Tak Cuma Dubes Uni Eropa, Konvoi Diplomat AS Jadi Korban Penyerangan di Sudan

18 April 2023 13:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Asap mengepul di Omdurman, dekat Jembatan Halfaya, saat bentrokan antara Pasukan Dukungan Cepat Paramiliter dan tentara terlihat dari Khartoum Utara, Sudan, Sabtu (15/4/2023). Foto: Mohamed Nureldin Abdallah/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Asap mengepul di Omdurman, dekat Jembatan Halfaya, saat bentrokan antara Pasukan Dukungan Cepat Paramiliter dan tentara terlihat dari Khartoum Utara, Sudan, Sabtu (15/4/2023). Foto: Mohamed Nureldin Abdallah/REUTERS
ADVERTISEMENT
Sebuah konvoi kendaraan yang terdiri dari utusan diplomatik Amerika Serikat di Sudan diduga telah ditembaki oleh militan paramiliter Rapid Support Forces (RSF), pada Senin (17/4).
ADVERTISEMENT
Insiden itu langsung menuai kecaman dari Washington yang menggambarkannya sebagai tindakan tidak bertanggung jawab dan sembrono.
Dikutip dari Reuters, adanya insiden penembakan tersebut dikonfirmasi kebenarannya oleh Menteri Luar Negeri Antony Blinken keesokan harinya, pada Selasa (18/4).
Dalam sebuah konferensi pers di Jepang saat menghadiri pertemuan kelompok G7, Blinken menyatakan keprihatinannya dan telah melakukan tindakan untuk mendorong gencatan senjata.
“Kami memiliki keprihatinan yang mendalam tentang lingkungan keamanan secara keseluruhan,” ujar Blinken.
Secara terpisah, dia kemudian memberikan peringatan langsung kepada pemimpin RSF Jenderal Hamdan Dagalo, yang dikenal luas sebagai Hemedti serta panglima militer Sudan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan melalui telepon.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berbicara pada konferensi pers di Hotel Fairmont di Jakarta, Selasa (14/12). Foto: Olivier Douliery/Pool via REUTERS
Kepada kedua pemimpin militer yang saling bermusuhan itu, Blinken menegaskan bahwa bahaya apa pun yang ditimbulkan terhadap para diplomat AS tidak dapat diterima.
ADVERTISEMENT
Namun, kejadian tak mengenakkan itu tidak hanya menimpa utusan diplomatik AS saja. Sebelumnya, dikabarkan bahwa Duta Besar Uni Eropa untuk Sudan, Aidan O'Hara, menjadi korban penyerangan di rumahnya di Ibu Kota Khartoum.
Kondisi O’Hara yang memegang kewarganegaraan Irlandia itu dipastikan tidak mengalami luka parah. Hal itu dibenarkan oleh Menteri Irlandia, Michael Martin, yang menilai sebagai pelanggaran besar.
“Serangan itu pelanggaran besar terhadap kewajiban perlindungan terhadap diplomat,” kata Martin, seperti dikutip dari BBC.
Dalam beberapa hari terakhir, Sudan dilanda pertempuran berdarah. Sedikitnya hingga Senin (17/4), 200 orang dilaporkan tewas dan lebih dari 1.800 lainnya luka-luka. Sejumlah objek vital nasional dikuasai dan serangan udara serta artileri pun dilibatkan dalam perang saudara itu.
ADVERTISEMENT