Tulisannya Diplagiat Afi, Mita Tidak Ambil Pusing

3 Juni 2017 15:12 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi dan Afi Nihaya (Foto: Agus Suparto/Fotografer Kepresidenan)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi dan Afi Nihaya (Foto: Agus Suparto/Fotografer Kepresidenan)
Afi Nihaya yang begitu ‘idealis’ diterpa isu plagiarisme. Menurut isu yang beredar, tulisan yang ia buat berjudul ‘Belas Kasih dalam Agama Kita’ adalah hasil ‘mencontek’ nukilan Mita Handayani dengan tajuk 'Agama Kasih' yang dibuat pada tahun 2016 lalu.
ADVERTISEMENT
Dengan tegas Afi menjawab, “tidak,” saat ditanya terkait kebenaran isu plagiarisme yang ia lakukan. Mita pun mencoba melakukan klarifikasi melalui akun Facebook pribadinya yang bernama Mita Handayani terkait isu tersebut. Namun sayang, akunnya malah dibekukan oleh Facebook.
“Iya sayang sekali masih nonaktif, belum tau cara memulihkannya,” ungkap Mita saat dihubungi kumparan kemarin (2/6).
Mita sempat mengunggah pesan berisi klarifikasi terkait isu plagiarisme Afi tersebut. Berikut isi klarifikasi Mita Handayani di akun Facebook miliknya yang diunggah pada Kamis (1/6).
Jadi gini..
Betul. Aku pernah menulis sebuah catatan ringan pada Ramadan tahun lalu yang berjudul "Agama Kasih", yang screenshot-nya beredar saat ini. Tulisan itu masih serangkai dengan "Lampu Sang Khalifah" yang juga tayang di tanggal yang sama. Keduanya aku tulis untuk meramaikan momen Ramadan saat itu, dan sebenarnya justru lebih ditujukan kepada segmen pembaca anti Islam agar bisa mengapresiasi sisi lain Islam yang mungkin jarang mereka dengar. Bahwa Islam tidak monolitik, bahwa Islam juga terdiri dari kutub-kutub tafsir yang saling berkompetisi. Dan bahwa sebagian kutub itu juga menyajikan wajah Islam yang sejuk.
ADVERTISEMENT
Sejak dulu, tulisanku sudah biasa disalin, diproduksi ulang, dan disebar orang lain di grup dan tempat-tempat yang kadang aku sendiri tidak tahu. Aku tidak pernah ambil pusing soal itu. Menulis bagiku adalah soal lain. Meminjam istilah Pram: bekerja untuk keabadian. Dan dalam konteks ini, bukan nama yang ingin kuabadikan.
Aku tidak pernah mengenal dan berkomunikasi dengan Afi Nihaya Faradisa sebelum ramai-ramai ini. Kalau Afi merasa terinspirasi oleh salah satu tulisanku, aku ikut merasa senang. Afi anak yang cerdas, dan aku sudah sering melihat tulisannya bertebaran juga sebelum ini. Kalau ada kesalahan fatal yang Afi lakukan, itu adalah karena belakangan ini dia mulai berani menyentuh isu agama, sehingga mengundang gelombang pembenci baru yang siap mencari-cari dan menguliti semua kesalahannya yang lain.
ADVERTISEMENT
Terkait tulisan yang ramai diperbincangkan, yang bisa kukatakan adalah, tulisan itu mungkin berangkat dari keprihatinan Afi terkait aksi Bom Kampung Melayu sebelumnya.
Tulisan itu ditayangkan Afi dalam niat untuk membela nama agamanya dari tuduhan terorisme dan kebencian. Dia merasa perlu segera menanggapi, dan mungkin berpikir bahwa tulisan itu adalah respons yang tepat.
Aku pernah salah. Kamu pernah salah. Kita semua pernah salah. Jika usaha Afi kali ini dianggap kesalahan, aku mohon dimaafkan. Mungkin kita yang terlalu membebaninya, sehingga Afi merasa memiliki tugas moral untuk terus menginspirasi pembacanya, terutama di waktu-waktu genting ketika justru yang lebih tua tak bisa diandalkan untuk menyejukkan keadaan. Afi merasa harus berbuat sesuatu, dan jika itu salah, mohon dimaafkan.
ADVERTISEMENT
Aku pernah salah. Kamu pernah salah. Kita semua pernah salah. Tak apa-apa, sayang.. matahari masih terbit esok hari. Kamu akan terbang lebih tinggi lagi, dengan sayap yang lebih kuat lagi, dan pengalaman hidup yang lebih kaya lagi dari kebanyakan manusia.
PS: Oh iya, soal referensi lalat yang dipermasalahkan. Betul itu salah referensi, thanks ya koreksinya. Yang betul adalah dari Kitab Fayd Al-Qadir karya Imam Al-Munawi.
Mita sebetulnya menyesalkan isu ini begitu cepat tersebar, lalu direspons oleh netizen dengan opini yang menyudutkan salah satu pihak.
Afi Nihaya di Kampus UGM. (Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah)
zoom-in-whitePerbesar
Afi Nihaya di Kampus UGM. (Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah)
“Sejak awal sebetulnya aku nggak mau ini sampai tersebar, cukup selesai antara aku dan Afi. Dan memang sudah selesai lewat komunikasi pribadi tanggal 28 kalau ga salah. Tapi ada pihak lain yang menemukan, kemudian menyebarkan. Sampai ramai, jadi isu aneh-aneh, dan terpaksa aku bikin klarifikasi,” jawab Mita.
ADVERTISEMENT
Masalah keduanya pun sesungguhnya sudah diselesaikan secara pribadi. Mita mengaku tidak ingin mempermasalahkan isu tersebut lebih lanjut.
“Tapi seriously, aku pribadi ga masalah sama sekali,” ungkap Mita.
Akun Facebook pribadi Mita masih belum bisa diakses hingga saat ini, seiring isu plagiarisme yang semakin disulut. Afi pun nampak semakin direpotkan dengan celaan ‘plagiat’.
Kalau Mita saja tidak ingin permasalahkan lebih lanjut, kenapa netizen budiman ikut repot?