Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Suntoro, Pemulung Pengadopsi Anjing Liar, Bermimpi Bisa Naik Haji
1 Februari 2018 19:34 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
ADVERTISEMENT
Walau mengandalkan hidup dari upah kerja sebagai pemulung , Suntoro (63) rupanya menyimpan impian besar untuk bisa menunaikan ibadah haji. Pria pengadopsi puluhan anjing liar ini berharap, suatu saat mimpinya ke Kota Suci Makkah itu terwujud.
ADVERTISEMENT
Namun sadar dengan kemampuan ekonominya yang serba kekurangan, Suntoro mengaku seringkali pesimistis dirinya bisa menggapai mimpinya itu. Hal itu diungkap Suntoro saat kumparan (kumparan.com) berkunjung ke rumahnya sore ini.
“Ingin naik haji, tapi modal apa? (Saya) enggak punya (uang). Ya (sekarang) belajar dulu cara ibadah haji,” ujar Suntoro di depan rumah semi permanennya yang terbuat dari papan tripleks dan terpal bekas, di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (1/2).
Meski mimpinya untuk naik haji entah kapan bisa terwujud dan belasan tahun hidup sendiri tanpa keluarga di Ibu Kota, Suntoro mengaku tetap mensyukuri kehidupan yang dijalaninya saat ini. Bagi Suntoro, kebahagiaan batin adalah yang utama.
“Enggak dipaksakanlah (naik haji), kalau orang punya harapan kan inginnya hidup layak dan kaya. Saya cukup hidup bahagia. Cita-cita tapi tetaplah ada, tapi saya terima apa adanya,” ucap pria asal Blora, Jawa Tengah, ini.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang muslim, Suntoro mengaku tahu perihal air liur anjing yang masuk dalam kategori najis. Namun ia tak mempermasalahkannya, sebab ia selalu membersihkan diri seusai memegang anjing-anjingnya itu.
"Ya, kalau orang bilang juga (najis) begitu. Tapi banyak juga kan muslim yang punya anjing. Kan habis pegang (anjing), cuci tangan lagi. Bersih, ini kan bukan beternak," kata Suntoro.
Selain memelihara total 26 anjing liar, Suntoro juga mengadopsi 8 kucing liar. Kesenangannya memungut dua jenis hewan yang ia temui telantar di jalanan itu, dimulainya sejak tahun 2004 silam.
"Saya juga kasihan, itu kan hewan diciptakan Tuhan. Ini kucing sama anjing musuh berat. Tapi saat saya adopsi, saya buat mereka damai," tutup Suntoro.
ADVERTISEMENT
Untuk menghidupi anjing-anjing dan kucing-kucing peliharaannya itu, Suntoro mengaku kerap mendapat bantuan makanan sisa dari warga sekitar. Rumah semipermanen Suntoro yang tingginya tak sampai satu meter itu, berada di sebuah tanah lapang bertembok beton, yang terletak di tengah kepungan gedung-gedung perkantoran dan apartemen.
Puluhan hewan peliharannya itu tak diikat, juga tak dikurung dalam kandang. Suntoro sengaja membiarkan mereka bebas berlarian di sekitar rumah papannya, sebab tembok yang mengeliling tanah lapang tersebut memiliki tinggi sekitar satu setengah meter, dan tak bisa dilompati anjing dan kucingnya.