Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Utang Sukarno yang Tak Pernah Terbayar ke Inggit Garnasih Sesuai Surat Cerai
26 September 2020 8:56 WIB
ADVERTISEMENT
Dokumen surat perceraian antara Inggit Garnasih dan Sukarno hendak dijual Rp 25 miliar oleh Tito Asmarahadi yang merupakan cucu angkat Inggit.
ADVERTISEMENT
Menariknya dalam surat cerai itu, ada sejumlah poin berisikan perjanjian dari Sukarno kepada Inggit. Dokumen itu kemudian ditandatangani sejumlah tokoh negara pada masa itu seperti KH. Mas Mansoer hingga Ki Hadjar Dewantara.
Dalam surat cerai itu, Sukarno disebut memiliki utang sebesar f6280 atau Rp 6.280 yang dicicil selama 10 tahun dan uang bulanan senilai f75 atau Rp 75. Selain itu, Sukarno juga berjanji akan membelikan rumah untuk Inggit melalui tiga orang saksi.
Janji utang serta membelikan rumah itu, menurut Guru Besar Ilmu Sejarah Unpad Nina Herlina Lubis, memang benar adanya.
Berikut isinya:
2.Fihak pertama mengakoe berhoetang kepada fihak kedoea djoemlahnja f6280,- (enam riboe doea ratoes delapan poeloeh roepiah) dan akan membajarnja:
ADVERTISEMENT
a. kontan f2000,- (doea riboe roepiah),
b. sisanja f4280,- (empat riboe doe ratoes delapan peoloeh roepiah) diangsoer membajarnja f 50,- (lima poleoeh roepiah) seboelan selama sepoeloeh tahun.
Sejarah Surat Perjanjian Cerai
Nina menceritakan setelah Sukarno memutuskan untuk menikah dengan Fatmawati, Inggit kembali ke Kota Bandung diantar oleh KH. Mas Mansoer dan Sukarno. Sebagai bekal, pada tanggal 29 Januari 1943 dibuatlah surat perjanjian itu.
Di Bandung, Inggit kembali ke rumah kerabatnya yang terletak di Jalan Lengkong Besar. Di sana, lanjut Nina, sudah menunggu mantan suami Inggit yakni H. Sanoesi. Sukarno kemudian menyerahkan kembali Inggit pada H. Sanoesi.
Singkat cerita, Inggit kemudian tinggal bersama anak angkatnya yakni Kartika di Jalan Lengkong Tengah. Dia memenuhi kehidupan sehari-harinya dengan menjual bedak dingin, lulur, hingga jamu. Selain Kartika, diketahui Inggit pun memiliki anak angkat yakni Ratna Juami.
ADVERTISEMENT
Proklamasi kemerdekaan hingga Agresi Militer tahun 1947 pun meletus. Inggit sempat mengungsi ke Garut lalu kembali ke Bandung pada 1949. Setiba di Bandung, dia mendapati rumahnya sudah diisi orang lain. Menurut sebuah sumber, Ratna lalu menghubungi Sukarno agar memberi Inggit rumah sebagaimana janjinya dalam surat perceraian.
"Menurut salah satu sumber, tahun 1950 Asmarahadi dan Ratna Djoeami diam-diam menghubungi Presiden Sukarno agar Inggit bisa mendapatkan rumah sesuai janjinya dulu," kata dia.
"Inggit tidak tahu urusan ini dan memang tak mengharapkan apa-apa dari Sukarno. Presiden Sukarno menyuruh asisten pribadinya, Winoto Danu Asmoro, untuk mencarikan rumah bagi Inggit," lanjut dia.
Inggit akhirnya menempati sebuah rumah panggung yang terletak di Jalan Ciateul. Rumah tersebut pernah ditinggali oleh Inggit dan Sukarno sebelum menjalani pembuangan di Flores. Akan tetapi, sumber lain menyebut bahwa rumah itu justru diusahakan Asmarahadi dibantu rekan-rekannya.
ADVERTISEMENT
"Tapi menurut sumber lain, rumah itu diusahakan oleh Asmarahadi dengan bantuan teman seperjuangannya seperti SK. Trimurti, Gatot Mangkoepradja, AM. Hanafi dll," jelas dia.
Keluarga Sebut Sukarno Tak Tepati Janji di Surat Cerai
Sementara itu, Tito Asmarahadi mengatakan, janji Sukarno dalam surat cerai itu tak pernah ditepati hingga akhir hayatnya. Dengan begitu, dia menilai Sukarno masih mempunyai utang pada Inggit.
"Poin perjanjian itu (tak ditepati), jadi sampai sekarang di akhirat pun Sukarno masih punya utang," ujar Tito.
Menurut Tito, setelah Inggit dan Sukarno bercerai pada 1942, keduanya pernah bertemu kembali di tahun 1955 dan 1960.
Pertemuan pertama, Sukarno meminta maaf pada Inggit karena telah menceraikan. Pertemuan kedua, Inggit hanya menitipkan pesan bahwa Sukarno harus menjaga dan jangan sekali-kali melupakan rakyat.
ADVERTISEMENT
"Bu Inggit menjawabnya, tak perlu diminta pun dari dulu pun beliau sudah memaafkan. Tugas Kusno - sapaan Sukarno - sekarang adalah memimpin negara ini dengan baik," terang dia menirukan ucapan Inggit.
Bernilai Rp 6 Miliar
Adapun sejarawan dan juga pendiri Komunitas Historia Indonesia, Asep Kambali, mengatakan, jika dikonversi saat ini, utang Sukarno ke Inggit itu mencapai miliaran rupiah.
"Bisa Rp 6 miliar hampir segitu kalau untuk ukuran saat ini," ujar Asep.
"Dulu saja, Belanda itu untuk membangun gedung bisa ribuan gulden (f) pada saat itu, ya. Jadi ya kurang lebih miliaran rupiah kalau untuk saat ini," lanjut Asep.
Asep tak memiliki sumber historis yang bisa membuktikan apakah Sukarno sudah membayar semua utang-utangnya ke Inggit itu. Yang pasti, kata Asep, Inggit memang banyak membantu membiayai perjuangan Sukarno.
ADVERTISEMENT