Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Pandemi virus corona saat ini masih menjangkit di berbagai negara. Kebutuhan akan berita, video hingga foto sangat lah dinanti masyarakat yang membutuhkan informasi terkait COVID-19 .
ADVERTISEMENT
Selain tim medis wartawan juga salah satu yang berisiko tinggi dalam menghadapi pandemi. kumparan menjadi salah satu media yang menurunkan wartawan dan fotografer ke (RSPI) Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Sarososaat virus corona mulai menjangkit di Indonesia.
Saat itu pewarta foto di kumparan di bekali dengan masker, handsanitaizer serta tisu alkohol untuk membersihkan alat liputan. Namun, akibat virus corona yang terus melonjak dan mematuhi peraturan pemerintah terhitung sejak 16 Maret kumparan memberlakukan Work From Home (WFH) bagi seluruh karyawannya.
Pewarta foto tak jarang harus berhadapan langsung dengan lokasi, tim medis atau bahkan pasien hingga jenazah pasien corona .
Penasaran dengan cara kerja pewarta foto di masa pandemi ini? Berikut adalah beberapa tips yang digunakan oleh pewarta saat liputan untuk mengantisipasi terpapar virus corona .
Setiap media mengeluarkan protokol kesehatan agar tetap bisa mengabarkan informasi tanpa terjangkit virus corona. Khusus pewarta foto, sangat diwajibkan menggunakan masker, kaca mata, sarung tangan dan menggunakan lensa tele untuk menjaga jarak saat di lapangan.
Bahkan di masa pandemi ini pewarta dianjurkan membawa makanan dan minuman dari rumah agar terjamin kebersihannya.
ADVERTISEMENT
Pada beberapa kesempatan bahkan pewarta foto diwajibkan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti yang dilakukan salah satu fotografer Agence France-Presse (AFP) di Indonesia, Adek Berry, saat melakukan peliputan pemakaman pasien virus corona di Jakarta . Ia bersama rekannya menggunakan APD, kaca mata, masker dan sarung tangan.
Selama pandemi ini banyak hal baru yang ditemui Adek, kini dia tidak bisa bebas melakukan peliputan seperti dulu. Ia harus mengajukan perencanaan liputan dari jauh-jauh hari, ia juga wajib melapor ke kantor, ke mana saja tujuannya dan apa yang akan difoto dan seberapa besar risikonya.
ADVERTISEMENT
Selama pandemi pun ia tak bisa lagi hanya datang dengan menggunakan kartu pers. Saat diwawancarai kumparan Adek mengatakan selalu dibekali surat tugas untuk peliputan selama pandemi tak hanya rumah sakit, pemakaman bahkan saat dia ingin memotret kegiatan di masjid dia pun ditanya surat penugasan oleh pengurus masjid tersebut.
Fotografer yang sering memotret di daerah konflik dan bencana tersebut juga membagikan ceritanya. Selama Wabah COVID-19 ini memotret rumah sakit menjadi tantangan terberatnya.
ADVERTISEMENT
"Rumah sakit COVID-19 paling berbahaya, saat aku kesana ini kan sudah pasti sumber virus, dari situ aku juga belajar penggunaan APD, namun risikonya saat mengganti pakaian jadi sebelum masuk rumah sakit kita disemprot disinfektan dan saat melepas bagian APD yang kita gunakan kita wajib diselingi dengan cuci tangan." Ujar Adek.
Adek juga memaparkan usai melepas APD setiap wartawan wajib mandi, menariknya, untuk menuju ke kamar mandi rumah sakit sudah menyediakan jalur khusus. Pakaian ganti pun sudah disediakan karena pakaian yang sudah digunakan tidak boleh lagi digunakan.
Selama COVID-19 ini mewabah Adek selalu membungkus kamera dan lensanya. Setelah digunakan ia langsung membersihkan seluruh peralatannya dengan tisu alkohol.
Adek juga berpesan selama liputan tetap harus patuhi protokol kesehatan dan jangan menyentuh apa pun saat liputan serta tetap menjaga jarak demi terhindar dari virus corona.
ADVERTISEMENT
Satu hal yang sangat penting adalah rajin mencuci tangan setelah melakukan liputan. Selain itu mensterilkan alat-alat liputan setelah digunakan menjadi salah satu hal penting dalam memerangi penyebaran virus corona.
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona .