Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pantauan kumparan, pada Senin (25/1) sekitar pukul 17.00 WIB, tak ada lagi pembeli yang mengular di depan gerobak tersebut. Sejumlah kursi pun kosong. Tak ada pembeli yang duduk antre di tempat tersebut.
Anak Kedua Pak Oleh, pemilik usaha itu, Ade Tate mengatakan omzet jualannya turun dibandingkan saat viral dulu. Meski begitu, dari penjualan secara online, pendapatannya berkisar Rp 500-600 ribu setiap harinya.
"Kalau penurunan [omzet] gak terlalu, paling juga 30 persen lah dari biasa," kata dia ketika ditemui, Senin (25/1).
Meski begitu, Ade menambahkan, sekitar separuh dari pembeli yang datang saat viral telah menjadi pelanggan setia. Bahkan ada juga pembeli dari luar kota pada akhir pekan.
"Jadi sekarang mah pagi, siang dan sore ada. Gak numpuk di satu waktu. Lebih baik begini karena kasian yang ngantre juga lama, kedua jadi sorotan yang lain," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Ade mengatakan, saat viral produksi usahanya mencapai 14 karung atau 250 kilogram. Kalau saat ini hanya berada di angka 175 hingga 200 kilogram.
"Kalau produksi kan sekarang waktu pertama viral mah sampai 14 karung atau 250 kilogram, kalau sekarang mah 200 atau 175 kilogram," ujarnya.
Meski pasang surut, ia berharap ke depan pembeli bisa merasa puas atas rasa Odading ataupun Cakwe yang dihasilkan.
"Harga tetap dari lima tahun lalu, Cakwe dan Odading harga Rp 1.500," ucap dia.