Sudan Tangkap Pimpinan Partai Komunis

20 Mei 2022 13:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seseorang yang mengenakan bendera Sudan berdiri di depan tumpukan ban yang terbakar selama protes terhadap prospek pemerintahan militer di Khartoum. Foto: MOHAMED NURELDIN ABDALLAH/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seseorang yang mengenakan bendera Sudan berdiri di depan tumpukan ban yang terbakar selama protes terhadap prospek pemerintahan militer di Khartoum. Foto: MOHAMED NURELDIN ABDALLAH/REUTERS
ADVERTISEMENT
Pasukan Sudan menangkap sejumlah tokoh anti-kudeta terkemuka pada Kamis (20/5/2022). Mereka yang ditahan berasal dari kelompok komunis.
ADVERTISEMENT
Kabar penangkapan disampaikan partai tempat mereka bernaung. Anggota Partai Komunis Sudan ditahan usai melakukan perjalanan ke Juba di Sudan Selatan.
Mereka bertemu dengan pemimpin pemberontak, Abdel Wahid Nour. Pemimpin milisi itu menolak menandatangani perjanjian perdamaian penting dengan pemerintah pada 2020.
Mereka kemudian mengunjungi daerah-daerah yang dikuasai pemberontak di Kordofan Selatan. Wilayah tersebut dikendalikan oleh Abdelaziz al-Hilu. Pemimpin itu turut abstain dari kesepakatan pada 2020.
"Pasukan keamanan menggerebek rumah sekretaris politik Partai Komunis Sudan, Mohammed Mukhtar al-Khatib," tulis pernyataan partai itu, dikutip dari AFP, Jumat (20/5/2022).
Satu anggota terkemuka lainnya juga ditangkap di Bandara Internasional Khartoum. Kedua pria itu kemudian dibawa menuju lokasi yang tidak diketahui.
Pada April, pihak berwenang membebaskan sejumlah pemimpin sipil anti-kudeta. Kendati demikian, penangkapan teranyar mencerminkan pengingkaran janji pemimpin kudeta.
ADVERTISEMENT
Jenderal Abdel Fattah al-Burhan telah menjanjikan pembebasan tahanan politik sebelumnya. Langkah tersebut guna mempersiapkan pembicaraan antara faksi-faksi di Sudan.
Warga Sudan menggelar demonstrasi untuk menentang kudeta militer di selatan ibu kota Khartou, Sudan. Foto: AFP
Partai menambahkan, penangkapan berlangsung seiring protes anti-kudeta memuncak. Ribuan penduduk turun ke jalanan di sejumlah lokasi. Protes bahkan membanjiri Khartoum.
Para demonstran menyerukan pemerintahan sipil. Mereka menentang pengambilalihan militer pada Oktober 2021. Kudeta itu dipimpin oleh Burhan.
Komite Sentral Dokter Sudan melaporkan situasi dari lokasi protes. Kelompok pro-demokrasi itu mengatakan, pasukan keamanan menembakkan gas air mata kepada demonstran.
Demonstrasi massal terus-menerus mengguncang Sudan. Arus demonstrasi mulai muncul sejak kudeta yang menggagalkan transisi politik yang rapuh. Transisi tersebut bermula dari penggulingan otokrat lama, Omar al-Bashir, pada 2019.
Unjuk rasa telah dibalas dengan tindakan keras oleh pasukan keamanan Sudan. Pihaknya telah menewaskan sedikitnya 95 pengunjuk rasa sejauh ini. Hingga ratusan demonstran lainnya turut mengalami cedera.
ADVERTISEMENT
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Uni Afrika, dan IGAD telah beriringan turun tangan. Mereka berupaya memfasilitasi pembicaraan yang dipimpin Sudan.
Perwakilan khusus PBB, Volker Perthes, memberikan peringatan pada akhir Maret 2022. Dia mengatakan, negara itu sedang menuju keruntuhan ekonomi dan keamanan.
Perthes menegaskan, transisi yang dipimpin sipil harus segera dipulihkan. Menanggapinya, Burhan mengancam akan mengusir Perthes atas tuduhan campur tangan dalam urusan negara.