laki," ujar Yudhistira.
"Kondisi ibu dan keluarga sudah tabah semua, kita sudah menerima semua, [itu] risiko pekerjaan ayah saya," lanjut Yudhistira yang mengikuti jejak ayahnya bekerja sebagai pilot ini.
Yudhistira mengisahkan, ayahnya merupakan mantan penerbang di TNI AU.
"Beliau sebelumnya di TNI AU. Ikatan dinas pendek, beliau pensiun dini, sampai minimum masa kerja dinasnya. Terakhir di AURI di [Lanud] Atang Senjaya sebagai pilot, pangkat terakhir letnan satu," kata Yudhistira.
ADVERTISEMENT
Yudhistira mengatakan ayahnya itu pernah berdinas di Timor Timur (sekarang Timor Leste). Kemudian bertugas di daerah operasi militer di Aceh.
"Kalau untuk waktu dia berdinasnya, sih, di Timor Timur. Yang saya tahu, sama Aceh waktu masih daerah operasi militer," ujar Yudhistira.
Dia tak tahu apa nama operasi waktu ayahnya bertugas di Timor Timur dan Aceh itu. Yang pasti, kata Yudhistira, ayahnya itu sekolah penerbangan di AURI pada tahun 1986.
Yudhistira tak ingat kapan ayahnya memutuskan pensiun dini. Namun, usai pensiun dari AURI, ayahnya bekerja sebagai pilot penerbangan komersial di berbagai maskapai, mulai dari Merpati hingga Aviastar.
Di Rimbun Air, Kapten Mirza baru bertugas pada Februari 2021.
"[Masuk Rimbun Air] Kurang lebih dari Februari 2021 tahun ini. [Sebelumnya di] Aviastar. Mayoritas di Papua, ada juga di barat daerah Sumatera dan Kalimantan. Sebelumnya [juga] di Merpati," ujar dia.
ADVERTISEMENT