Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Bau pesing menyeruak di sudut-sudut Teras Cihampelas. Coretan pilox terpampang di setiap dinding skywalk beralas beton sepanjang 450 meter itu.
ADVERTISEMENT
Debu berterbangan, daun-daun berguguran memenuhi lantai teras kios-kios pedagang yang tak lagi 'bernyawa'.
Kondisi bangunan di atas Jalan Cihampelas, Bandung, itu kini berbanding terbalik dengan kondisi saat awal dibangun pada Januari 2017 silam.
Dulu, Teras Cihampelas dengan konsep skywalknya menawarkan pengalaman berbeda, pengunjung bisa berjalan-jalan dan berbelanja di ketinggian, menikmati pemandangan jalanan dari atas sambil menikmati segarnya udara Bandung.
Namun kini, sepanjang mata memandang hanya ada kios-kios kosong yang kotor tak terawat.
Supandi, salah satu pedagang yang masih bertahan bercerita. Katanya, Teras Cihampelas dulu begitu populer. Orang-orang harus mengantre untuk bisa naik ke atasnya.
“Dulu orang mau naik turun tangga saja ngantre," katanya saat ditemui di kiosnya, Rabu (23/10).
Pria 61 tahun itu berkisah, sepinya Teras Cihampelas bermula saat pandemi Covid-19 melanda. Ketika itu aktivitas masyarakat dibatasi dan pengunjung yang naik ke skywalk itu semakin sedikit.
ADVERTISEMENT
Pengunjung terus berkurang, para pedagang tak lagi cuan. Berbagai cara mereka lakukan agar bisa membuat dapur tetap ngebul.
Akhirnya satu persatu pedagang meninggalkan kios-kios di Teras Cihampelas. Mereka memilih berjualan di bagian bawah.
"Namanya orang hidup kan punya keluarga, punya tanggung jawab buat makanlah, buat istrinya. Nah, jadi jualannya di bawah,” katanya.
Kondisi itu pun berlanjut sampai sekarang. Dari 192 kios yang tersedia kini hanya ada 10 kios yang dihuni pedagang. Sisanya ditinggalkan.
Dinas UMKM, katanya, kerap kali mengajak para pedagang untuk pindah berjualan ke teras, namun ajakan itu tak berhasil lantaran semenjak Covid-19, tak banyak pengunjung datang ke sana.
Sepinya pengunjung membuat pendapatan pria asal Tuban itu menurun drastis.
ADVERTISEMENT
“Dulu sehari minimal tiga juta. Sekarang mau dapet seratus ribu aja juga engap-engapan,” katanya.
Saat ini, dia hanya mengandalkan pembeli yang memang bekerja di Ciwalk, Cihampelas. Mereka kerap datang di jam istirahat. Sisanya, “Untung-untungan,” saja kata dia.
Ternyata perkara dagangan sepi tidak hanya dialami mereka yang berjualan di skywalk Cihampelas. Pedagang yang meninggalkan kiosnya dan pindah ke emper jalan di bawah juga, mengungkapkan hal serupa. Misalnya Alit Wahyu (66), yang menjual lukisan.
Dia sadar betul menjual lukisan berbeda dengan makanan. Tapi, soal urusan sepi sama saja. Yang bisa dia lakukan sekarang, hanya menekuni bisnisnya saja.
“Tapi ditekuni saja. Saya di rumah kan ada keluarga, punya anak. Di sini mah, kalau ada jodohnya mungkin ada yang beli, kalau enggak ada jodohnya, yah enggak apa-apa. Pokoknya manusia mah berikhtiarlah. Hasilnya allah yang tentukan soal rizki,” ucap pria yang menjual lukisan sejak tahun 1975 itu.
ADVERTISEMENT
Para pedagang di Teras Cihampelas atau pun di bawahnya terus berharap kondisi ini berubah. Mereka berharap pemerintah bisa melakukan sesuatu agar para pengunjung Teras Cihampelas kembali ramai seperti dulu, agar nasib skywalk ini tak lagi sepi dan sendu.