Usai Debat Cawapres, Mahfud Berkisah soal Bajunya: Kapas dari Petani di Tuban

21 Januari 2024 23:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ganjar-Mahfud usai Debat Keempat Pilpres 2024 di Jakarta, Minggu (21/1/2024). Foto: Indrianto Eko Suwarso/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Ganjar-Mahfud usai Debat Keempat Pilpres 2024 di Jakarta, Minggu (21/1/2024). Foto: Indrianto Eko Suwarso/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Usai debat cawapres berlangsung, cawapres 03 Mahfud MD mengganti bajunya menjadi baju berwarna krem. Dia pun, bersama capres 03 Ganjar Pranowo, menjelaskan bajunya ke wartawan.
ADVERTISEMENT
"Baju yang saya pakai bersama dengan Pak Ganjar ini merupakan aksi nyata dan balutan harapan perempuan indonesia untuk merawat Ibu Pertiwi kita yang sakit," kata Mahfud, Minggu malam (21/1).
"Izinkan saya bercerita tentang perjalanan baju ini. Baju ini terbuat dari kapas yang mudah terurai secara alami, kapas ini ditanam oleh petani perempuan di Tuban, Jatim, dengan teknik tumpang sari tanpa menggunakan bahan kimia," ujar Mahfud.
Mahfud melanjutkan, "Kapas diproduksi menjadi benang dan ditenun secara manual menjadi sehelai alam, pewarnaan menggunakan pewarna alami dari tanaman bukan kimia, sehingga menghindari penggunaan 2,5 juta liter bahan kimia."
"Sementara kancingnya diproduksi di Makassar. Kain dijahit oleh ibu-ibu di Desa Badung, Bali, menggambarkan semangat dan kerja keras mereka untuk memberikan penghidupan yang lebih baik bagi keluarganya di masa depan, di mana 100 persen dari mereka menerima upah yang layak," kata Mahfud.
Ganjar-Mahfud usai Debat Keempat Pilpres 2024 di Jakarta, Minggu (21/1/2024). Foto: Indrianto Eko Suwarso/ANTARA FOTO
Mahfud lalu menjelaskan soal perlu waktu 180 hari 6 bulan untuk kapas tumbuh. Lalu kapas dipintal, ditenun, hingga dijahit menjadi baju. "Proses ini telah menebarkan dampak positif untuk 150-an kehidupan, terdiri dari petani hingga penjahit juga berhasil mencegah produksi 80 ton CO2 dan menggerasi 30 hektare lahan melalui daur ulang sampah, dan mengubah tanah kering menjadi agroforestri," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Sebelumnya para ibu pengrajin terdampak bahan kimia yang bahaya bagi kesehatan dan mencemari sumber air dan juga tidak mendapatkan kehidupan yang layak, pengembangan penanaman kapas asli Indonesia juga jadi inspirasi di mana sekarang lebih dari 90% kita mengimpor kapas, padahal di tahun 1940-1950 indonesia adalah salah satu produsen kapas global terbesar," kata Mahfud.
"Akhirnya, saudara, karena ini topiknya topik tentang lingkungan dan kelestarian alam, apa pesannya? Kisah yang saya sampaikan tadi membuktikan bahwa kita bisa membangun Indonesia unggul yang adil dan lestari untuk seluruh rakyat. Kita bisa hidup layak dan berkembang di rumah kita sendiri dengan menjaga kearifan lokal dan keberagaman. Pembangunan ke depan harus melihat bukan hanya aspek ekonomi, tapi juga lingkungan, dan sosial untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat," kata Mahfud.
ADVERTISEMENT