Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Perdana Menteri Inggris, Liz Truss , mengundurkan diri pada Kamis (20/10). Dia hanya menjabat selama enam pekan saja. Truss resmi menjalani tugas sebagai Perdana Menteri 6 September 2022 lalu. Truss bekerja hanya selama 45 hari dan menjadikannya PM dengan masa jabatan tersingkat dalam sejarah Inggris.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa faktor menyebabkan Truss menyerahkan jabatannya. Dalam pidatonya Truss mengaku gagal menjalankan mandat yang diberikan oleh Partai Konservatif, krisis yang makin memburuk di bawah pemerintahannya, hingga desakan untuk mengundurkan diri menjadi alasan utama di balik keputusan tersebut.
Mandat yang disinggung Truss pada pidato di depan kediaman resmi PM adalah mengatasi krisis ekonomi dan energi yang terjadi di negara tersebut. Terlebih setelah Rusia dan Ukraina yang berperang.
"Saya mulai menjabat pada saat Inggris dihadapkan dengan ketidakstabilan ekonomi dan situasi internasional yang hebat. Banyak keluarga dan pelaku bisnis khawatir bagaimana membayar tagihan," kata Truss seperti dikutip dari Reuters.
Partai Konservatif memegang kekuasaan di Inggris. Alhasil, pemimpinnya akan secara otomatis menempati jabatan PM Inggris. Partai Konservatif berjanji akan segera mengadakan pemungutan suara untuk memilih pengganti Truss pada 28 Oktober.
ADVERTISEMENT
Teka-teki muncul. Siapa yang akan menggantikan Truss?
Beredar isu eks PM Boris Johnson hendak kembali mencalonkan diri semakin meramaikan panggung politik London.
Situasi ini menciptakan dua kubu yang saling bertentangan. Para pendukung Johnson dari Partai Konservatif mendesak agar eks PM yang mengundurkan diri pada Juli lalu itu kembali, sementara para kritikus memandang hal tersebut sebagai penghinaan bagi rakyat Inggris.
Kepada media lokal Sky News, anggota parlemen Tory Brendan Clarke-Smith mengatakan, perdana menteri berikutnya membutuhkan mandat dari pemilih dan anggota partai. Tory adalah sebutan untuk partai penguasa di Inggris, Partai Konservatif.
“Dia haruslah seseorang yang benar-benar bisa menjadi pemenang,” ujar Clarke-Smith, seperti dikutip dari AFP.
“Boris Johnson adalah orang yang mencentang semua kotak itu,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Sementara, anggota parlemen yang lain Tory, Roger Gale, punya pandangan berbeda. Menurut dia, Johnson belum boleh kembali mencalonkan diri. Sebab, Johnson masih dalam penyelidikan parlemen atas skandal ‘partygate’ yang menjadi salah satu penyebab ia didesak mundur dari jabatannya.
“Sampai penyelidikan itu selesai dan dia dinyatakan bersalah atau dibebaskan, seharusnya tidak ada kemungkinan dia kembali ke pemerintahan,” tegas Gale.
Di sisi lain, muncul nama Rishi Sunak yang digadang-gadang menjadi kandidat terkuat untuk menggantikan Truss. Sunak adalah kandidat paling populer antara anggota parlemen Partai Konservatif saat pergantian Boris. Dia lolos hingga putaran kedua sebelum kalah dalam pemungutan suara yang melibatkan 170.000 anggota partai.
Truss dengan mudah menang melawan Sunak dengan menjanjikan pemangkasan pajak dan kebijakan tanpa membatasi pengeluaran pemerintah. Sunak memperingatkan, rencana untuk mendanai proposal itu dengan pinjaman tambahan akan memukul Inggris.
ADVERTISEMENT
Dia mengatakan, usulan tersebut hanya akan memperburuk inflasi dan kepercayaan pasar di Inggris. Perkataan pria berusia 42 tahun tersebut kini terbukti benar. Sunak pun akhirnya menjadi kandidat awal favorit setelah pengumuman dramatis Truss.
Jajak pendapat dari YouGov pada Selasa (18/10) menemukan, Sunak memiliki peringkat terbaik antara alternatif-alternatif lain untuk Truss. Kendati demikian, dia juga dipandang sebagai sosok yang memecah belah setelah memicu penggulingan Johnson.
Jika terpilih sejarah besar akan tercipta di Inggris. Sunak akan menjadi perdana menteri pertama yang berasal dari etnis minoritas. Sunak merupakan keturunan India.