Teologi Kesehatan di Balik Ajaran Kristen Advent

25 Desember 2022 12:35 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Arief Timbul Parhusip pernah jadi pemeluk Protestan selama 7 tahun. Namun suatu saat, orang tuanya memutuskan untuk pindah menjadi pemeluk Kristen Advent. Praktis, dirinya yang kala itu masih kecil pun ikut pindah ke ajaran tersebut.
ADVERTISEMENT
Arief sendiri kini merupakan jemaat Gereja Jakarta International Seventh-day Adventist Church (JISDAC). Gereja Advent itu terletak di Jalan M.T. Haryono, Jakarta Pusat.
Pada periode awal sebagai jemaat Gereja Advent, kata Arief, dirinya merasakan unsur kuat yang diajarkan, yakni kesehatan. Unsur tersebut membuat dirinya serta keluarganya menemukan kenyamanan.
"Ada korelasi kebenaran dengan kesehatan yang nyambung. Jadi itu membuat orang tua kami teguh untuk tetap mendidik kami di dalam Kristen Advent," Jelasnya ketika berbincang dengan kumparan, Sabtu (17/12).
Arief Timbul Parhusip, salah satu jemaat Gereja Advent Jakarta. Foto: Aditya Adrian/kumparan
Kristen Advent memang memiliki beberapa ajaran unik yang diterapkan. Salah satunya adalah hukum haram-halal dalam makanan. Hukum tersebut jelas berbeda dengan pakem umum kepercayaan Kristiani. Kristen Advent dalam hal ini justru lebih mirip Islam.
ADVERTISEMENT
Hukum tersebut memang tertulis dalam Kitab Suci Kristiani. Tepatnya pada Perjanjian Lama. Berikut isinya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya makanan, Gereja Advent juga melarang untuk meminum minuman yang mengandung kafein. Ini berarti para jemaat pun tidak meminum kopi serta teh.
Namun di balik itu semua, ada faktor kesehatan yang jadi alasan kuat mengapa Kristen Advent tekun menerapkan hukum haram-halal tersebut. Bahkan bisa disebut ‘mendarahdaging’ di setiap jemaat Advent.

Konstruksi Teologi Kesehatan

Unsur kesehatan dalam Kristen Advent telah terbentuk bahkan sejak awal mula Kristen Advent tercipta. Salah satu penggagas Gereja Advent, Ellen White, rupanya berperan sebagai pelopor nilai kesehatan dalam Gereja Advent.
Berdasarkan jurnal di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ellen mendapat ilham dari Tuhan agar mewartakan pentingnya pola hidup sehat bagi seluruh umat. Ellen dengan gencar mendorong agar seluruh pengikut Kristen Advent kala itu menerapkan kehidupan yang sehat.
Ilustrasi hidup sehat. Foto: Shutter Stock
Hal itu juga didorong dari sebuah fenomena yang terjadi di internal Gereja Advent. Kala itu, para pendeta belum menekankan pentingnya kesehatan, sehingga banyak yang meninggal dunia pada usia yang relatif muda.
ADVERTISEMENT
Konsep yang digagas Ellen di antaranya adalah pembatasan makan di antara jam makan, serta beberapa kali makan dalam sehari. Upaya Ellen dalam konstruksi teologi kesehatan Gereja Advent dilakukan melalui reformasi kesehatan pada 10 September 1871. Dari sanalah nilai itu tumbuh dan terus dipegang teguh oleh jamaatnya hingga saat ini.
Menurut Pastor Yoanes Sinaga, salah satu Pendeta di JISDAC, adanya hukum haram-halal dalam Gereja Advent ialah karena para jemaat dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi kudus.
Pastor Yoanes Sinaga, salah satu pendeta di Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Jakarta. Foto: Aditya Adrian/kumparan
“Kalau saya lihat secara Advent dalam Alkitab, saya menyadari bahwa kita sebagai umat Tuhan itu dipanggil untuk menjadi Kudus. Arti Kudus secara kitabiah adalah disisihkan. Disisihkan dari orang-orang. Sehingga cara kita makan, cara kita minum itu harus berbeda dengan orang-orang lain. Memang kesehatan itu adalah alasan juga mengapa Tuhan memberikan kategori makanan haram dan halal. Tapi tujuan utama Ia memberikan kategori itu karena Tuhan ingin supaya umatnya menjadi orang-orang yang Kudus,” jelasnya ketika berbincang bersama kumparan pada Sabtu (17/12).
ADVERTISEMENT
“Termasuk tidak minum teh, kopi, alkohol. Pokoknya semua yang merusak tubuh. Merokok juga, itu kami tegas tidak anjurkan anggota-anggota kami untuk mengkonsumsi bahan-bahan yang merusak kesehatan. Karena tubuh kita ini bait Allah. Artinya kita perlu menjaga tubuh ini sesehat mungkin,” tegasnya.
Jemaat tengah beribadah di Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Jakarta. Foto: Aditya Adrian/kumparan

Kisah Arief

Di masa awal kepindahannya ke Kristen Advent, Arief mengakui menerima pertentangan dari lingkungan sekitar, terutama keluarga besar. Arief yang besar di keluarga Batak, mengalami gejolak sosial di setiap acara-acara keluarga ataupun arisan. Dalam tradisi Batak, biasanya ada hidangan babi dalam setiap pesta. Arief dan keluarga yang telah memeluk kepercayaan Advent lantas tidak menyantapnya.
“Seperti ketika arisan, ya. Kami tidak lagi memakan babi ya, yang dihidangkan di keluarga Batak. Batak itu kan identik dengan makanan babi ya. Jadi kami sudah harus tidak menyentuh itu lagi. Nah jadi itu menjadi satu cibiran ya dari keluarga dan juga teman-teman dekat dari Bapak Mama. Namun kami memegang teguh keyakinan yang baru bahwa memang adalah perintah Tuhan untuk tidak lagi menyentuh makanan-makanan yang haram itu,” cerita Arief mengenang masa kecilnya.
com-Ilustrasi makan bersama Foto: Shutterstock
Arief beserta keluarga tetap memegang teguh ajaran tersebut hingga kini. Dirinya mengatakan, tak hanya itu perintah Tuhan, melainkan itu juga baik untuk kesehatan.
ADVERTISEMENT
“Prinsipnya bahwa Advent itu mengedepankan kesehatan. Itu benar. Misalnya kopi ya. Kenapa kita nggak minum kopi, karena di sana penuh dengan kafein. Sebenarnya kopi sedikit-sedikit, secara kesehatan ya, itu kan dinyatakan boleh-boleh saja. Namun kita mengikuti kepada keyakinan agama kita, bahwa ada reformasi kesehatan yang digaungkan oleh pendiri-pendiri Advent dulu gitu,” jelas Arief.

Dorongan Gereja

Kesehatan memang menjadi poin penting dalam ajaran Gereja Advent. Hal ini terlihat saat kami ikut bersantap siang di hari Sabtu (17/12) bersama jemaat Advent lainnya.
Santap siang mengusung konsep Potluck. Yang berarti beberapa jemaat membawa makanan untuk dibagikan dan disantap bersama-sama. Terlihat seluruh makanan yang dibawa merupakan makanan vegetarian. Makanan yang berasal dari tumbuhan. Tak ada daging.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut pun juga didukung dari sudut pandang sains. Sebuah penelitian di University of Southern California menemukan bahwa orang dengan pola makan kaya protein hewani, empat kali berpeluang meninggal akibat kanker dibandingkan dengan mereka yang makan daging dalam jumlah sedikit atau sedang.
Potluck makan siang di Gereja, makanan yang disajikan ialah makanan vegetarian. Foto: Aditya Adrian/kumparan
Berdasarkan laporan dari Academy of Nutrition and Dietetics, konsep diet vegetarian juga berkaitan dengan penurunan risiko penyakit jantung iskemik. Yakni, penyakit yang terjadi karena ada penyempitan pembuluh darah arteri jantung.
Itulah unsur penting dalam Gereja Advent. Mendorong agar jemaat menerapkan pola hidup yang sehat. Ini sesuai dengan perkataan Pastor Leroy Pakpahan, Pendeta Pimpinan di JISDAC. Dirinya mengatakan kesehatan merupakan nilai utama yang ditonjolkan dalam ajaran Gereja Advent.
“Kita rindu untuk sampaikan bahwa kita perlu serius dalam kesehatan. karena kesehatan itu ternyata kalau dipandang secara rohani, itu lebih kuat artinya. jadi kesehatan itu bukan hanya soal 'Oke saya mau hidup panjang'. Bukan. Tapi saya mau hidup sehat supaya jadi contoh, saya jadi teladan. 'Ini loh'. Jadi rupanya orang yang beragama itu, itu lebih sehat begitu, karena identik dengan yang namanya bersih," jelas Pastor Leroy.
ADVERTISEMENT