Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Strategi Uji Massal COVID-19 China Sebabkan Gunung Limbah Medis
20 Juni 2022 13:32 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
China adalah negara kekuatan ekonomi utama terakhir yang bersikeras membasmi infeksi corona, tanpa peduli akan biayanya.
Kota-kota dari Beijing hingga Shanghai beralih fungsi menjadi rumah bagi deretan kios tes corona, sedangkan pihak berwenang memerintahkan ratusan juta orang untuk swab setiap dua atau tiga hari.
Negara itu mempersenjatai diri dengan pengujian harian dan karantina paksa meski hanya mendeteksi sejumlah kasus.
Pengujian massal tersebut akan terus berlaku. Otoritas China menyatakan bahwa strategi mereka telah membantu menghindari bencana kesehatan masyarakat.
Namun, para ahli telah mengkritik pendekatan demikian. Menurut mereka, pengujian massal telah menciptakan lautan limbah berbahaya.
"Jumlah limbah medis yang dihasilkan secara rutin berada pada skala yang tidak pernah tercatat sebelumnya dalam sejarah manusia," ungkap pakar studi lingkungan di New York University Shanghai, Yifei Li, dikutip dari AFP, Senin (20/6/2022).
ADVERTISEMENT
"Masalahnya sudah menjadi luar biasa, dan akan terus bertambah besar," sambung dia.
Beijing memposisikan dirinya sebagai pemimpin dalam isu lingkungan dengan menindak polusi udara dan air.
Pemerintah juga menetapkan ambisi untuk mencapai netralitas karbon pada 2060. Para ahli memperingatkan, target itu tidak mungkin dipertahankan, mengingat investasi batu bara saat ini.
Kini, pengujian massal menghadirkan tantangan sampah baru. China mencatat puluhan kasus infeksi corona setiap harinya secara nasional. Setiap kasus positif itu menyebabkan jejak bekas alat tes, masker wajah, dan alat pelindung diri.
Bila tidak dibuang dengan benar, limbah biomedis dapat mencemari tanah dan saluran air, sehingga menimbulkan ancaman bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Bakar Limbah
Daerah berbeda memberlakukan pembatasan berbeda. Sebagian daerah telah menangguhkan kebijakan tersebut seiring menurunnya kasus.
ADVERTISEMENT
Namun, analis mengungkap, kota-kota dan provinsi-provinsi yang berpenduduk sekitar 600 juta telah mengumumkan pengujian rutin dalam beberapa pekan terakhir di China.
China belum mempublikasikan data nasional perihal jejak limbah medis. Namun, Shanghai mengatakan, kota itu menghasilkan 68.500 ton limbah medis selama karantina wilayah pada bulan lalu.
Limbah medis harian menyentuh angka hingga enam kali lebih tinggi dari biasanya di Shanghai.
Peraturan China menugaskan otoritas setempat untuk untuk memisahkan, mendisinfeksi, mengangkut, dan menyimpan limbah corona sebelum akhirnya membuangnya. Pembuangan sampah pun dilakukan dengan pembakaran.
Kementerian Kesehatan China menegaskan, pemerintah telah membuat tuntutan khusus terkait pengelolaan limbah medis dalam protokol nasional mereka.
Tetapi, sistem pembuangan di bagian pedesaan yang lebih miskin di negara itu menanggung beban sejak lama.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak yakin bahwa pedesaan benar-benar memiliki kapasitas untuk menangani peningkatan yang signifikan dalam jumlah limbah medis," tutur anggota senior di wadah pemikir Dewan Hubungan Luar Negeri (CFR), Yanzhong Huang.
Lonjakan tersebut bisa mendesak pemerintah daerah untuk membuangnya dengan proses yang salah. Mereka mungkin hanya akan meninggalkan limbah medis di tanah di tempat pembuangan sampah sementara.
Bakar Uang
Beban ekonomi juga semakin meningkat bagi pemerintah daerah yang harus harus menghabiskan puluhan miliar dolar untuk mendanai sistem tersebut.
Beijing telah mendesak otoritas untuk mendirikan tempat uji coba dalam jarak sekitar 15 menit berjalan kaki dari setiap pemukiman. Aturan itu berlaku bagi ibu kota provinsi dan kota-kota dengan populasi setidaknya 10 juta penduduk.
ADVERTISEMENT
Para pemimpin juga mengharapkan pemerintah daerah untuk membayar tagihan pengujian corona, meski mereka tengah berjuang menyeimbangkan pembukuan.
Memperluas model tersebut ke seluruh negeri dapat menelan biaya antara 0,9 dan 2,3 persen dari produk domestik bruto China.
"Ekonomi itu rumit. Anda tidak ingin berinvestasi dalam infrastruktur permanen untuk memproses gelombang limbah medis jangka pendek," jelas Li dari NYU Shanghai.
Profesor di Sekolah Ilmu Biomedis Universitas Hong Kong, Jin Dong-yan, memberikan pengamatan serupa. Menurutnya, pengujian massal secara rutin sangat tidak efektif dan mahal.
Sehingga, pemerintah hanya akan mengorbankan investasi perawatan kesehatan lain yang sangat dibutuhkan.
Tindakan itu juga bisa menjadi sia-sia lantaran otoritas kemungkinan melewatkan kasus positif akibat Omicron. Varian itu menyebar dengan cepat dan lebih sulit dideteksi daripada varian lainnya.
ADVERTISEMENT
"[Strategi] ini tidak akan berhasil. Itu hanya akan menghanyutkan jutaan dolar ke laut," tegas Jin.