Ulah Kejam Tentara Israel di Gaza: Cabut Alat Bantu Pernapasan Bayi di ICU RSI

26 Oktober 2024 15:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Konflik Hamas-Israel sudah berlalu lebih dari setahun. Berbagai tragedi memilukan akibat ulah Israel masih terus berlangsung hingga hari ini.
ADVERTISEMENT
Ketua Dewan Pembina Mer-C, dr. Sarbini Abdul Murad, bercerita mengenai bayi baru lahir yang menjadi korban kebiadaban Israel.
Mer-C adalah lembaga yang menginisiasi berdirinya Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza.
Sarbini mengungkap fakta mengerikan di mana tentara Israel pernah mencabut alat bantu pernapasan para bayi yang tengah dirawat di ruang ICU RSI.
“Bayangkan ya, anak kecil yang segini panjangnya (bayi), itu di ICU ditarik itu oksigennya. Logika kita, itu anak bayi lho. Bayi berapa hari baru lahir. Sampai salah satu presenter TV enggak bisa baca (berita) lagi. Nangis dia tuh,” kata Sarbini dalam diskusi eksklusif DipTalk bersama kumparan.
Ia menyoroti bahwa serangan Israel tidak hanya menargetkan kelompok militan, tapi juga wanita hamil dan bayi tak berdosa.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, tindakan Israel yang menyerang warga sipil tanpa pandang bulu ini sudah mencapai tahap genosida.
Ilustrasi bayi di Rumah Sakit Indonesia Gaza. Foto: Amr Abdallah Dalsh/Reuters.
"Oke, lu tembak orang-orang yang terlibat perang, itu risiko perang. Saya ngomong sama si diplomat Amerika. Kalau mati itu Hamas, mati itu jihad Islam, itu risiko perang. Tapi kalau ada bayi tiga hari, empat hari, ibu hamil, apa dosa mereka? Apa kalian enggak pakai ini (otak) sama ini (hati) untuk melihat?" keluh Sarbini.
Menurutnya, di era digital seperti saat ini, masyarakat dapat mempublikasikan dan menerima informasi dengan cepat, sehingga, kebrutalan Israel di Gaza sudah tak bisa ditutup-tutupi lagi.
"Kalau dulu medsos enggak ada, oke lah, bisa dikarang-karang. Sekarang terbuka semua," tegas Sarbini.
“Ini jelas genosida. Dunia menyaksikan, mengutuk. Tapi apa bisa dilakukan,” tambahnya.
Seorang warga memegang jenazah anak Palestina yang tewas dalam serangan Israel, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas di rumah sakit Abu Yousef al-Najjar di Rafah, di Jalur Gaza Selatan (6/5/2024). Foto: Mohammed Salem / REUTERS
Konflik berkepanjangan antara Israel dan Hamas di Gaza terus memakan korban, termasuk warga sipil yang tak bersalah.
ADVERTISEMENT
Hingga 4 Oktober 2024, lebih dari 51 ribu warga Palestina dilaporkan tewas akibat serangan langsung. Dari jumlah tersebut, 41 ribu korban telah diidentifikasi oleh Kementerian Kesehatan Gaza.
Kantor hak asasi manusia PBB mengatakan sebagian besar korban tewas adalah wanita dan anak-anak.
Peralatan medis berserakan di luar Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza utara. Foto: Mohammad AHMAD / AFP
Sistem kesehatan di Gaza runtuh total akibat perang. Dikutip dari situs resmi WHO, hingga 30 September 2024, sebanyak 986 tenaga kesehatan tewas akibat serangan.
Dari 36 rumah sakit di Gaza, hanya 13-17 RS yang masih berfungsi sebagian. Tidak ada satu pun rumah sakit yang berfungsi penuh.
Kasus penyakit menular juga melonjak tajam.
Terdapat 995 ribu kasus infeksi saluran pernapasan akut dan 577 ribu kasus diare akut dilaporkan hingga Agustus 2024.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, lebih dari 350 ribu pasien dengan kondisi kronis seperti diabetes dan kanker tidak memiliki akses ke pengobatan.
Sebanyak 70-80 persen pasien yang dirawat di rumah sakit mengalami kehilangan anggota tubuh atau cedera tulang belakang.