Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kabar penangkapan disampaikan partai tempat mereka bernaung. Anggota Partai Komunis Sudan ditahan usai melakukan perjalanan ke Juba di Sudan Selatan.
Mereka bertemu dengan pemimpin pemberontak, Abdel Wahid Nour. Pemimpin milisi itu menolak menandatangani perjanjian perdamaian penting dengan pemerintah pada 2020.
Mereka kemudian mengunjungi daerah-daerah yang dikuasai pemberontak di Kordofan Selatan. Wilayah tersebut dikendalikan oleh Abdelaziz al-Hilu. Pemimpin itu turut abstain dari kesepakatan pada 2020.
"Pasukan keamanan menggerebek rumah sekretaris politik Partai Komunis Sudan, Mohammed Mukhtar al-Khatib," tulis pernyataan partai itu, dikutip dari AFP, Jumat (20/5/2022).
Satu anggota terkemuka lainnya juga ditangkap di Bandara Internasional Khartoum. Kedua pria itu kemudian dibawa menuju lokasi yang tidak diketahui.
Pada April, pihak berwenang membebaskan sejumlah pemimpin sipil anti-kudeta. Kendati demikian, penangkapan teranyar mencerminkan pengingkaran janji pemimpin kudeta.
ADVERTISEMENT
Jenderal Abdel Fattah al-Burhan telah menjanjikan pembebasan tahanan politik sebelumnya. Langkah tersebut guna mempersiapkan pembicaraan antara faksi-faksi di Sudan.
Partai menambahkan, penangkapan berlangsung seiring protes anti-kudeta memuncak. Ribuan penduduk turun ke jalanan di sejumlah lokasi. Protes bahkan membanjiri Khartoum.
Para demonstran menyerukan pemerintahan sipil. Mereka menentang pengambilalihan militer pada Oktober 2021. Kudeta itu dipimpin oleh Burhan.
Komite Sentral Dokter Sudan melaporkan situasi dari lokasi protes. Kelompok pro-demokrasi itu mengatakan, pasukan keamanan menembakkan gas air mata kepada demonstran.
Demonstrasi massal terus-menerus mengguncang Sudan. Arus demonstrasi mulai muncul sejak kudeta yang menggagalkan transisi politik yang rapuh. Transisi tersebut bermula dari penggulingan otokrat lama, Omar al-Bashir, pada 2019.
Unjuk rasa telah dibalas dengan tindakan keras oleh pasukan keamanan Sudan. Pihaknya telah menewaskan sedikitnya 95 pengunjuk rasa sejauh ini. Hingga ratusan demonstran lainnya turut mengalami cedera.
ADVERTISEMENT
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Uni Afrika, dan IGAD telah beriringan turun tangan. Mereka berupaya memfasilitasi pembicaraan yang dipimpin Sudan.
Perwakilan khusus PBB, Volker Perthes, memberikan peringatan pada akhir Maret 2022. Dia mengatakan, negara itu sedang menuju keruntuhan ekonomi dan keamanan.
Perthes menegaskan, transisi yang dipimpin sipil harus segera dipulihkan. Menanggapinya, Burhan mengancam akan mengusir Perthes atas tuduhan campur tangan dalam urusan negara.