Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Penyebab ledakan di Monas pada Selasa (3/12) lalu masih belum jelas. Sejauh ini, polisi hanya menyebut ledakan yang melukai 2 prajurit TNI itu berasal dari granat asap.
ADVERTISEMENT
Lalu muncul spekulasi tentang kepemilikan granat. Pasalnya, bisa jadi granat tersebut milik aparat TNI-Polri yang tertinggal. Polri pun mencoba menjelaskan perkara granat asap tersebut.
"Kita memiliki beberapa jenis granat asap tersebut, baik dalam penindakan dalam kejahatan bereskalasi tinggi, kemudian ada kaitannya dengan ketika kita harus memberikan dampak deteren terhadap aksi unjuk rasa," kata Kabagpenum Mabes Polri, Kombespol Asep Adi Saputra, di Divisi Humas Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (4/12).
Asep menjelaskan, eskalasi tinggi yang dimaksud adalah kondisi pembebasan sandera atau penangkapan teroris. Kondisi ini terjadi ketika musuh memiliki kemampuan yang mematikan, maka granat asap diperlukan untuk mengelabui pandangan lawan.
Sementara dalam aksi unjuk rasa, polisi hanya menggunakan gas air mata. Gas air mata tentu berbeda dengan granat asap. Gas air mata ditembakkan dari pelontarnya, bukan berupa granat yang memiliki pin untuk mengaktifkan mesiu.
ADVERTISEMENT
Soal daya ledak, Asep menyebut, pihaknya masih menunggu hasil penyelidikan dari Puslabfor.
"Berbeda sesuai dengan konteksnya kita masih menunggu hasil labfor," kata Asep.
Labfor akan memeriksa partikel sisa atau komponen dari ledakan di Monas tersebut. Dua korban, Serka Fajar dan Praka Gunawan, kini masih dirawat di RSPAD Jakarta Pusat.
Ledakan itu terjadi pada Selasa pagi sekitar pukul 08.00 WIB. Saat itu, TNI memang sedang berolahraga di kawasan Monas.
Isu liar soal granat asap sebagai sisa pengamanan Reuni 212 kian beredar luas. Namun, tudingan itu sudah dibantah pihak Brimob.
“Kita (pengamanan) enggak lagi menggunakan itu (granat asap). Brimob sudah tak menggunakan itu. Itu poin pentingnya,” kata Wadankor Brimob Brigjen Abdul Rakhman.
ADVERTISEMENT
Adapun, terkait status kepemilikan granat, polisi juga menegaskan granat asap tersebut bukan milik Polri.
“Enggak ada, enggak ada punya polisi, siapa bilang punya polisi? Enggak ada,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Yusri juga memastikan dalam pengamanan kegiatan Reuni 212 di Monas pada 2 Desember, anggota Polri tak dilengkapi senjata api. Termasuk granat asap.