Tifatul Sembiring Terus Mempersoalkan Kunjungan Gus Yahya ke Israel

17 Juni 2018 10:55 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tifatul Sembiring (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tifatul Sembiring (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Serangan bertubi-tubi dari elite PKS kepada KH Yahya Staquf atau Gus Yahya tak kunjung berhenti. Baik melalui pernyataan di media massa dan media sosial, petinggi PKS bergantian mengkritik kunjungan Gus Yahya ke Israel.
ADVERTISEMENT
Yang terbaru, anggota Majelis Syuro PKS Tifatul Sembiring mempertanyakan pertemuan Gus Yahya dengan PM Israel, Benjamin Netanyahu. Tak hanya itu, Tifatul heran mengapa Gus Yahya masih bersikukuh padahal Indonesia tak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
"Waktu ketemu Netanyahu sempet tanya enggak, mengapa Israel membantai 60 penduduk Gaza pas 2 hari sebelum puasa," tulis Tifatul di akun Twitternya, Minggu (17/6).
Menurut Tifatul sebagai bangsa penjajah, tindakan Israel yang mengoyak-ngoyak Palestina tidak bisa dibenarkan. Karena itu, Indonesia harus bisa memberikan empati dan dukungan kepada Palestina bukan sebaliknya malah bermesraan dengan pemimpin Israel.
Sebelumnya, Anggota Fraksi PKS DPR RI, Nasir Djamil menyarankan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menonaktifkan KH Yahya Staquf atau Gus Yahya dari jabatannya sebagai anggota Wantimpres.
ADVERTISEMENT
Dengan penonaktifan tersebut, diharapkan bisa meredakan publik yang terlanjur marah atas sikap Gus Yahya memenuhi undangan American Jewish Commite (AJC) ke Israel. Penonaktifan itu juga bisa menjadi pembelajaran bagi siapa pun untuk lebih berhati-hati dalam bertindak, terlebih lagi menyangkut kebijakan politik luar negeri.
Sementara itu, Gus Yahya menjelaskan kedatangannya itu adalah sebuah upaya untuk menciptakan perdamaian di bumi Palestina dan Israel. Oleh karena itu, dia tak menyia-nyiakan kesempatan langka saat ada orang Yahudi yang mengundangnya untuk berbicara.
"Saya datang ke Yerusalem dengan perhatian yang sangat dalam. Karena saya takut dan khawatir nanti ke depan, semua usaha untuk perdamaian terhenti, bahkan harapan untuk perdamaian telah sirna," kata Gus Yahya.
ADVERTISEMENT