Usai Bertemu Xi Jinping, Presiden Brasil Minta Barat Setop Dukung Perang Ukraina

15 April 2023 14:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva saat pertemuan dengan anggota parlemen di Istana Planalto di Brasilia pada Rabu (11/1/2023). Foto: Evaristo SA / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva saat pertemuan dengan anggota parlemen di Istana Planalto di Brasilia pada Rabu (11/1/2023). Foto: Evaristo SA / AFP
ADVERTISEMENT
Brasil menyerukan Barat agar berhenti mendukung perang di Ukraina. Yang dianggap perlu dilakukan menurut Brasil adalah mendorong Ukraina dan Rusia untuk berdialog soal perdamaian.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari AFP, seruan tersebut disampaikan oleh Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva, kepada wartawan usai menghadiri pertemuan bilateral dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing, pada Sabtu (15/4).
Selain menyentil AS selaku pemasok senjata utama ke Ukraina, Lula juga menyinggung blok Barat khususnya Uni Eropa yang dinilai hanya berfokus pada pemberian sanksi tetapi tidak mendukung implementasi dialog perdamaian itu sendiri.
“Dengan cara itu, komunitas internasional akan dapat meyakinkan Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Ukraina Volodymyr Zelensky bahwa perdamaian adalah kepentingan seluruh dunia,” sambung dia.
Tidak seperti sebagian besar negara Barat, baik China maupun Brasil sampai sekarang tidak menjatuhkan sanksi terhadap Rusia atas agresinya di Ukraina atau ikut memasok persenjataan.
ADVERTISEMENT
Kedua negara mitra ini justru berusaha memposisikan diri mereka sebagai penengah, untuk mencapai perdamaian.
Warga sipil yang sukarela bergabung dengan Pasukan Pertahanan Teritorial berlatih senjata, di Odessa, Ukraina, Jumat (11/3). Foto: Alexandros Avramidis/Reuters
Menurut Lula, bantuan pasokan persenjataan Barat ke Ukraina harus dihentikan agar negosiasi damai kemudian bisa terwujud — meskipun Putin dan Zelensky menuding satu sama lain sebagai pihak yang terus menginginkan perang.
“Penting untuk memiliki kesabaran untuk berbicara dengan Putin dan Zelensky,” ungkap Lula.
Namun, sambung dia, di atas semua itu penting untuk meyakinkan negara-negara pemasok persenjataan ke Ukraina — yang tak lain mendukung perang, untuk berhenti.
Sementara di sisi lain, Barat beranggapan pasokan persenjataan tersebut dibutuhkan bagi pasukan Kiev untuk bisa mempertahankan diri dari serangan Moskow.
Adapun kunjungan kenegaraan Lula ke China selaku mitra dagang utama Brasil ini ditujukan untuk memperkuat hubungan antara kedua negara. Pada saat bersamaan, Lula juga ingin menunjukkan kepada dunia bahwa ‘Brasil telah kembali’ sebagai pemain kunci di panggung internasional.
ADVERTISEMENT
Melalui lawatannya ini, Lula melakukan tindakan penyeimbang yang rumit, lantaran dia juga mencari hubungan yang lebih dekat dengan Washington.
Kunjungan yang mencakup agenda ekonomi di Shanghai dan agenda yang lebih politis di Beijing itu dilakukan usai pertemuannya dengan Presiden AS Joe Biden pada Februari 2023 lalu.
Sebelum bertolak ke China, Lula sempat mengusulkan untuk membentuk sebuah kelompok negara khusus sebagai penengah dalam konflik Rusia-Ukraina. Dia mengungkapkan bahwa akan membahas hal itu dengan Xi di Beijing.
Namun, ketika ditanya wartawan baru-baru ini terkait inisiatif pembentukan kelompok khusus tersebut usai pertemuannya dengan Xi, Lula tidak memberikan rincian lebih lanjut.