Temuan PPATK soal Pemain Judol: Marah-marah, Frustrasi, tapi Tetap Deposit

13 Desember 2024 20:47 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kalah judi. Foto: Dani D.G/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kalah judi. Foto: Dani D.G/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Permasalahan judi online (judol) terus menghantui masyarakat Indonesia. Mereka dengan mudah diiming-imingi kemenangan, padahal justru terjebak scam alias penipuan.
ADVERTISEMENT
Deputi Bidang Analisis dan Pemeriksaan PPATK, Danang Tri Hartono, menyebut bahwa pemberantasan judol di Indonesia menjadi tantangan tersendiri lantaran jumlah korbannya yang begitu banyak.
Bahkan, katanya, sekitar 80 persen korban tersebut justru masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Ia mengungkapkan bahwa PPATK sempat merekam data notifikasi dari masyarakat yang bermain judol. Mereka disebut mengumpat dan marah-marah atas kekalahannya, namun tetap melakukan deposit dan berharap meraih kemenangan.
"Jadi, bisa kita lihat dia marah-marah, dia frustrasi, dia istilahnya pengumpat, tapi tetap deposit," ujar Danang dalam diskusi bertajuk 'Korupsi dan Kejahatan Siber: Membedah Skema Penipuan dan Judi Online' yang digelar oleh AJI Indonesia, di Jakarta, Jumat (13/12).
Dalam diskusi itu, Danang menampilkan sejumlah notifikasi dari para pemain judol yang terekam oleh PPATK.
ADVERTISEMENT
Tampak ada yang menuliskan, 'JUDI SESAT' dalam notifikasinya saat melakukan deposit sebesar Rp 100 ribu.
Kemudian, juga ada yang menuliskan, 'KASIH MENANG DONG SAYA YATIM', namun pemain itu tetap melakukan deposit sebesar Rp 58.411.
Lalu, ada juga yang terlihat menuliskan, 'TERAKHIR, KAPOK KALAH TRUS', saat melakukan deposit sebesar Rp 100 ribu.
Bahkan, mirisnya, juga ditemukan pemain yang menuliskan, 'KALO MENANG MAU BELI TAS SEKOLAH', meski dia melakukan deposit sebesar Rp 50 ribu.
"Jadi, kan, ini mengenaskan, ya. Jadi, ada yang notifikasi ini deposit terakhir, habis itu mau bunuh diri, ada gitu, kan?" tutur Danang.
"Dia marah tapi tetap deposit. Jadi, jangan sampai siapa pun terjebak scam, kalau saya tekankan ini scam," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi judi online. Foto: Syawal Darisman/kumparan
Ia pun menekankan bahwa problem tersebut bukan hanya menjadi tugas pemerintah untuk memberantasnya. Melainkan perlunya peran seluruh pihak, termasuk keluarga dan orang terdekat.
"Jadi, harus jadi, sebenarnya ini bukan hanya PR pemerintah. Bukan hanya PR pemerintah, tapi PR seluruh masyarakat," ucap dia.
"Apabila ada yang mengetahui, apabila ada yang saudaranya, keluarganya, itu harus segera dicegah supaya jangan sampai terlalu jauh. Sehingga harapannya tidak ada lagi yang terjebak scam ini," pungkasnya.