Status Rabies di NTT Wabah Darurat, Kasus Harian 12 Gigitan

26 Juni 2024 18:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penanganan anjing rabies oleh tim BPBD NTT.  Foto: Dok. BPBD NTT
zoom-in-whitePerbesar
Penanganan anjing rabies oleh tim BPBD NTT. Foto: Dok. BPBD NTT
ADVERTISEMENT
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Timur menyatakan status rabies di provinsi itu wabah darurat. Rata-rata kasus perhari mencapai 12 gigitan di 16 kabupaten.
ADVERTISEMENT
Hal ini diungkapkan oleh Analis Mitigasi Bencana BPBD Provinsi NTT Heyn Peter Ahab dalam acara kunjungan media yang diselenggarakan oleh BPBD NTT berkolaborasi dengan SIAP SIAGA (program kemitraan Australia-Indonesia).
"Berdasarkan dashboard posko kejadian luar biasa (KLB) bencana non-alam terjadi peningkatan kasus gigitan baru per hari, dengan rata-rata 12 orang," ungkap Peter, pada Selasa (25/06).
Mengacu pada data posko darurat bencana (PDB)-KLB Rabies milik BPBD NTT, terdapat 35 orang meninggal akibat gigitan rabies pada 2023.
Pemaparan data dan tata cara pengaduan kasus rabies ke BPBD dalam acara kunjungan media ke gedung BPBD NTT. Foto: Priscilla Brenda/kumparan
Kasus rabies menyebar dengan cepat dikarenakan masyarakat NTT pada umumnya memelihara anjing dengan cara dilepas atau tidak dikandangkan. Hal ini menyebabkan rabies mudah menular ke kabupaten yang berdekatan di NTT.
Peter menjelaskan jika status wabah rabies sudah darurat, data harus disatukan. Data yang terkumpul mampu menjadi menjadi rujukan valid bagi dinas lain untuk melakukan koordinasi dan penanganan.
ADVERTISEMENT
"Akhirnya karena ada data yang terpecah semuanya bergerak sendiri-sendiri dengan acuannya sendiri-sendiri. Kenapa dikuatkan? Untuk memperkuat koordinasi,," tambah Peter.

Kolaborasi Pusdalops

Pemaparan data dan tata cara pengaduan kasus rabies ke BPBD dalam acara kunjungan media ke gedung BPBD NTT. Foto: Priscilla Brenda/kumparan
Untuk memastikan informasi bencana non-alam tetap terpadu BPBD menjalin kemitraan dengan SIAP SIAGA. SIAP SIAGA merupakan program kerja sama Indonesia-Australia dalam Manajemen Risiko Bencana.
Salah satu tujuan kemitraan ini adalah mengintegrasikan data dan informasi kebencanaan di Provinsi NTT. Salah satunya dengan memperkuat kinerja Pusat Komando Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops).
Program SIAP SIAGA beroperasi di berbagai tingkatan untuk meningkatkan sistem penanggulangan bencana.
Di tingkat nasional, program ini bekerja sama dengan BNPB, Bappenas, Kemendagri, Kemensos, dan Kemlu. Sementara di tingkat provinsi dan kabupaten, SIAP SIAGA bekerja sama dengan instansi pemerintah dan juga organisasi masyarakat sipil.
ADVERTISEMENT