Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dalam sidang di Washington DC, Rabu (5/2) waktu setempat, Senat AS menyatakan Trump tidak bersalah atas dua pasal pemakzulan yang diserahkan DPR. Pada voting yang didukung seluruh anggota dewan Partai Republik, Trump bebas dari pemakzulan.
Trump menyatakan akan mengeluarkan pernyataan publik untuk mengumumkan "kemenangan atas hoaks pemakzulan!". Dia juga semakin percaya diri bisa kembali memenangkan pemilu AS 2020. Hal ini ditunjukkannya melalui postingan di Twitter.
Trump melampirkan video sampul majalan TIME yang menyatakan Trump akan menjadi presiden selamanya, melalui slogan "Trump 4EVA". Sebenarnya sampul TIME edisi Oktober 2018 itu adalah satire untuk Trump.
Kepercayaan diri Trump kembali jadi presiden AS juga ditunjukkan dalam pernyataan pertama Gedung Putih usai sidang Senat:
ADVERTISEMENT
"Presiden dengan senang hati melupakan babak terakhir tindakan memalukan Demokrat ini, dan akan melanjutkan pekerjaannya demi rakyat Amerika pada 2020 dan seterusnya".
Yang paling mangkel kali ini tentu saja adalah Ketua DPR Nancy Pelosi. Pemimpin Partai Demokrat ini adalah pendorong sidang pemakzulan Trump sejak tahun lalu. Permusuhan keduanya juga semakin terang-terangan.
Dalam pidato kenegaraan di Kongres pada Selasa lalu, Trump menolak menjabat tangan Pelosi. Dan Pelosi membalasnya dengan merobek lembaran-lembaran naskah pidato presiden, sesaat setelah Trump berpidato dan masih berdiri di atas mimbar.
ADVERTISEMENT
Pelosi marah atas keputusan Senat, dia mengatakan para politisi Republik telah membiarkan ketidakadilan. Lebih lanjut Pelosi mengatakan bahwa Donald Trump tetap menjadi ancaman bagi demokrasi Amerika.
"Hari ini, Presiden dan para Republikan di Senat telah membiasakan pelanggaran hukum dan menolak sistem pengawasan dan keseimbangan Konstitusi kita," kata Pelosi dalam pernyataannya tidak lama setelah sidang Senat, seperti dikutip Reuters.
"Presiden masih menjadi ancaman bagi demokrasi Amerika, dengan sikapnya yang merasa di atas hukum dan dia bisa mengorupsi pemilu jika dia mau," lanjut Pelosi.